Iya, ternyata rasa sedih itu masih ada. Belum hilang sempurna. Sejak mendapatkan hari libur setelah kejadian itu, saya jadi hobi nongkrong depan tipi. Nonton pilm pilm yang menarik menurut saya. Berteman dengan remote-remote, saya melewati hari, menanti mas suami kembali untuk berbagi cerita lagi.
Nah diantara film-film itu, ada beberapa film yang ada adegan wanita melahirkan. Dan sudenly, tanpa aba-aba dan tanpa rangsangan lebih lanjut, mengalir aja gitu air mata saya. Ada jutaan seharusnya di kepala saya saat melihat adegan itu.
Ternyata saya memang belum over it. Iya, saya sudah bisa menceritakan kejadian itu tanpa air mata, sudah bisa ngobrol sama mas suamik soal kehilangan itu …
… tapi ternyata kadang saya suka masih ngerasa sedih. Apalagi inget pas perjalanan ke Bandung itu saya banyak ngobrol sama dia, saya ajak ngobrol sepanjang jalan. Secara waktu itukan saya nyetir sendiri.
Iya, saya tahu semua kalimat kalimat hiburan itu, saya paham bahwa semuanya akan indah pada waktunya. But somehow, saya hanya ingin menangis. Meresapi tiap jengkal kesedihan, mencoba menikmatinya.
Ah. Hanya mereka yang tidak bersyukur yang terus terusan berkubang dengan kesedihan. Iya, itu betul. Tapi tiap mereka yang pernah merasakan kehilangan, pasti punya moment di mana dia hanya ingin bersedih. Dia hanya ingin mengenang. Bukan untuk menyesali dan memutar waktu. Hanya ingin sejenak berkawan dengan sedih. Sejenak saja.
Karena kesedihan bukan untuk dijadikan sahabat, kita punya jutaan alasan untuk bersyukur. Bukankah rahasia kenikmatan itu bukan pada rasa nikmatnya, namun lebih kepada rasa syukur nya kan?
Yuk, kemasi hati untuk kembali ke rutinitas. Simpan sedihnya, mbak ais :):):)
Saya : “ade tuh punya perasaan yang semakin hari semakin tidak terdefinisikan ke mas. Sampai susah dirangkai dengan kata-kata”
Dia : “kalau gitu yah sms aja … ”
***
Know what? Percakapan itu terjadi antara saya dan mas suamik. Saya dan dia punya kebiasaan ngobrol yang agak ajaib – menurut saya sih. Mengikuti jadwal kerja kami yang gak sama, dia dengan shift dan saya yang kerja secara 8 to 5. Kami lebih sering pillow talk. Tahu kan obrolan obrolan menjelang tidur … dan salah satu percakapan saya beberapa yang lalu dengan dia yah itu.
Saya belum pernah kan yah cerita soal mas suamik. Hehehehehe… okeh, cerita yah dari awalnya. Kurang lebih dua tahun yang lalu. Saya masih kerja di kantor lama waktu itu, dan atasan saya meminta saya untuk mencari tempat meeting. Bukan hotel. Bisa buat berkumpul sekitar 40orang.
Nah, kebetulan beberapa hari sebelum dapet perintah itu, saya dan gerombolan saya waktu itu lagi seneng banget menemukan tempat nongkrong di salah satu sudut di daerah paling hips di utaranya Jakarta (baca: kelapa gading).
Singkat cerita, sebelum mengajukan tempat itu ke atasan .. saya survey dulu ke lokasi itu secara detail (actually, kita nongkrong di tempat itu 5hari berturut turut jadinya). Tapi malem itu saya nanya sama waitress nya, bagaimana prosedur kalau saya mau reserve tempat untuk 40 orang. Dipanggilah si bapak supervisor. Dia nyamperin meja saya dan temen temen, mencoba membantu saya membuat rancangan reservasi untuk bos.
Obrol punya obrol, si bapak spv ini medok banget ngomongnya, saya nyeletuk lah, “mas nya orang tegal yah?”
Dia: “bukan mbak, saya dari purwokerto”
Hebohlah teman teman saya yang jumlahnya cuman dua orang itu.
Teman 1 : “ya ampun mas, satu kampung sama temen saya ini *sambil nunjuk saya* mau ga mas sama dia?”
Teman 2: “iya mas, dia lagi nyari pacar”
Idih banget kan temen saya. Akirnya jadi bahan becandaanlah kita berdua. Becanda sekaligus ngerayu biar dapet diskon sih.
Teman 1 : “iya mas, belum nikah kan?”
Dan dia dengan senyum mautnya itu ngejawab “belum, mbak”
***
Sisanya kapan kapan saya ceritain deh bagaimana kencan pertama kita (kencan?), bagaimana dia dengan suara medoknya itu nembang lagu yen ing tawang ana lintang, bagaimana dia ‘nembak’ saya (di pinggir jalan, depan indomaret, saya masih pake seragam kantor lama, gak ada romantis romantianya deh),
Kisah kasih kami gak semulus ceritanya raffi dan Gigi yah. Banyak banget perbedaan dari kami yang kadang memaksa kami untuk saling menjauh, mencoba berpikir ulang tentang kebersamaan kami. Kami dididik dari latar belakang keluarga yang berbeda, bahkan suku yang berbeda. Jenis pekerjaan, kebiasaan sehari hari, obrolan sehari hari, tingkat pendidikan, semuanya tentang saya dan dia itu berbeda.
Dia bukan tipe laki-laki yang betah diajak mengobrol dan menganalisa semua perilaku manusia-manusia di sekitar kami (yang senaaaang banget saya dan teman teman saya lakukan), dia bukan pria kece yang punya bakat fotografi terpendam, dia bukan pria keren dengan teman gaul yang beredar di mana-mana.
Dia pria sederhana yang punya prinsip-prinsip menakjubkan dalam hidup, pria lugu yang entah bagaimana caranya mampu bertahan dengan sifat dan sikap saya yang bisa sangat amat menyebalkan. Pria pendiam yang sabar dengerin saya ngoceh tentang kehidupan saya, tanpa meremehkan, dan dia benar-benar mendengarkan. Bukan sekedar belagak mendegarkan yah. Karena sering dia mampu menceritakan kembali apa yang saya ceritakan (part keisengan saya: suka nyuruh orang nyeritain ulang cerita saya, kalau saya rasa dia gak dengerin cerita saya. Tapi bener deh, pria pria di luar sana bisa belajar untuk mendengarkan dengan lebih baik biar terwujud perdamaian dunia #halah).
Gak, saya gak memuja dia setinggi langit kok. Dia punya kelemahan juga. Dia bukan superhero. Dia bukan Dr. Beno -nya Ika Natassa, bukan juga Nimo – nya Cintapuchino. Dia pria biasa. Yang jutek, gak romantis, hobi melarikan diri ke dalam gua kalau mendapatkan masalah (seperti pria lainnya :?:?:?), pria yang cenderung gak peka sama sensitifitas wanita, dia lempeng selempeng lempengnya alias gak ekspresif,
… tapi dia juga pria humoris yang mampu membuat saya tersenyum dengan lawakannya yang di luar logika, dengan kata-kata polosnya yang tak terduga, pria jenaka yang juga bijaksana dalam menghadapi hidup, pria sederhana yang punya rancangan gambaran masa depan yang sesuai dengan rancangan masa depan saya, pria pemimpi yang paling realistis yang pernah saya kenal, pria berhati lembut namun mampu membuat saya tidak terlalu drama (belum cukup berhasil, sih. Hahahahahaaha),
Dia pria yang mampu membuat saya menikmati hidup, mampu mengatasi ketakutan saya untuk berkomitmen jangka panjang, dia mampu meyakinkan saya bahwa ada pria yang siap mengahadpi semua keajaiban saya, bahwa ada pria yang mau berjuang bersama sama … bukan hanya diperjuangkan.
Namun yang paling utama adalah … dia membuktikan kata-katanya. Dia memegang kata katanya yang dia ucapkan dari awal kita deket. Diantara para pria penebar janji itu, hanya dia yang mampu menghadapi bapak saya, bersabar untuk setiap prosesnya.
Dan ternyata benar apa yang nenek bilang … bahwa … mereka yang mengucapkan ‘aku tuh sayang banget sama kamu, gak pernah aku sesayang ini sama orang lain’ atau mereka yang hobi menebar keseriusan dengan bercerita tentang ‘betapa seriusnya aku sama kamu‘; atau mereka yang melakukan hal-hal romantis lainnya (termasuk ngajak kamu ke rumah yang dia cicil dan bilang ‘ini rumah kita’), akan kalah dengan pria yang berani dateng ke Bapak kamu dan ‘meminta’ kamu dari Bapakmu.
Dulu saya pernah menganggap sepele hal itu. Itu loh .. bagian -serius-meminta-saya-ke-bapak. Aaahhh… semua pria bisa kok melakukannya. Big no no girls, gak semua pria bisa melakukannya. Mereka biasanya hanya bisa mengatakannya. Ada perbedaan besar di situ.
Mereka yang bisa mengatakannya ke kamu, belum tentu berani menghadap ke bapak kamu, mendengarkan jawaban Beliau, mengikuti tiap tahapan dengan sabar dan yakin bahwa tidak ada wanita lain dalam hidupnya yang ia inginkan selain kamu. Dan … pria ini melakukannya untuk saya.
My man 💕
… tapi dia pun berproses, bukan pria yang sejak awal berani. Dia pun pernah mundur untuk mempertimbangkan kembali. Melalui malam-malam tukar pikiran kami, diantara gelas kopi plastik favorit kami, nasi goreng pojok jalan kesukaan kami, kami banyak berbagi rasa takut, kagum, semua rencana-rencana kami, impian-impian kami. Sampai akhirnya waktu, kesempatan, keadaan, dan rencana Allah yang membawa hati kami dengan yakin melangkah ke jenjang pernikahan.
***
Well … sekilas yah tentang si mas suamik malam ini. Semoga bisa menjadi semacam awal yang baik bagi saya untuk kembali nulis. Aamiin?
