nostalgia internet

Selamat Hari Senin, Temans!

Pagi tadi, saya ikut kelas bahasa inggris yang difasilitasi kantor. jadi, saya dapet jatah untuk belajar bahasa inggris dua kali seminggu masing – masing selama dua jam.  awalnya agak males ya boook, tapi kok sayang banget kesempatan emas buat belajar disia-siakan. we know lah, kesempatan buat belajar kan gak dateng ke semua orang. apalagi kesempatan itu gratis yess. hahahahaha..

Nah, pagi tadi di kelas kita belajar ‘express feeling’. disuruhlah itu kitamenceritakan 15 ‘feelings’ yang kita rasakan selama paling gak sebulan terakhir. tadinya saya mau curhat onair kan yah. tapi harus jaim dong kalau sama temen – temen kantor, saya harus dikenal sebagai mbak ais yang cuek dan cool (aeeh matek).

jadi saya cuman menceritakan feeling yang so so aja, salah satunya adalah enthusiastic. why? because we have one day off in da middle of this week. ya ampoon…. sejak kerja, i’m very craving for day off. jadi dapet satu tambahan libur tanpa mengurangi cuti itu amazing banget rasanya buat saya. hahahahaha.

bukannya saya membenci pekerjaan saya, hanya saja … saya seneng aja dapat waktu buat tidur lebih lama. hehehehehehe…

eh topik yang mau dibahas bukan itu sih. topik yang mau dibahas itu sebenernya gara – gara tiba – tiba saya keingetan sama logo ini:

friendsterhahahahahaaa ….

ayoh generasi internet 2000-an. ada yang masih inget sama logo ini gak? sama testimonial? sama bullbo alias bulletin board? sama kolom last seen, sama kolom who’s vied me. ahahahaha.

aduh, saya kok jadi terharu yah. ketahuilah temans, jaman friendster itu adalah jaman yang tidak cukup mengenakan untuk stalking, secara dulu social network belum ada kaya sekarang yess. jadi kalau mau nyari tahu tentang seseorang yah cari tahu aja lewat testi. ada masanya loh kita teriak – teriak; “eh … isi testi gue dong”

ya gak sih?

isi testi menjadi seru karena disitu akan ada testimonial temen – temen tentang kita. kind of “ais itu … bla bla bla and bla..”

sayang banget saya gak sempet nyimpen screen shot dari halaman friendster saya, karena sejak 31 mei 2011 friendster udah berubah jadi social entertainment site, yang saya gak tahu deh sekarang kabarnya gimana.

buat yang belum tahu, friendster itu ada sebelum adanya Facebook, twitter, myspace, yah masih agak deketan generasinya sama mIRC (remember that? someday yah… saya nulis tentang miRC).

penampilan friendster nih semacam kaya gini:

friendster page on 2006

yang seru dari friendster bagi saya adalah, kolom testimonial. why? karena, kalau lagi BT dan lagi gloomy gak jelas, saya biasanya baca kolom testimonial buat naikin mood dan self esteem. seneng rasanya baca komentar orang lain tentang diri kita sendiri (ya ampun, mbak ais narsisnya jaman dulu. heheheheehe). tapi, kalau kita mau kenal sama seseorang jaman dulu nih ya… saya juga ‘cari tahu’ gebetan saya yah lewat friendster. bagaimana teman- temannya memandang dia, bagaimana teman – temannya menilai dia. kalau sekarang apa yah perbandingannya?

nah selain itu .. di friendster ada juga fasilitas bulletin board. itu semacam kaya notes  yang bisa kita tulis dan bisa dibaca sama semua orang. cmiiw yah .. dan kita juga bisa baca bullbo (singkatan bulletin board pada masanya) yang dipost sama temen – temen friendster kita. biasanya di sini saya nulis gak penting banget .. biasanya jawab 20 pertanyaan gak penting yang pernah dipost sebelumnya sama temen saya. semacam situs springme kali yah kalau jaman sekarangg. kadang pertanyyan – pertanyyannya pun gak jelas, kaya “lagi dengerin musik apa?” atau “tadi sebelum nulis bullbo ini habis buka situs apaan?” atau “online dari mana?” alay kan saya jaman dulu ikut-ikutan nulis begituan?

selain itu, friendster dulu punya blog loh. dan di sanalah blog seorang mbak ais dimulai. dan amat sangat alay sekali. kalau untuk ini ada sih screen shotnya di blog salah seorang temans. tapi gak mau saya kasih link ah. ntar jadi ajang si dikung sama oom han buat ngebully saya :,(

secara tata bahasa, gaya nulis, pemilihan huruf, pemilihan kata, yang kalau saya baca lagi sekarang bikin saya pengen nanya “itu siapa yang nulis?”

ya padahal ada nama saya-nya di situ.

kalau saya gak salah inget, jejak kehadiran friendster masih saya tempel di salah satu buku harian saya. yaitu berupa print – printan testi – testi terbaik dari teman – teman friendster saya. saya pajang disitu buat jadi mood booster saya kalau lagi gloomy gak jelas. hihihihi.

dan, sama seperti situs pertemanan lainnya, friendster juga punya fasilitas buat nyimpen foto.

seru deh jadinya nostalgia dengan friendster ini, walaupun sejak mei 2011 itu… semua foto, testi, bulbo dan data – data yang ada di friendster udah dihapus. jadi, hilang sudah jejak kealay-an saya.

