Hari ini bisa dibilang salah satu hari yang penting bagi journey saya sebagai mamak pekerja. Hari dimana saya harus membawa kedua anak saya ke kantor. Karena satu dan lain hal, anak saya harus berangkat ke kantor sama saya. Kebayang dong ya mamak repotnya gimana; ngebangunin mereka pagi-pagi, mandiin mereka pagi-pagi. Untung ada bedinde yang bantuin nyuapin dan nyiapin bekel yak Bun…
Long story short, sampai tulisan ini dibuat di 10 menit menjelang jam pulang kantor, saya dan kedua anak saya baik-baik saja. Thanks juga buat anak magang yang udah ngijinin anak saya ikut masuk ke ruangan mereka dan duduk di antara mereka sehingga anak saya anteng pas ditinggal ngezoom (Hahahahahaha).
Tadi saya cerita sesama ibu-ibu pekerja di ruangan. Kami, sebagai seorang wanita sadar betul bahwa langkah kami : para wanita setelah menikah dan punya anak akan sedikit melambat dalam dunia bekerja. Dulu, sepuluh tahun lalu saat baru melangkah ke dunia korporasi saya ‘diajak ngomong’ sama bos pertama saya. Kebetulan saya dan salah satu staf yang masuk bareng itu laki-laki. Bos saya bilang gini : Nanti nih, langkah kamu akan kalah Is sama langkah si abang. Abang ini nantinya langkahnya lebih panjang sebagai seorang laki-laki dalam bekerja. Apalagi nanti kalau kamu sudah menikah.
Weitss sebagai fresh graduate yang baru kenal dunia, saya dalam hati protes. Walau di bibir saya bilang : Siap Bos. Tapi dalam hati kecil saya protes. Jengkel. Isssh, ini namanya diskriminasi! Harusnya laki-laki dan perempuan punya kesempatan yang sama!
Saya lupa: kesempatan boleh sama, tapi prioritas pastinya berbeda. Tidak bisa dipungkiri, wanita setelah menikah dan punya anak pasti akan memiliki perspektif lebih luas dalam menetukan pilihan-pilihan dalam karirnya. Tidak semua memang, tapi siang tadi di ruangan saya …. para Ibu bekerja sepakat; bahwa kami memilih prioritas pada keluarga kami. Adapun hal-hal yang kami lewatkan dikarenakan berubahnya prioritas kami, kami sadari betul.
Walau, dalam kasus saya : berbanding sama kemampuan saya juga dalam bekerja. Ternyata yowis, saat ini belum bisa digeber sampai pol. Belum bisa fokus pada pekerjaan dan mencurahkan seluruh hati, pikiran dan hari-hari saya pada pekerjaan. Apa karena anak-anak? Belum tentu juga sih kalau saya gak punya anak saya bisa punya karir cemerlang (hahahahahaha).
Namun, mungkin (ini mungkin loh ya) saya akan bisa lebih fokus dalam menentukan pilihan dalam bekerja, sehingga bisa membuat saya menjadi lebih perform.
Sekali lagi, ini mungkin. Karena mau jutaan what if di kepala saya berlarian, waktu gak akan putar balik kan?
Cheers,
Alhamdulillah masih bisa bekerja ya, Tante. Alhamdulillah juga anak masih busa diajak ke tempat kerja
haaai kamuh apa kabar? 🙂