*bersihin sarang laba – laba di tembok keraton putih*
hehehehehee. udah lama banget yah saya si ais ariani, pemilik dramaLand ini gak berdrama ria di dramaland kesayangan. gak boleh nyalahin keadaan yang bertambah sibuk dengan urusan kerjaan sih, nyatanya banyak orang – orang di luar sana yang tetap bekerja dan tetap produktif nulis, ya kan. jadi, yang bisa disalahkan dalam penurunan produktivitas menulis adalah: saya sendiri; karena gak bisa membagi waktu.
baeklah, kita mulai hari minggu pagi ini dengan sedikit produktif dalam dunia perblog-an. mumpung saya lagi ditinggal sendirian di kamar hotel nih, gara – gara semua keluarga saya yang weekend ini lagi berkumpul di satu kota memutuskan nengok ke rumah salah satu kerabat. dan saya memutuskan untuk stay di hotel karena -ngeluhnya- sakit.
apa yang akan kita obrolkan pagi ini? ditemani cangkir teh hangat ini? hmm…. sadar atau gak yah, kehidupan saya dua tahun belakangan ini berubah. berubah banget.
dulu waktu masih jadi mahasiswa, pekerjaan saya: galau – ngeblog – galau – ke perpust – galau – ngeblog – galau – revisi tesis.
sekarang: ngurus SPPD – nomorin surat – terima invoice – ngelobi sales hotel – mikir makan siang apa – terima complain karyawan lain soal hal-hal umum – cek imel – dan jutaan pekerjaan rutin yang biasa dikerjain staf sdm & umum macam saya.
fyi, setelah satu tahun lebih saya bekerja di salah satu divisi di salah satu perusahaan besar di pinggiran Jakarta, saya sekarang pindah ke divisi (finally!) SDM & Adm. Kantor di anak perusahaan si perusahaan besar.
banyak perubahan terjadi lagi setelah itu.
jam kantor yang gila – gilaan. kerjaan yang kayanya ga ada habisnya (tapi, bukankah begitu ya yang namanya pekerjaan?). teman – teman sekantor yang cukup seru dan gila. pada akhirnya temen kantor saya gak berkutat seputaran si mbak sekretaris aja sih senengnya, sekarang saya punya teman sekantor wanita yang lumayan banyak. teman sekantor yang laen? yah kurang lebih berkutat masih itu – itu aja, cuman udah lebih variatif aja sekarang, gak cuman isinya oom – oom bos dan oom – oom pandu. sekarang udah banyak papa – papa muda yang kerjaannya lembur dan kemudian ngeluh ga punya waktu buat anak mereka. hehehehe
but, life is choice, right?
hidup ini adalah pilihan. dari saat kita membuka mata di pagi hari, kita punya pilihan; untuk terus hidup di mimpi – mimpi kita (baca: terus tidur), atau memberi kesempatan diri kita menghidupi mimpi (baca: mengejar mimpi *kemudian soundtracknya Jrock*). saat kita keluar rumah pun kita disuguhi pilihan. beragam. mau naik apa nih ke kantor? bisa naek angkutan umum, naik ojek, nebeng tetangga, atau ikut komunitas nebengers (eh).
pas udah memutuskan pilihan, kita pun akan dipaksa untuk menuju pilihan lainnya. kalau naik angkutan umum, naik yang jalur mana yah yang cepet. nebeng juga gitu, nebeng sama yang mana ya. atau minta jemput siapa ya, pacar atau selingkuhan (halah).
hidup ini penuh dengan pilihan!
eits, kata siapa hidup HANYA seputaran pilihan? hidup juga berbicara soal bertahan pada pilihan, berjuang untuk pilihan. ya kan?
pemikiran itulah yang kerap menghampiri saya, staf baru dan pejuang baru di ibu kota ini. kadang saat perjalanan pulang dari kantor saya banyak berpikir; ‘aku ini ngapain sih sebenernya kerja sampai jam segini, jauh dari keluarga, ketemu pacar aja gak sempet, nulis dan baca aja udah jarang banget, ibadah juga seenaknya, hubungan sama Sang Pencipta hanya sekedar syarat, hubungan dengan sahabat juga boro – boro mempertimbangkan kualitas dan kuantitas, untuk sekedar say helo aja kadang gak punya tenaga, cita-cita untuk kembali ke bangku kuliah menguap sudah dengan pemikiran gile aja mau kuliah lagi, kapan waktunya!,’
bener kata coach Rene di harian kompas di kolom Ultimae u – nya; the problem is not the lack of time, but the lack of focus
karena memang betul begitu. kadang saya mau dateng ke kantor jam berapapun saya punya ritual buang waktu macam ini: nyampek kantor – ngobrol di pantry sama OB atau sama temen kantor yang dah dateng duluan, biasanya edisi curhat soal kerjaan juga – nyalain komputer – mbukak Youtube, bikin playlist hari ini – cek list to do – mulai kerja – dissamperin bos, dicek atau disuruh ngerjain apa gitu – kerja lagi – disamperin OB, dilaporin makanan di kulkas habis, atau makan siang hari ini mau pesen apa – mulai kerja – makan siang dateng – kerja lagi – terima telpon – akhirnya ngurusin pesan dari penelpon – ke gedung sebelah ngobrol – eh kebablasan dikasih kerjaan sama bos di sebelah – tiba – tiba sudah jam lima – cek to do list, baru separuh selesai – akhirnya lembur, karena punya tanggungjawab menyediakan makan malam.
banyak hal – hal yang harusnya sudah bisa saya delegasikan ke orang lain, tapi entah mengapa saya masih taking control di situ. Kenapa? Entah.
ah, lagi – lagi judul sama isi gak nyambung :sigh:
pada intinya begini: dulu, jaman masih jadi mahasiswa yang berjuang menyelesaikan tugas akhir, saya merasa menjadi mahasiswa adalah peran yang sangat berat dengan segala tuntutan revisi dan pemuasan pertanyaan sebagai seorang peneliti. saat itu saya memandang seorang pekerja hanyalah sekumpulan orang – orang yang kebanyakan bermimpi tentang mewujudkan ide lalu kemudian terjebak di dunia nyaman mereka dan berteriak tersiksa oleh rutinitas; manusia – manusia cengeng yang tidak berani.
tapi sekarang setelah melewati proses itu, setelah menjadi bagian dari; -manusia manusia cengeng tidak berani, saya paham. sangat paham, ada begitu banyak yang memang harus dipertimbangkan dalam melangkah saat kamu sudah menjadi seorang pekerja. apalagi pekerja di suatu sistem besar. kamu punya apa yang mereka sebut tanggungjawab.
manusia – manusia cengeng tidak berani ini lah yang sebagian besar menjadi roda – roda perusahaan dalam berputar, yang membuat sebagian besar perekenomian Indonesia berputar, persis seperti yang Hugo Cabaret katakan saat dia berada di jam besar di stasiun (dalam film Hugo yang tayang di 2012)
Everything has a purpose, clocks tell you the time, trains takes you to places. I’d imagine the whole world was one big machine. Machines never come with any extra parts, you know. They always come with the exact amount they need. So I figured if the entire world was one big machine… I couldn’t be an extra part. I had to be here for some reason. And that means you have to be here for some reason, too.
we’re not an extra part. we had to be here for some reason.
termasuk kami, si manusia – manusia cengeng yang tidak berani. di pundak kami ada banyak tanggungjawab, beban, peran yang harus kami pikul.
dan satu hal yang pasti berubah dari ais, si mahasiswa pejuang kelulusan yang telah menjadi pejuang ibu kota adalah; ‘stop judging’
karena kita benar – benar tidak pernah tahu alasan sebenarnya seseorang dalam melakukan sesuatu. ya kan? kita gak pernah tahu alasan si ani datang telat ke kantor, kenapa si kijang biru di depan nyalip kita dengan seenaknya, atau kenapa si joko mau jadi selingkuhan si melati, kita gak akan pernah tahu.
Ya gak sih?
susah memang mengurangi kebiasaan bergunjing (halah), tapi mulai lah untuk lebih memahami bahwa ada alasan kenapa orang melakukan sesuatu.
Be kind, for everyone you meet is fighting a hard battle
oke, baiklah kalau begitu .. mari kita menikmati sisa hari minggu ini dengan bersenang – senang 🙂
Awal tahun ini, keluarga kami mendapatkan satu berita yang menyenangkan. menyenangkan? yah menyenangkan harusnya. karena Bapak saya pindah tugas ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur; tanah kelahirannya.
He just coming home.
Lalu mulailah rencana-rencana dibuat. termasuk saya, sibuk membuat jadwal. maklum, setahun jadi buruh saya belum pernah mengambil cuti. berbeda dengan saat kuliah kan yah… kita punya libur-libur tertentu yang bisa kita manfaatkan (contoh: saat mengerjakan tugas akhir. hahahahaha… everyday is a holidat with a deadline!).
Dan bulan April ini dipilihlah sebagai bulan perubahan bagi keluarga kami; semua koper dikeluarkan (termasuk koper-koper vintage punya mamak saya yang kece-kece itu…..), rumah diobrak-abrik dan dipilih barang apa yang akan dibawa dan barang mana yang akan ditinggal.
Abah – Mamak – Agil berangkat dari akhir bulan Maret. Keluarga kakak saya berangkat terpisah, dan saya serta sepupu saya merencanakan perjalanan dengan rute: jakarta – kupang – ende – labuan bajo – bali – jakarta.
Alasan untuk mampir – mampir bukan semata karena pengen liburan (ACTUALLY ITU YANG UTAMA) tapi juga karena belum ada pesawat langsung dari Jakarta – Ende. Ende itu di mana sih Is letaknya? Di pulau flores.
Jelasnya sih bisa Bukaklah atlas. Bukaklah peta Indonesia tuh. Dan kalau pernah nyimak pelajaran sejarah jaman esde, pernahlah disebut kalok Bung Karno; salah satu proklamator negara ini pernah dibuang ke Kota Ende.
Jum’at 4 april 2014
Nah tanggal 4 April dini hari sekitar pukul 02.30 saya naik pesawat menuju Kupang dari Bandara SoeTa. Naiknya batik air, harga tiketnya sekitar 1jutaan. okeh Fain, ngaku deh karena kemaren saya kebanyakan diskusi sama travelmate saya yang kebetulan sepupu saya, saya dapet tiket seharga 1.106.00/orang untuk Jakarta – Kupang.
Sampai di Kupang pukul 06.30 waktu setempat. Kupang ini Ibukota Provinsi ya. Nah saya di kupang hanya stay beberapa jam aja karena udah dapet tiket pesawat Kupang – Ende naik transnusa jam 12.10 dengan harga tiket sekitar 500ribuan/orang.
Bandara Ende
Sampai di Kota Ende sekitar jam 13.00 waktu setempat, saya langsung dijemput untuk kemudian mejeng di pantai dan nunggu perahu kecil yang ngebawa saya dan sepupu saya nyusul keluarga besar yang sudah berkumpul di Pulo Ende yang jaraknya kurang lebih 2jam perjalanan menggunakan perahu motor.
Selama perjalanan itu, saya dan sepupu saya terkagum-kagum sama pemandangan sekitar. terakhir saya ke situ sekitar tahun 2005 dan keadaan sekitar belum banyak berubah;
Sesampainya di Pulo Ende, saya dan sepupu saya disambut sama keluarga besar kami. kami menyempatkan diri keliling – keliling ke rumah sodara – sodara sebelum akhirnya menetap di salah satu rumah penduduk yang konon katanya masih sodara jauh kami. Malam itu dihabiskan dengan kumpul keluarga dan bercerita mengenai perjalanan kami, mengenai keluarga, mengenai kesibukan saya di Ibu Kota.
Di kampung bapak saya di Pulo Ende ini tepatnya di desa Kemo fyi aja nih, belum ada listrik selama 24 jam. Jadi listrik baru ada jam 6malam sampai jam 6 pagi. untuk air tawar pun masih langka. mangkanya, kalok disuguhin teh manis saya seringnya cengengesan sendiri. soalnya tehnya ada asin asinnya gitu.
Sabtu, 5 April 2014
saya, oom saya dan tante saya.
Besokan paginya, setelah beres sarapan, saya keliling Pulo. nah itu tuh poto di atas saya lagi pose di jalan masuk ke Dusunnya tempat bapak saya lahir. Saya lagi cari aer buat mandi yang gak terlalu asin (hahahaha, becanda ding, aselinya saya lagi nyariin emak saya yang pagi – pagi udah ngilang entah ke mana). Tapi Alhamdulillah yah waktu terakhir ke tempat ini tahun 2005 belum ada sinyal, sekarang sinyal telkomsel (hanya operator ini yang berjaya di sini) udah mulai kenceng bahkan bisa dipakek buat internetan loh.
Lepas jam 10, rombongan keluarga saya siap – siap untuk kembali ke kota Ende. naik perahu lagi tuh kan yah. Bedanya perahu kali ini udah diblok buat rombongan keluarga besar saya. kurang lebih kaya beginilah suasana di perahu motor yang dimaksud;
Nah begitulah kurang lebih suasananya. Sampai di Kota Ende, kami beristirahat sejenak di penginapan. saya sekamar sama keluarga kakak saya, kami hari itu memfokuskan diri beristirahat, karena esokan paginya kami punya agenda seru untuk jalan – jalan. Dan juga karena dari sore hari saya kena demam. Kayanya saya masuk angin karena begadang di malam sebelumnya pas perjalanan Jakarta – Kupang dan kena angin laut melebihi batas tubuh saya mampu menerimanya (ahseeek).
Minggu, 6 April 2014
Alhamdulillah, paginya badan saya udah bisa diajak kompromi. Demam saya udah turun, dan juga kondisi udah lumayan fit. Akhirnya piknik yang sudah direncanakan semalem bisa terwujud deh. Saya, sepupu saya, keluarga kakak saya dan beberapa Anggota keluarga lainnya memutuskan untuk piknik ke Danau Kelimutu.
Familiar gak sih sama danau itu? Ituloh danau yang ada di duit 5000-an jaman kita esde, danau yang bisa berubah-rubah warnanya. Saya ke Danau yang letaknya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu ini pagi jam 7an. dan itu salah banget. karena kalau mau dapet view bagus, mendingan dateng nyampek sana sebelum matahari terbit, karena sunrise nya bagus dan kabut belum turun.
Danau ini berada di ketinggian 1631 meter di atas permukaan laut, dan terdapat 3 danau di satu kawasan dengan satu danau yang agak terpisah, dan harus ditempuh dengan tangga yang banyak bangeeeet. ada istilahya tangganya dinamai 1000 anak tangga.
Serukah perjalanan ke sini? Seru! Karena kita tracking kan tuh diantara hutan gitu. Dan udaranya seger banget 🙂
Danau nya mana Is? silahkan cek akun fesbuk atau akun instagram saya ya di @aisariani, kalok saya uplod banyak foto nanti kasian yang buka blog saya; lemot banget. hahahahaha. dan untuk yang mau nyimak legenda soal danau kelimutu ini, silahkan buka ini untuk lebih jelasnya, karena sama seperti tangkuban perahu dan batu malinkundang, danau kelimutu pun memiliki legendanya sendiri yang menjelaskan bagaimana terbentuknya tiga danau tersebut (sekali lagi: menurut legenda).
Senin, 7 April 2014
Hari ini kami free dari kegiatan bersenang – senang, karena hari ini adalah inti dari perjalanan kami sekeluarga. Kami ada acara keluarga besar. jadi gak ada yang bisa dikunjungi,
so langsung ke hari berikutnya yah….
Selasa, 8 April 2014.
Hari ini kami punya agenda; berkunjung ke rumah pembuangan Bung Karno waktu dibuang di Ende, cari dan beli oleh-oleh, sama makan bareng sekeluarga inti. Maklum aja, dari kita nyampek di Ende kami sekeluarga inti susah sekali kumpul. Saya, agil, kakak, mbakyu ipar, si kecil Zee, emak saya. Kalau Bapak saya sih lagi sibuk sama tugas barunya yah.
Hari itu dimulai dengan makan bareng di restoran padang (orang padang jauh sekali yah merantaunya itu, walaupun yang jual TERNYATA orang jawa! Hahahahaha). Kemudian lanjut ke art shop sehati di deket bandara, saya belanja – belanja deh tuh beli syall, beli tas etnik gitu. Saya ngabisin duit di art shop ini sampek 500.000,- yang sebagian besar saya beliin tas-tas lucu buat saya sendiri (hahahahaha).
Dari situ kami ke Fanny art shop, (masih) nyari oleh – oleh. Hahahahaha. Nyari oleh-olehnya seru loh. beli kain – kain tenun ikat gitu … bagus – bagus. saya sih gak beli untuk kain-kain yang lucu itu. cukup ngeliat aja… secara larange.
ini salah satu contoh kain dari kampung Bapak saya
nah … setelah puas belanja – belanji yah, kami ke rumah pembuangan BUng Karno di Jalan Perwira. Tahun 2005 kami pernah ke situ dan pas kemaren itu ke sana lagi, tempatnya sudah berubah. Jadi bagus loh. Bagus banget 🙂
Rabu, 9 April 2014
Well… hari ini adalah hari terakhir kami di Kota Ende. Karena sesuai dengan rencana kami akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo dengan pesawat jam 13.10
Paginy, saya sempet tuh maen ke Taman Renungan Bung Karno di pusat kota, di deket nol kilometernya KOta Ende. Tamannya bagus loh … walaupun masih belum selesai pembangunannya, tetapi udah keliatan gitu bentuknya ke depan bakal bagus.ada pohon – pohon rindangnya yang bikin teduh, secara udara di Flores gituyah panasnya membahana sekali.
patung Bung Karno di Taman Renungan Bung Karno
Konon katanya, di taman inilah Bung Karno merenungkan mengenai pancasila. patung ini dibikin menghadap ke laut dan membelakangi suasana kota-nya.
***
Fufufufufufu…. selesai juga part 1 dari tulisan trip yang suah saya rencanakan untuk menulis dari 2minggu lalu.
untuk part lebih serunya, ditunggu yah…. saya akan update lagi deh. karena kalau dibikin dalam satu postingan nanti pada bosen yang baca #alasan
hahahahaha….
***
so pertanyaannya: kalian sudah pernah ke Ende belum?
walau udah telat 5 hari ini postingan, tapi saya tetap semangat loh nulisnya *nulis sambil lompat-lompat* hehehehe. gimana kabarnya temans? sehat? Saya Alhamdulillah sehat, walopun lagi sariawan gak sembuh-sembuh. Sembuh di lidah, muncul di bawah lidah. sembuh di bawah lidah, muncul lagi di ujung bibir. Heran. antara kurang gizi sama banayk pikiran sih keknya.
Kalau jerawat jangan ditanya. Persis kek ABG yang baru ulang tahun ke17, jumlah jerawat di wajah saya juarak banget deh. ampek bingung, padahal saya jarang banget kan makek kosmetik macem2. dari jaman kuliah dulu yah pembersih wajah saya itu-itu aja, paling cuman nambah bedak. sama sedikit eyeshadow, sama eyelinner. itu juga cuman dikit. kalau kambuh centilnya pake mascara.
ini ngomongin apaan sih? kok tiba-tiba lanjut ke kosmetik? Hehehehe.
saya pengen ngomongin soal …. soaaal… soal ULANG TAHUN SAYA. yey..
5hari yang lalu, tepat saat Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-68, saya berulangtahun yang ke-17 *duer. HAHAHAHAHA.
age is not only nummber for me. really. seberapa keras usaha saya buat menganggap age is only number, dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya masih gak terima dengan kenyataan dan harapan yang gak sejalan. Saya berharap memiliki beberapa cita-cita dan target yang sudah tercapai saat usia saya menginjak usia saya saat ini.
Tapi, bukankah begitulah hidup? Tak melulu bicara soal kekecewaan terhadap sesamanya, hidup juga berbicara soal bagaimana menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Dan, di sini saya, memiliki harapan-harapan baru di umur saya yang sudah berkurang jatahnya di dunia ini,
terimakasih buat kawans yang sudah mengingat ulang tahun saya walaupun tidak tertera di Fesbuk, terimakasih buat kamu yang bahkan tidak menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat. it’s ok… yang penting saya mohon doanya, agar saya selalu berada di jalan yang diridhoi oleh Nya, dan juga selalu dimudahkan untuk bersyukur.
Dan, semoga selalu bahagia! THAT’S!
dan terimakasih sangat untuk semua sahabat terbaik saya, yang menyempatkan diri untuk berkumpul Sabtu kemarin. sekali lagi: i’m so lucky havin’ you all in my life. terimakasih sudah jadi barisan supporter utama saya. terimakasih untuk semua drama, nostalgia, canda tawa, kata-kata jujurnya, testimoni atas kebodohan-kebodohan saya, terimakasih untuk tidak menjudge saya seperti yang beberapa orang lakukan, terimakasih untuk dukungan tiada hentinya.
kalau saya ni… Tahun ini, merupakan lebaran pertama saya setelah bekerja. Alhamdulillah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah, rasa syukur yang gak bisa saya ungkapkan dengan baik, karena saya ngerasa bersyukur banget atas semua rejeki dan karunia yang menghampiri saya tahun ini. Berkah yang luar biasa 🙂
Namun, namanya juga hidup, ada beberapa hal yang terjadi dalam dua bulan terakhir yang menjadi bahan renungan buat saya. Pernah saya bilang, bahwa yang namanya hidup itu mengajarkan banyak hal. Sayangnya sering kita lewatkan karena kita terlalu sibuk mengeluh.
Satu pelajaran dalam hidup yang saya dapat di bulan Ramadhan ini adalah soal keikhlasan. keikhlasan yang pertama adalah soal jodoh (*uhuk). jadi begini, dari awal tahun seperti yang pernah saya bagi di sini, saya sudah patah hati. patah hati dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengan saya namun lebih memilih untuk bersama dengan orang lain yang mungkin lebih bisa memahami dia. setelah lepas dengan dia, jujur saya mengakui banyak perubahan dalam hidup saya. Perubahan itu gak perlu saya ceritakanlah yah, mungkin ada beberapa orang yang sudah menyadari, atau mungkin ada yang bisa nebak juga. Hahahahaha…
***
Pelajaran keikhlasan yang berikutnya yang Dia coba sampaikan kepada saya adalah saat gadget kesayangan saya yang baru berumur beberapa bulan dan saya beli menggunakan gaji pertama saya, HILANG. okeh, coba dibold: HILANG. hilang di rumah sendiri. Lucu? Lebih lucu lagi kalau saya ceritakan kejadiannya. Tapi gak usahlah ya, bukan itu point yang mau saya ceritakan.
Point yang mau saya ceritakan adalah: dalam beberapa bulan terakhir saya LAGI-LAGI mengalami banyak kehilangan. selain kehilangan calon *uhuk*, kehilangan gadget, saya juga kehilangan beberapa sahabat-sahabat baik yang pernah mewarnai dunia saya beberapa tahun terakhir. Iya, gerombolan power rangersnya bubar *nangis di pojokan*
Saya terpuruk. Memaki. Jutaan kali. Nyinyir. Ribuan kali. Membahasnya berulang kali dengan siapapun saya bisa membahasnya. mendadak jadi ahli analisa perilaku. Kenapa bisa begini kenapa bisa begitu. Kenapa bisa hilang kontak, kenapa bisa menjauh, kenapa bisa hilang gadgetntnya, kenapa bisa buruk hubungannya, apakah gengsi akhirnya mengalahkan kecewa, apakah rindu akhirnya tergerus gengsi. Hal-hal seperti itu telah coba saya bahas. dengan orang lain, maupun dengan diri sendiri (let’s call that with ‘kontemplasi’) HAHAHAHAHA. dan berakhir dengan menjadi Ustadzah; “Ya memang udah jalanNya begitu….”
awalnya saya marah. marah. sangat marah. seperti yang saya bilang, saya memaki, saya nyinyir, saya mengumpat, sampai akhirnya saya menangis karena tidak mampu mengungkapkan kekesalan di hati.
Coba kamu bayangkan temans, apa yang kamu miliki terrengut darimu dan hilang dalam kehidupanmu? Hal-hal yang sudah pernah kamu perjuangkan untuk mendapatkannya.
Setelah puas dengan amarah saya, saya tersadarkan saat memasuki bulan Ramadhan kemarin, bahwa benar adanya tidak ada yang abadi di dunia ini. Toh, pada akhirnya kita akan kehilangan semua yang kita miliki kan? Bukan masalah ditinggalkan atau meninggalkan, tapi masalah bagaimana ia pergi, bagaimana ia hilang. Dan itulah yang harus membuat kita belajar. Kita harus belajar mengenai kehilangan. Karen pada dasarnya, manusia adalah makhluk pembelajar.
Apalah arti hidup ini tanpa pembelajaran mengenai kehilangan? Kita tidak akan menemukan jika kita tidak kehilangan. Dan yang perlu kita lakukan dalam proses tersebut adalah belajar juga mengenai keikhlasan,
mengikhlaskan /meng·ikh·las·kan/v memberikan atau menyerahkan dng tulus hati; merelakan: kami telah ~ kepergiannya; dia ~ tanahnya untuk tempat pembangunan rumah sakit;
***
From the bright side, saya selalu mendapatkan kata-kata bijak ini, “Insya Allah diganti dengan yang lebih baik”, jadi jika belum mendapatkan gantinya, artinya Allah belum merestui.
Dan memang terbukti. Setelah kehilangan teman dekat di awal tahun, saya sempat dekat dengan seseorang yang memang lebih baik dari si itu yang lama. Walaupun Si itu yang baru juga sudah hilang lagi (hahahahaha. duerr), tapi saya yakin, Allah menyimpan yang terbaik pada akhirnya.
Gusti Allah mboten sare, ‘nduk.
begitu nasihatnya kan?
***
So, saya dan segenap kru dramaLand mengucapkan, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Taqaballahu minna wa minkum. Selamat idul Fitri 🙂 Semoga ada berkah tersisa di penghujung tahun ini, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil.
apa kabar temans? udah didenger belum playlist saya yang kemaren? walaupun saya curiga yang baca postingan saya yang kemaren itu cuman si dikung yang baca. hahahahaha.. gak apa-apa juga sih, secara saya-nya juga udah lama gak blogwalking, udah lama ga promoin blog saya kemana-mana. jadi paling yang baca postingan terbaru saya yah mereka-mereka yang follow blog saya di wp ini.
jadi sesuai janji saya yang entah kapan itu, saya mau bikin giveaway, ini saya punya hadiah kecil-kecilan aja sih… hadiahnya berupa kaos cakep yang didesain di Jogja, dan ini produk aseli Indonesia loh. ini nih produknya salah satu saya pake:
gimana? produk lainnya bisa kamu temukan di sini. tertarik? nah, saya mau bagi-bagi kaus itu semua gratis. gratis tis tis. buat tiga orang yang beruntung.
tunggu, si ais dalam rangka apa inih bagi-bagi kaos? gak mungkin dong tanpa daya dan upaya. emang di dunia ini ada yang gratis beneran gratis? ada sih, udara misalnya. kebahagian juga kadang bisa kita dapatkan dengan gratis beneran. hehehehehe….
tapi buat kaos kece ini, usahanya gak susah kok. cuma disuruh nebak. makanya tebak-tebak berhadiah judulnya.
perhatikan foto di bawah ini dengan seksama,
kenal gak sama anak ini? kenal? kalau kenal kira-kira siapa namanya? umurnya berapa?
ditunggu jawabannya yah di komen di bawah ini.. biar seru. waktunya dua minggu aja yah. apa dua hari? apa dua bulan? hmm. dua minggu deh.
ok, saya ulang yah, tebak nama anak kecil yang ada di putu itu, umurnya berapa. tulis jawabannya di kolom komentar. syaratnya? kagak ada syarat dah ah. ribet
saya tunggu sampek dua minggu ke depan, kriteria pemenangnya yang bisa dengan tepat menjawab dua pertanyaan di atas. dan kalau ada lebih dari 3jawaban yang benar, maka kata Pakde: kaleng susu nona yang menentukan pemenangnya 🙂
NB: sumpah. tingkat kegaptekan saya ternyata ngalahin mamak saya. saya pikir tadi komennya udah dimoderatorin. ternyata belum
terlanjur sudah yah, ya udah deh selamat menebak yak temans! jangan terpengaruh jawaban yang duluan-duluan. yakin pada jawaban anda! *macak pengawas Ujian*
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…
Jawaban aku sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk menunjukkan kepadaku bahwa institusi menikah bukanlah sebuah institusi menakutkan seperti yang dibicarakan orang-orang. Menikah bukan sebuah perangkap yang melepaskan banyak kesenanganmu. Menikah bukan sekedar alat untuk melegalkan perzinahan. Menikah bukan hanya sekedar status untuk kita pamerkan.
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…
Maka, jawabanku bergantung seberapa keras usahamu meyakinkanku bahwa aku dan kita bisa untuk menghabiskan sisa hidup hanya berdua. Butuhkah penjelasan lebih untuk permintaan aku ini? Tak terhitung banyaknya kisah perselingkuhan yang sama-sama kita lihat di depan mata. Aku tidak butuh janji bahwa kamu tidak akan melakukan itu, aku hanya butuh diyakinkan bahwa kita bisa mengatasi semuanya berdua. Semuanya. Hanya berdua.
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…
Maka lagi-lagi… Jawabanku akan sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk bisa merubahku menjadi wanita yang tegar, tidak cengeng, dan tidak manja. Kenapa? Karena aku ingin…saat kita menikah, anak-anak kita memiliki ibu yang kuat, tegar dan berani disamping memiliki sisi lembut layaknya seorang wanita.
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…
Aku akan bertanya padamu sebelumnya, apakah kau mencintaiku? Bukan cinta menggebu-gebu seperti yang dulu pernah kita rasakan saat SMA, namun cinta sederhana yang berawal dari obrolan-obrolan ringan yang sering kita lakukan yang aku harap akan terus membesar seiring berjalannya waktu, setelah kita melewati banyak hal bersama.
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?
Yakinkan aku, itu bukan hanya sekedar dongeng indah yang lagi-lagi kaummu bisikkan ke telingaku hanya agar aku behenti menuntut dan berhenti mencerewetimu.
Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?
Intinya, aku butuh lebih dari sekedar sebuah pertanyaan pengandaian. Aku butuh lebih dari sekedar kalimat, “ayo kita menikah”. Aku butuh usahamu untuk meyakinkanku. dan, aku butuh sesuatu yang nyata. senyata jumlah tagihan yang mulai harus aku bayar tiap bulannya.
Apakah aku meminta terlalu banyak? Am I asking too much?
Kalian punya sahabat? Pasti punya lah yah, walopun mungkin sahabat yang menyimpan rasa *ahseek. hahahahhaha…
kenapa Is ngomongin sahabat? Mau cerita soal sahabat yang lagi ngedate sama manta? #eh. enggak, bukan mau cerita soal itu. itu mah ada di sinetron sama novel deh keknya.
Saya mau cerita soal sahabat saya yang saya kenal sejak tahun 1999 (kalok gak salah tahun). sejak dia masih culun dan saya masih culun banget. Sejak dia masih kurus dan saya masih pake kawat gigi. Sejak dia masih suka dijutekin kakak kelas dan saya masih jadi favorit adek-adek kelas (ini pitnah keknya inih). Sejak dia naksir kakak kelas yang namanya Ibnu dan saya masih naksir seksi Rohis OSIS yang namanya Ridho.
Sejak dia masih aktif di majalah sekolah dan saya aktif di ekskul teater. Sejak dia masih begaul sama anak-anak gaul masa kini dan saya masih asik begaul sama gerombolan pendekar wanita di merpati putih. Sejak dia dapet julukan dewi tiga huruf dan saya dapet angket tercuek sekelas.
SMP tempat saya dan Wawa bertemu
Namanya Wawa (bukan nama sebenarnya). Seperti yang saya bilang; saya mengenalnya sudah lulmayan lama, dalam balutan putih-biru di sebuah sekolah swasta di bilangan rawamangun. Lulus dari sekolah itu, ternyata kami dipertemukan lagi di kelas di sebuah sekolah (kali ini negeri) di daerah Rawasari. Tapi sayangnya hanya tiga bulan saya bertahan di sekolah itu, karena saya harus pindah di bulan keempat.
Waktu berlalu, kami berpisah benua (tsaaaah…), kagak ding… tepatnya berpisah kota. saya di Purwokerto, dia di Jakarta. Tapi kami masih sering kontak, masih sering kirim-kiriman email, nggosipin si pacar saya (waktu itu) yang sekelas sama dia, nggosipin sahabat-sahabat kami di kelas satu sembilan. si anu sama si itu ribut, si anu ternyata psycho yang suka ngaku-ngaku deket sama Pembalap, si itu pacaran sama si ini. ah hebohnya gosip SMA saya pasti diwarnai kehadiran dia.
Lulus SMA, ternyata kami sama-sama melanjutkan kuliah di kota Gudeg tercinta. Ingeeeet banget pertemuan kami pertama kali di kota Gudeg itu hari Sabtu, saya njemput dia di Kopma UGM. dia lagi ngantri ambil jaket almamater. Saya sama si Blacky waktu itu. Dia minta dianterin pulang. dan saya terjebak. ternyata sejak hari sabtu itu saya officially jadi tukang ojegnya dia di Jogja. Kemanapun dia mau pergi di saat bis kota di Jogja udah gak beroperasi, saya yang nganterin dia.
Ketahuilah kawan, Jogja itu supir bisnya udah tajir-tajir, jadi mereka beroperasi hanya sampek jam 5 sore.
Bersama dia lah moment-moment pertama saya mengenal Jogja. Bagaimana kami nyasar mencari fakultas teknik dan malah nyasar ke kampus sebelah, bagaimana kami nyasar pulang dari kampus ke kostnya dia (nyasarnya di depan rumah orang bok!), bagaimana kami bela-belain malem-malem ke kostan cowok-cowok di daerah Babarsari hanya untuk ngecengin mas-mas ganteng asal Wonosobo bernama Tanto (ke mana itu orang?), bagaimana kami berusaha jadi anak kost yang baik dan benar dengan selalu mencari dan mencari makanan termurah, bagaimana kami berusaha untuk teteap menjadi anak gaul dengan menonton film di Bioskop Mataram, bagaimana dia saya jutekin dan saya turunin di pinggir jalan pas minta tolong anterin beli ini itu, bagaimana kami ribut gara-gara saya ngebatalin janjian seenak udelnya, bagaimana dia galau habis dijenguk sama pacarnya (sekarang suaminya) yang pulang ke Jakarta, bagaimana kami berusaha menyiati duit saku kami yang dibawah UMR (makan nasi satu porsi buat berdua).
Ah kalau diterusin bisa bikin buku ini mah.
Lucunya, saya sama dia itu biar sebelnya setengah mati, biar BT nya setengah mampus satu sama lain, tapi kami selalu dipertemukan lagi, lagi, dan lagi. Sejuta keluhan saya soal dia yang drama, dia yang dulu gak bisa ngebersihin rumah, dan dia pasti punya jutaan keluhan soal saya yang jutek, galak, nyebelin dan bla bla dan blaaa.
Kami pernah dua tahun tinggal serumah. Pengalaman yang menyenangkan dan juga menyebalkan memang. Tapi banyak pelajaran yang bisa kami ambil saat itu. Dan seriously, pernah ada titik di mana saya iri mampus sama dia yang waktu itu sudah menikah, dan sudah kuliah S2, sedangkan saya waktu itu baru putus sama si Barista Tampan dan kuliah S1 juga belon kelar. She’s everything I’m not lah, termasuk badan dia yang bohay dan saya yang kurus kerempeng ini
Kami bukan sahabat yang tiap saat dan tiap detik update kabar, bukan sahabat yang selalu dituju untuk dicurahkan permasalahan. Dia sudah berkeluarga dan memiliki si Caca yang menggemaskan, saya sudah putus sambung dengan beberapa pria dan masih belum berkeluarga juga (ya teruuusssss…?!?!?). Tapi di tiap pertemuan kami, kami seperti mampu untuk bertambah dekat, mengulang cerita untuk kemudian saling “idup lo drama banget deh”
dan, bulan April ini merupakan bulan yang sangat istimewa buat dia. Why? Karena ada tiga perayaan yang ia dan keluarga kecilnya rayakan,
pertama: hari ini dia ulang tahun,
kedua: selain ulang tahun, dia juga merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke… (keberapa yah bok? akikah lupa cyin..)
ketiga: di akhir bulan ini juga dia akan diwisuda untuk Program Magister Profesinya.
That’s why I always envy her
Hey you, u’re so blessed! jangan lupa untuk selalu bersyukur yah Wa, walau kehidupanmu –seperti yang kamu bilang- kekurangan MSG, at least u always have shoulder to cry on (paling gak, punya Caca yang bisa dipeyuk2). Walaupun kadar dramamu jauh di atas aku, kamu sudah menemukan pria yang tepat untuk memerankan pemeran pria utamanya (he still be my favourite, since he ask u to marry him! hahahahhaa).
I Love u, dan aku tunggu jam konsultasi gratisnya buat aku
Hidup ini merupakan sebuah proses adaptasi yang tidak berkesudahan. Hal ini saya sadari saat melihat anak dari sepupu saya yang berumur enam tahun (anaknya, bukan sepupu saya yang umurnya enam tahun), sedang bermain pasir di depan rumah tetangganya. Padahal di rumahnya sedang ada hajatan besar, si Bude dari anak itu menikah. Semua orang sibuk, keadaaan hiruk pikuk dan mungkin anak ini tersingkirkan. Bisa karena itu ia bermain pasir di luar, atau bisa juga karena kehadiran sodaranya, anak dari Budenya yang lain yang baru berumur dua bulan. ia tersingkirkan. hanya itu yang saya pahami,
Padahal beberapa tahun yang lalu ia adalah pusat dunia di sekitarnya. Bude- budenya, Uti dan Opa nya, semua ‘menanggap’ ia. Ia adalah matahari, dan Bude-Bude, Opa-Uti dan yang lain adalah planet-planet yang mengitarinya.
Setelah menemukan ia bermain pasir di rumah tetangga dengan baju pesta itu, saya menyadarinya bahwa saya juga pernah ada di posisi itu. Pernah menjadi pusat dunia dari orangtua saya saat saya lulus S1 tiga tahun lalu, namun beberapa saat kemudian lenyap karena hamilnya Kakak Ipar, calon cucu pertama di dalam keluarga. Dan kehadiran saya makin lenyap setelah si kecil Zi lahir. Zi adalah pusat dunia dari orangtua saya.
Saya beberapa kali berulah menarik perhatian orangtua saya saat itu, tapi tetap saja dunia mereka berputar di Zi.
Dan sekarang mungkin saya sedang menjadi pusat dunia mereka. saya mau wisuda. saya lulus. anak mereka yang pertama kali meraih gelar master (masterchef kaliii). Saya tahu beberapa saat pusat dunia keluarga ini adalah Kakak saya, yang dipindahtugaskan ke Pekanbaru dengan gaji yang cukup besar. Ouch…. dan saya pengangguran. dan single ting ting yang belum punya ‘calon’ buat digandeng.
jadi pusat dunia mereka juga pastinya, but in different way.
kenyataan itu membuat saya galau berkepanjangan dan resah serta gelisah tak berkesudahan (yeah sampai saat ini). Ya ampuuun… gue udah lulus. Ya ampuuun… gue bukan mahasiswa lagi. Ya ampuuun kalau ada yang nanya-nanya soal kuliah terus gue gak bisa jawab gemana dong? Kalau gue ketahuan begonya gemana dong? Kalau gue ngomong bahasa inggris belepotan gemana dong? bedanya Plato ama Socrates apaan? bedanya fenomenologisnya Russel sama Heidegger apaan? err…. Ibnu Sina itu dokter bukan? err… bedanya Maslow sama Roger apaan? tahap perkembangan dari teori psikoanalisa itu apa aja? PERFECT itu kepanjangan dari apa? Reliabilitas sama Validitas apa bedanya dalam mengukur Performance karyawan? eh ya ampuun… gue make alat tes aja kagak bisa!!!!
Rasanya pengen banget membalikkan waktu ke usia awal dua puluhan, di saat tuntutan dari lingkungan sekitar masih belum begitu banyak.
Lalu tiba-tiba saya sadar; (persis saat melihat si anak kecil bermain pasir itu) hei… hidup ini proses. dan di dalam sebuah proses itu ada perubahan, dan dalam perubahan itu kita harus beradaptasi bukankah?
Jika hidup ini adalah proses yang berubah terus menerus, maka kita harus bisa beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Kita harus adaptable terhadap ini semua.
saat balita, kita harus beradaptasi dari bayi ke balita. lalu setelah itu kita harus beradaptasi ke masa anak-anak awal, anak-anak tengah, anak-anak akhir lalu masuk ke remaja awal, remaja tengah, dan seterusnya. itu jika dilihat hanya dalam kacamata tahap perkembangan. belum dengan peran kita yang tadinya jadi anak bungsu eh tiba-tiba adek lahir. tadinya jadi anak es de, eh jadi anak es em pe. tadinya anak sekolahan jadi mahasiswa. dan masih banyak lagi…
itu semua adalah suatu kemutlakan yang harus dihadapi.
Kita berpindah dari satu proses ke proses yang lain, dari satu peran ke peran yang lain, dari satu masalah ke masalah yang lain. Kita manusia dirancang sempurna untuk semua proses ini.
Lalu saya berkata pada diri saya sendiri: semua orang punya berbagai cara untuk beradaptasi. Si anak kecil yang bermain pasir mungkin caranya adalah menyingkir dari keramaian dan menemukan permainannya sendiri yang mengasyikkan dan nyaman bagi dirinya.
tugas saya saat ini adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan proses perubahan yang sedang terjadi dalam hidup saya seraya meyakinkan diri sendiri bahwa saya juga merupakan makhluk Tuhan yang memiliki proses adaptasi yang begitu hebat untuk bisa ada di titik ini sekarang. dan, tidak lupa satu hal penting: bahwa tiap proses adaptasi ada proses belajar di dalamnya. karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar.
Seperti kata seorang sahabat, Tuhan tidak pernah bermain dadu dengan alam semesta, termasuk dengan makhluk ciptaanNya.
***
PS: postingan ini saya repost dari postingan saya sendiri setahun yang lalu, saat menanti diwisuda. dan sekarang, pas baca ini, saya langsung terharu. Ternyata saya bisa yah nulis reflektif kek gitu… gak nulis menye’-menye’ manja dan cinta-cintaan melulu
proses adapatsi yang dilakukan saya dua bulan belakangan ini adalah:
selamat pagi, siang, sore dan malam… apa kabarnya? sehat? hati gimana hati? masih hancur? apa perlu tambalan? *iki salam pembukaan sekaligus curhat loh. hehehehe…
sebagai blogger yang jarang update dan jarang bergaul dan jarang blog walking dan jarang-jarang lainnya, saya teteup merasa bangga, karena memasuki bulan ketiga, kalok ditotal, saya udah tiga kali kopdar!
Ceritanya Januari kemaren saya dapet Surat Perintah dari kantor buat dateng ke Pontianak. Ngapain Is? Tujuan utamanya sih On the Job Training atau OJT. Tapi as we know lah kalok maen ke daerah itu pasti kita sekalian jalan-jalan dan sebagai seorang blogger, saya ngelist siapa yang bisa saya hubungin di kota itu.
dan gak mungkinlah yaaaa ke Pontianak tanpa ketemu anak paling gaul se Pontianak ini. hahahahahha…
Tapi pertemuannya cuman bisa dilakukan sekali, walopun saya di Pontianak dua minggu lamanya. Soalnya pas saya tiba di Pontianak, pas si Irni nya malah ke Jawa 😦
irni ngejemput saya di Hotel, dan dia ngejemput saya bareng sama si Abang-nya. dan saya diajak puter-puter kota Pontianakdan diajak makan kuliner Pontianak gitu. Sampek dianterin beli gorengan buat temen-temen yang lain.
yang paling saya inget adalah mobilnya si Abang yang muterin lagu-lagu Kahitna, musisi favorit saya yang ternyata favoritnya si Abang. dan muternya pakek CD loh! Aseli! bukan bajakaaan
Kopdar Bandung
kalau yang ini baru beberapa hari yang lalu, saya disuruh nemenin si boss yang ada rapat di Bandung. Secara Bandung yah book…udah lama gak ke Bandung. jadi seneng-seneng aja diajak ke sana barengan sama temen-temen satu ruangan.
Selesai rapat, besokan paginya saya dijemput sama si blogger satu itu yang saya gak pernah baca blognya *ngumpet* hahahahah. kok bisa Is?
hlah dia anak twitter banget og. saya juga kenal dia di twitter.
saya diajak puter-puter Bandung sama dia. tapi actually, saya galau-galauan aja sih berdua sama dia, karena kami berdua baru patah hati parah. dan sialnya dia aja ketemu saya yang malem sebelumnya baru…. *sinyal ilang, ketelen aer mata* eaaaaa.
ps: kopdar yang ini gak ada bukti foto barengnya, soalnya si dikung pemalu gituh katanya (bhuahahahahaha)
Kopdar Bogor
naaaah..kalok ini baru kemaren kejadiannya. saya (lagi-lagi) ikut bos rapat di Bogor. begitu dapet perintah diajak ke Bogor, saya langsung kepikiran si Princess satu ini udah mimpi lama banget ketemu sama dia, sejak kita sering curhat lewat YM maupun lewat wasap.
daaaaan kemarin si Ibu Guru mungil satu ini nyampirin saya, dan karena saya masih in da middle of meeting, saya titipkan dia di kamar. hahahahha… maaf yah Put kemaren jadi nunggu gitu.
kelar acara, saya lari ke kamar dan ngajak Putri makan di sebelah hotel. dan ngobrol-ngobrol lah disitu. tapi keknya saya yang lebih banyak curhat yah Put?
daaaaan… dari putri jugalah saya tahu soal gawenya Warung Blogger, wadah komunitasnya para Blogger. Iya, WB lagi bikin gawe loh. Ikutan yuuuk! Info lebih lanjutnya bisa dibuka di sini (saya gak gaul ah baru tahu sekarang!) dan waktunya masih panjang, jadi yang laen kalok mau ikutan, cuss ah jangan malu-malu. kapan lagi bisa nerbitin buku bareng blogger-blogger okeh? hehehehe…
***
begitulah cerita kopdar awal tahun saya. sekali lagi, selamat menanti hari H buat Irni, selamat mencari pangganti si mantan buat dikung, dan selamat mencari calon suami buat saya dan Putri (huahahahahahahaha!).
hai … selamat malam kawan-kawan. dan selamat tahun baru (telat 9 hari. hihihihihi). Apa kabar kawans? Semoga baik-baik saja yah.
Malam ini saya punya special niat aliase niat yang spesial yang sudah saya niatkan dari 10 hari yang lalu. Tapi yah itulah…selalu ada aja alasan buat menunda-nunda. Udah 2013, tapi kelakuan masih 2003 (kenapa 2003? Gak apa-apa sih, asal pasang tahun aja. Hehehehe…).
Baeklah….pada postingan kali ini saya langsung aja yak…kagak usah banyak basa-basi, saya niat nulis 12 hal yang terjadi selama tahun 2012. semacam review kehidupan gitu deh. ada hal-hal yang menyenangkan, ada juga hal-hal kecil. Persamaan keduabelas hal di bawah ini adalah: sama – sama terjadi di tahun 2012 di kehidupan seorang ais ariani. Ready? Just enjoy my show
1. Lulus
Hal terhebat di 2012. Saya akhirnya bisa menyelesaikan kuliah saya. setelah bertahun-tahun jadi mahasiswa, dengan enggan saya melepakan titel mahasiswa saya. Kok dengan enggan Is? Gimana ya…jadi mahasiswa itu banyak enaknya dibandingin gak enaknya. Banyak senengnya walopun sering ngeluh (hahahahaha). Dari dulu, saya selalu dibilangin sama sepupu-sepupu saya “puas-puasin Is jadi mahasiswa, nanti kalau udah gak jadi mahasiswa pasti kangen deh” dan memang seperti itulah nyatanya: menjadi mahasiswa adalah tahapan yang harusnya dimasukkan ke dalam tahapan perkembangan, paling nggak dalam siklus kehidupan sosial anak manusia. Hahahahaha.
Walaupun enggan lulus, tapi tidak mengurangi rasa syukur yang teramat sangat saya atas karunia itu.
saya – demput a.k.a ranger hitam – mbak dits
2. berakhirnya hubungan saya dengan Captain
inget dong sama Captain-nya saya ini? Yang dulu awal-awal postingan sempet jadi headline di dramaLand inilah. semua postingan saya pasti di awal-awal ada dianya.
yup. Sempet on – off beberapa kali, hubungan yang berjalan 3tahun itu ternyata benar-benar harus diakhiri. Awalnya saya sempat tidak ingin membahas ini di sini, tapi saya kan mau promosi juga kalok saya single (*cring). Hahahahaha. Gak ding, kali aja ada yang penasaran kenapa nama Captain gak pernah disebut lagi…
Sebenarnya sempat ada omongan di tahun 2012 itu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, setelah saya lulus sempetlah kita ngobrol kalok pengen ada acara lamaran, tapi … gimana yah nyeritainnya yah… tapi yah intinya mungkin saja belum jodoh.
3. patah hati
gak cuman sama si Captain, tahun 2012 kemaren saya juga patah hati dengan seseorang. Kalok kata evergreen song, layu sebelum berkembanglah. Saya sama si uhuk-uhuk ini memang sudah kepengennya punya hubungan yang serius juga. Tapi apa mau dikata yah…sekali lagi, mungkin belum jodoh *ambil tissue* hiks. masih sentimentil. Maklum … yang ini masih anget banget 😥
4. Pergi ke Pare
kepergian saya ke kota kecil di Jawa Timur ini membawa beberapa perubahan dalam hidup saya. Salah satunya adalah ini: ‘kamu tidak akan pernah kekurangan dengan berbagi’. Jadi, saat saya pergi ke Pare ada begitu banyak orang yang memiliki niat sama kek saya: belajar bahasa inggris. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang masih minim sekali. Tapi tidak pernah menyurutkan niat mereka untuk belajar dan mengajar. Mereka semua di sana tidak pelit ilmu. Misalnya mereka mendapatkan 10 kata, maka akan mereka berikan 10 kata itu ke orang laen. Dan itu membuat mereka belajar juga kan?
Itu menyadarkan saya bahwa dengan memberi, kita gak kekurangan, kita malah mendapat lebih. itu juga yang membuat saya ingin sekali menjadi pengajar. tapi sekali lagi, mungkin belum rejeki saya jadi dosen atau guru 🙂
5. being a jobseeker
sejak bulan April hingga bulan november, saya pada akhirnya mengalami fase ini: berburu pekerjaan. Saya gak pernah tahu kalau mencari pekerjaan ternyata sesulit itu; pauli belasan kali, tes grafis sampek hafal, wawancara-wawancara dan wawancara, mengirim belasan aplikasi, menanti dan menunggu. Ada masanya jantung saya berdetak lebih kencang saat ada bunyi hape. Ada masanya saya membeli kompas tiap hari Sabtu. Ada masanya saya gigit jari saat dipandang rendah oleh sesama pencari pekerjaan begitu tahu saya lulusan dari daerah (percayalah, saya pernah mengalaminya). Ada masanya saya nyaris menangis di transJakarta saat harus menerima kenyataan pahit saya gagal untuk kesekian kalinya dalam test.
Saya benar-benar termasuk ke dalam mereka yang berusaha mencari pekerjaan. Hingga sempat terlintas di kepala saya bahwa mungkin saya gak akan pernah mendapat pekerjaan. Sampai ada masanya saya ngambek dan kabur ke Jogja untuk menghindari orangtua saya saat saya di titik putus asa dalam menanti sebuah pekerjaan.
terimakasih kepada orang-orang hebat yang sering saya temui setelah saya gagal: mereka selalu menyemangati saya dan berkata “sabar…belum rejekinya” klise. tapi memang benar loh itu.
6. Bandung
Saya selalu heran sama orang yang mencintai Bandung meski dia bukan orang Bandung. Maksud saya gini…adakan orang-orang yang bukan lahir di Bandung, gak pernah sekolah di Bandung tapi cinta mati sama Bandung. Sama seperti kecintaan saya sama Jogja. Dua kota itu memang beda banget, tapi dua kota itu saya pikir punya penggemar-penggemar fanatik yang gak bisa mendeskripsikan alasan kecintaannya. Koreksi saya yah kalok salah…
Dan di tahun 2012 jugalah saya akhirnya menginjakkan kaki di kota Bandung. Komentar saya? apa yah…hm..hmm…saya tetep cinta jogja deh *ora nyambung blas*
7. kepindahan sang sahabat
ekosistem saya agak-agak hancur berantakan di 2012. beberapa sahabat saya meninggalkan Jogja (actually cuman dua orang sih…hehehehe). Si beruang kutub dan my partner in crime.
kepindahan mereka berdua bikin hari-hari saya di Jogja agak-agak kesepian gitu deh. tahulah…biasanyakan tiap ada yang heboh saya tinggal lari ke rumah beruang kutub yang cuman kepleset nyampek, kalok lagi mau begajulan gak jelas, saya memacu blacky ke Lowanu ngejemput partner in crime saya dan begajulan lah kami hingga larut malam. Malah kadang bisa ampek seminggu. Walaupun pada akhirnya saya menyusul kepindahan mereka, semuanya gak pernah sama lagi,
Tahu sendirilaah..gak ada lagi sekarang nongki-nongki cantik hingga larut malam di kedai kopi termurah. ucapkan selamat tinggal kepada atap rumah. ucapkan selamat tinggal juga kepada berkeliling-kota-dengan-duit-20ribu.
karena jika kami melakukannya di Jakarta, percayalah kami akan pulang jalan kaki darimanapun kami berada menuju rumah. Jakarta mahal. Setidaknya lebih mahal daripada Jogja.
***
Pftt…hari semakin malam. actually pengen banget ngelanjutin postingan ini sampek point keduabelas. Tapi…tapiii…saya … saya ini gak bisa begadang lagi sekarang. Jam belum menunjukan pukul 11 tapi mata saya berat banget rasanya. Yasudah, bagaimana kalau saya lanjutin lagi besok? boleh kan?
beberapa bulan yang lalu saya mendapat panggilan untuk tes menjadi guru di salah satu sekolah Yayasan Islam di daerah Purwokerto. Tapi karena satu dan lain hal saya tidak bisa memenuhi panggilan itu. Saya memang sudah sejak lama tertarik menjadi guru, seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya di tulisan ini, oleh karena itu saat memutuskan untuk menuliskan tugas akhir pun, saya menuliskan mengenai pendidikan.
kenapa pendidikan? dan kenapa guru?
itu merupakan sebuah penjabaran yang cukup panjang hingga akhirnya saya memutuskan menulis tugas akhir mengenai guru beberapa tahun yang lalu. saya percaya, bahwa akar permasalahan yang ada di Indonesia baik itu terkait dengan carut marut sistem, korupsi di mana-mana, kemudian kekerasan yang marak terjadi, belum lagi permasalahan-permasalahan kriminal yang seringkali menghiasi media itu berasalmula dari pendidikan.
saya pernah mendengar guru sejarah saya berkata saat saya SMP, pada saat Jepang dibom pada tahun 1945, yang pemerintah Jepang tanyakan pertama kali adalah berapa jumlah guru yang tersisa, bukan jumlah pangkalan militer yang masih berfungsi, tetapi jumlah guru yang tersisa. dan lihatlah majunya Jepang saat ini. Dan ingatkah cerita saat negara tetangga kita; Malaysia ‘meminjam’ guru-guru kita untuk mengajar masyarakat Malaysia? dan Malaysia berdasarkan Education Development Index (EDI) dalam Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO menempati posisi 65, sedangkan Indonesia menempati posisi 69.
hingga saat ini sayapun meyakini bahwa untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di negara ini adalah mengutamakan pendidikan. saya selalu dan selalu dan selalu menunggu pemimpin yang bisa lebih concern membicarakan pendidikan dengan sangat baik. tapi yang saya pahami hingga sejauh ini perhatian pemerintah terhadap pendidikan memang sudah cukup baik. ini mungkin loh jikalau melihat alokasi anggaran untuk pendidikan dalam APBN yang meningkat.
Sudah cukup baik, tapi belum CUKUP untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita. Pernah mendengar mengenai sekolah yang ditutup? Pernah mendengar mengenai sekolah yang kekurangan murid (pernah Is! di film Laskar Pelangi!)? Pernah mendengar kasus tawuran? Pernah mendengar kasus bullying?
Baru-baru ini sepupu saya, Alya bercerita kepada ibunya bahwa ia tidak mendapatkan teman di sekolah barunya, dan teman-temannya membicarakan kejelekannya di depan ia. dan tidak jarang ia malas berangkat ke sekolah. bukan hanya karena teman-temannya itu, tetapi juga karena begitu banyak tugas yang dibebankan kepadanya. Inilah yang dari dulu selalu menjadi perhatian saya; kenapa anak menjadi malas sekolah? Kenapa belajar di sekolah menjadi sesuatu yang membosankan? Hayo ngacung yang mengalami masa-masa males sekolah dan sering mbolos? *cung!!
Padahal jika kita melihat, bukankah rasa ingin tahu itu merupakan salah satu naluri dasar manusia juga? Keponakan saya si Zi itu rasa ingin tahunya besar sekali walaupun umurnya baru dua setengah tahun. Kalau dia tidak mengerti akan suatu hal, ia akan bertanya kepada Papa-Mamanya, ia menjadi sangat kritis. Pertanyaan “Papa lagi apa?” akan berlanjut hingga “Sholat itu apa?” (Walaupun curiga juga dia mungkin gak paham sama apa yang dia tanyakan! Hahahaha..)
Pernahkah kawan-kawan melihat ada anak balita yang baru belajar merangkak ia akan merangkak menuju objek baru yang menarik perhatiannya dan memasukkannya ke dalam mulut? Anak itu lagi berusaha mengenali, berusaha mencaritahu mengenai sesuatu. Dan anak akan terus begitu, bukankah? Selalu berusaha mencari tahu apa yang tidak ia ketahui.
Bagaimana dengan kita? Dengan orang dewasa? Kapan terakhir kali memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu? Bukan penasaran sama gebetan yah Saking pengen tahunya sampek kita duduk membuka buku dan membaca. Atau membuka laptop untuk mencaritahu. Kapan? Saya sudah lupa.
Kenapa rasa ingin tahu kita bisa mati? Yang saya dapati sampai saya menginjak bangku SMA, pendidikan di Indonesia menganut apa yang menurut Freire (dalam William O’neil, 2001) sebut dengan pendidikan gaya bank. Istilah tersebut digunakan untuk sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subjek, yang memiliki pengetahuan yang diisikan kepada murid. Murid adalah wadah atau suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata–mata merupakan objek. Murid–murid banyak mencatat, menghapal, tanpa mengerti dengan baik maksud dari bahan–bahan yang diberikan oleh guru.
Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan–pernyataan dan mengisi tabungan yang diterima, dihafal dan diulang dengan baik dan patuh oleh para murid. Inilah konsep pendidikan gaya bank, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan.
Bukankah pendidikan seperti itu yang kebanyakan diterima oleh kita sebagai warga negara Indonesia? Dan dalam pandangan saya, pendidikan seperti itulah yang mematikan rasa ingin tahu kita. Kenapa? Karena terkadang kita mempelajari apa yang TIDAK KITA BUTUHKAN, serta APA YANG TIDAK KITA INGINKAN.
Saya mengagumi model pendidikan yang diusung oleh Paulo Freire seorang filsuf pendidikan, yaitu model pendidikan yang membebaskan yang merupakan kebalikan dari model pendidikan gaya bank. Guru, dalam pandangan Freire tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus menjalani peran sebagai orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para murid, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar.
Itu adalah hal pertama yang harus ditanamkan di hati guru-guru, bahwa mendidik itu bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan.
Kemudian, hal yang berperan lagi adalah: kurikulum. Sistem kurikulum di Indonesia memang sedang berkembang mencari pola yang bagus. Dan satu hal yang harusnya menjadi pegangan para penyusun kurikulum adalah: kurikulum itu bukanlah subjek utama dalam pendidikan. Subjek utama pendidikan itu adalah peserta didikkan? Jadi yang harus menjadi perhatian utama adalah bagaimana kurikulum menyesuaikan dengan peserta didik. Bukannya: peserta didik yang menyesuaikan kurikulum.
Kedengeran sulit? Oleh karena itu, pemerintah butuh dukungan semua lapisan masyarakat untuk menyadari bahwa pendidikan merupakan pilar utama dalam membentuk karakter masyarakat itu sendiri. Pendidikan itu penting, tapi perlu diingat bahwa pemerintah dan guru serta sekolah bukanlah pihak yang bersebrangan dalam dunia pendidikan, kita harus berada di tim yang sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia, mungkin salah satu caranya dengan ikutan lomba blog seperti ini. hahahahhahaha… setidaknya dengan ini kita paham dan mengerti seberapa penting pendidikan di dalam membentuk karakter bangsa.
ku tahu cinta ini terlarang
walau rasa ini tak sanggup ku pungkiri
ku harap kau mampu mengerti
apa jadinya dunia
kalau mereka tahu tentang kita
malam minggu, habis ketemu sama Ne. iyah.. Ne si gadis ayu yang punya blog selaksa kata. ini kopdar kedua kami. ini penyakit saya nih; kalok udah lebih dari sekali ketemu (seperti dilaporkan di sini; saya pertama kali ketemu Ne beberapa bulan yang lalu), rasanya jadi gak kopdar. rasanya jadi kek dolan sama temen lama aja.
entah kenapa…setiap habis ketemu sama temen yang kita kenal dari dunia blog, mesti deh bawaannya jadi kangen sama blog sendiri. pengen cepet pulang dan menumpahkan rasa. di kepala berkejaran ide-ide yang dari kemaren sempat menguap entah ke mana.
is ini judulnya cinta terlarang, lagu pengantarnya juga cinta terlarang, kok nulisnya tentang Ne? jangan-jangan…HOI BUKAN HOI!!
ini cuma intermezzo, bukan prolog (salah sendiri, nulis intermezzo di depan). postingan sesungguhnya akan saya tuliskan setelah tanda-tanda bintang berikut ini
***
cinta terlarang. Pernahkah kawan-kawan terjebak cinta terlarang? saya (sepertinya) pernah. gak, bukan sekarang kok. sekarang saya lagi gak menikmati cinta terlarang, maupun cinta terpuji. lagi menikmati cinta sendiri aja *eaaaa ituh mah judul lagu kalik..
gak tahu..tiba-tiba pas lagi bengong di kamar, playlist saya mainin lagunya OST Arisan The Movie: Cinta Terlarang, lagu yang ada di dua filmnya (as we know, Arisan kan sekarang ada dua tuh dan keknya saya pernah ngebahas tuh pilem di postingan saya yang ini).
liriknya kan depannya begini:
cinta bisa datang kapan saja
biasanya dia hadir tiba-tiba
lalu semua berubah
hati ini menjadi resah
kalok di film itu, cinta terlarang yang digambarkan yah cinta antara si Sakti sama si Nino. You know… hubungan sesama jenis gitu. Tapi saya gak mau ngebahas yah bok soal cinta terlarang yang kek begitu, semua orang pasti punya pandangan masing-masing soal itu. Cuman kadang cukup disayangkan saja: bersaing dengan sesama wanita saja sudah cukup kompetitif yah, ditambah saingan pria juga rasanya membuat pasaran semakin sengit (hahahahaha!).
Terus…terus…terus… cinta terlarang macam apa? cinta terlarang yang banyak beredar di depan mata saya. Kadang saya mau menepikan itu semua, segala macam cerita yang hadir di depan muka saya, tapi kemudian ada semacam suara yang bilang: “cinta kan gak pernah salah”
hell yeah. Cinta tak pernah salah, tetapi waktunya yang salah.
Pernah denger soal pasangan suami-istri yang berpisah karena salah satu di antara mereka ‘berpaling’? Selama dua minggu terakhir, cerita itu lagi berdengung di telinga saya berkali-kali. untuk beberapa pasangan yang berbeda. boleh jadi, ini menjadi salah satu ketakutan terbesar saya untuk melangkah ke jenjang berikutnya dengan *uhuk* seseorang. Saya takut, takut setengah mati kalau besok pasangan saya (atau bahkan saya?!?) tidak menjaga komitmen suci pernikahan.
Cerita-cerita yang saya dengar ini bukan hanya dari cerita novel atau film atau fiksi lainnya. ini cerita nyata senyata kenyataan: berat badan saya naek empat kilo.
Si anu kepincut wanita lain yang dikenalnya lewat facebook, si itu meninggalkan istrinya karena istrinya tergila-gila dengan facebook, si ono nikah siri dengan wanita muda dari istri-nya.
Salahkah mereka? Terjebak Cinta terlarangkah mereka? Kalau kata Opa Freud (mungkin, mungkiin) superego mereka dikalahkan oleh ID mereka. apa itu Is? hmm..saya mencoba menjelaskannya dalam bahasa yang lebih sederhana yah.
Jadi, Opa Freud (Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisa itu loh) merumuskan kepribadian manusia itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: id, ego dan superego.
Id sendiri merupakan komponen dasar manusia, termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk menuntut kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak langsung dipuaskan, hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.
Sedangkan Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan yang dimunculkan oleh Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Gampangannya, Ego ini merupakan ‘jembatan penghubung’ antara id dan superego.
Superego sendiri merupakan gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru. Agama dan norma sosial termasuk di dalamnya.
Nah dalam kasus cinta terlarang, id-nya si pelaku (bahasanya Is!) berpikir: “aku mau sama dia! aku mau sama wanita itu yang bukan istriku!”
tapi di superego ada kenyataan: dia sudah menikah, orang menikah tidak boleh lagi ‘menginginkan’ orang lain dalam hidup. ya kan? bahkan percerain sendiri (di agama yang saya anut) merupakan tindakan halal yang paling dibenci oleh Allah. itu superegonya.
Di sinilah ego berperan untuk menjadi jembatan penghubung antara yang id inginkan dengan superego yang ada di luarnya.
Nah cinta terlarang bisa terjadi karena interaksi ketiganya: id, ego dan superego.
Cinta terlarang terjadi karena interaksi kompleks ketiganya. apa yang id inginkan merupakan naluri dasar, apa yang ada di superego merupakan nilai yang ditanamkan dan kemudian reaksi apa yang ego keluarkan merupakan suatu proses yang tidak mudah. ada banyak pertimbangan yang ego lakukan.
jadi, cinta terlarang yang terjadi di sekitar kita bisa dengan mudah kita judge sebagai perbuatan yang ‘hiiiih’ banget, tapi merupakan tindakan kompleks dari serangkaian unsur kepribadian (yang kalau dijelaskan bisa jadi beberapa SKS. hahahaha). saya gak bilang cinta terlarang itu jahat atau baik (nyari amaaan! hahaha), karena yah itu tadi: KOMPLEKS. harus dilihat sebabnya, alasannya, bagaimana ia dulu dibesarkan, bagaimana pola asuh, bagaimana… ah sudahlah. terlalu banyak yang saya tuliskan malam ini.
Hai.. hai kawans. how’s your monday? hopefully like mine: colorfull! Actually pengen ikutan kontesnya Pakdhe, udah punya bahan. tapi pas buka ternyata baru ngeh kalok udah habis bok deadline-nya (tata bahasa si ais kacau euy!).
Okeh.. bagaimana kalok saya lanjutin soal summer camp saya di Pare? As my promise kemaren di postingan sebelum ini, saya janji mau ngasih list harganya. tahan nafas dulu yah, karena harganya murah-murah bok!
nih buat gambaran kasaran uang yang saya keluarkan pas saya di Pare (di luar transport saya ke sana yah):
1. Biaya Camp : Rp. 100.000
2. Biaya kursus TOEFL structure dua minggu (OXFORD): Rp. 100.000
3. Biaya kursus speaking satu bulan (Daffodils) : Rp. 175.000
4. Biaya kursus speaking & Pronounciation (Fajar English Course) dua minggu : Rp. 70.000 (@ 35.000)
5. Biaya sewa sepeda satu bulan : Rp. 50.000
6. Biaya makan : Rp. 350.000 (yang ini aseli kasar banget loh, soalnya saya kalau makan saya sesuka hati aja, tapi FYI aja nih biaya makan di sana murah bok! sekali makan sekitar 3500 – 5000. Kecuali kalau mau makan iga bakar di cafe damai, yang juarak banget rasanya, itu harganya 12.000).
7. Biaya lain-lain : 150.000 (ini biaya beli-beli souvenir, atau karokean –> ada tempat karoke yang lumayan loh di sana!, atau sekedar jalan-jalan).
Nah sekitar segitulah biaya NORMAL nya kalau kita mau menghabiskan waktu satu bulan dengan ikut empat kelas selama sebulan. Jadi, besaran biayanya tergantung banget sama kelas yang mau kita ambil. Nah, harga masing – masing kelas itu variatif depends on lembaganya, lihat aja saya ngambil kelas di tiga lembaga, harganya variatif kan?. tapi yah percaya banget deh gak semahal lembaga bahasa Inggris yang ada di kota-kota besar.
teman-teman sekelas di Oxford 🙂
Biaya tambahan yang akan lebih besar adalah biaya tambahan untuk kita pergi-pergi ke tempat wisata. Karena kelas itu biasanya ada senin-jumat, sabtu – minggu libur, nah biasanya anak-anak itu bikin kelompok-kelompok kecil buat pergi travelling. Ini yang saya gak sempet ngikut. err…actually bukan gak sempet, gak ada duit tepatnya. hahahahha… kan tujuannya ke sana belajar, bukan wisata (*cih! padune ndak ado piti mak!!)
kalau biaya travelling ini depends on masing-masing kelompok yah, tapi sekitaran 150.000 – 200.000an kalok gak salah. Biasanya yang paling sering itu ke Bromo (sunrise-nya bagus banget! dan banyak bule yang bisa buat sparing partner), atau ke Pulau Sempu, atau ke Malang, atau bahkan ke Bali. semakin banyak temen sekelompok, semakin murah.
Gambaran Pulau Sempu, Jawa Timur. Nyolong dari temen sekamar yang ikutan pergi ke sana
***
nah kira-kira apa yang belon nih? masih banyak loh sebenarnya, next time kalok niat saya lanjutin deh. atau kalau ada yang mau nanya-nanya lebih lanjut bisa nanya di kolom komentar, atau hubungin saya di efbe kek, di twitter kek, atau yang udah punya nomor saya bisa sms saya, ok? Kalik aja saya bisa nemenin ke sana, mau ketemuan sama cinlok saya *hush!
huahahahahha…