ALhamdulillah, besok suami dan anak – anak saya gak perlu tahu kalau saya pernah alay dan ajaib.

***

so, gimana dengan teman – teman … punya akun friendster gak dulu?

***

and by the way, thank for Gadel for the screen shoot of friendster on 2006 🙂

mempelajari kehilangan

Assalamu’alaikum….

*edisi Lebaran, salamnya jadi lebih agamis*

hehehehe. hai, hai haloo semuanyah. Temans, gimana kabarnya? Gimana lebarannya? Gimana liburannya?

kalau saya ni… Tahun ini, merupakan lebaran pertama saya setelah bekerja. Alhamdulillah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah, rasa syukur yang gak bisa saya ungkapkan dengan baik, karena saya ngerasa bersyukur banget atas semua rejeki dan karunia yang menghampiri saya tahun ini. Berkah yang luar biasa 🙂

Namun, namanya juga hidup, ada beberapa hal yang terjadi dalam dua bulan terakhir yang menjadi bahan renungan buat saya. Pernah saya bilang, bahwa yang namanya hidup itu mengajarkan banyak hal. Sayangnya sering kita lewatkan karena kita terlalu sibuk mengeluh.

Satu pelajaran dalam hidup yang saya dapat di bulan Ramadhan ini adalah soal keikhlasan. keikhlasan yang pertama adalah soal jodoh (*uhuk). jadi begini, dari awal tahun seperti yang pernah saya bagi di sini, saya sudah patah hati. patah hati dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengan saya namun lebih memilih untuk bersama dengan orang lain yang mungkin lebih bisa memahami dia. setelah lepas dengan dia, jujur saya mengakui banyak perubahan dalam hidup saya. Perubahan itu gak perlu saya ceritakanlah yah, mungkin ada beberapa orang yang sudah menyadari, atau mungkin ada yang bisa nebak juga. Hahahahaha…

***

Pelajaran keikhlasan yang berikutnya yang Dia coba sampaikan kepada saya adalah saat gadget kesayangan saya yang baru berumur beberapa bulan dan saya beli menggunakan gaji pertama saya, HILANG. okeh, coba dibold: HILANG. hilang di rumah sendiri. Lucu? Lebih lucu lagi kalau saya ceritakan kejadiannya. Tapi gak usahlah ya, bukan itu point yang mau saya ceritakan.

Point yang mau saya ceritakan adalah: dalam beberapa bulan terakhir saya LAGI-LAGI mengalami banyak kehilangan. selain kehilangan calon *uhuk*, kehilangan gadget, saya juga kehilangan beberapa sahabat-sahabat baik yang pernah mewarnai dunia saya beberapa tahun terakhir. Iya, gerombolan power rangersnya bubar *nangis di pojokan*

Saya terpuruk. Memaki. Jutaan kali. Nyinyir. Ribuan kali. Membahasnya berulang kali dengan siapapun saya bisa membahasnya. mendadak jadi ahli analisa perilaku. Kenapa bisa begini kenapa bisa begitu. Kenapa bisa hilang kontak, kenapa bisa menjauh, kenapa bisa hilang gadgetntnya, kenapa bisa buruk hubungannya, apakah gengsi akhirnya mengalahkan kecewa, apakah rindu akhirnya tergerus gengsi. Hal-hal seperti itu telah coba saya bahas. dengan orang lain, maupun dengan diri sendiri (let’s call that with ‘kontemplasi’) HAHAHAHAHA. dan berakhir dengan menjadi Ustadzah; “Ya memang udah jalanNya begitu….”

awalnya saya marah. marah. sangat marah. seperti yang saya bilang, saya memaki, saya nyinyir, saya mengumpat, sampai akhirnya saya menangis karena tidak mampu mengungkapkan kekesalan di hati.

Coba kamu bayangkan temans, apa yang kamu miliki terrengut darimu dan hilang dalam kehidupanmu? Hal-hal yang sudah pernah kamu perjuangkan untuk mendapatkannya.

Setelah puas dengan amarah saya, saya tersadarkan saat memasuki bulan Ramadhan kemarin, bahwa benar adanya tidak ada yang abadi di dunia ini. Toh, pada akhirnya kita akan kehilangan semua yang kita miliki kan? Bukan masalah ditinggalkan atau meninggalkan, tapi masalah bagaimana ia pergi, bagaimana ia hilang. Dan itulah yang harus membuat kita belajar. Kita harus belajar mengenai kehilangan. Karen pada dasarnya, manusia adalah makhluk pembelajar.

Apalah arti hidup ini tanpa pembelajaran mengenai kehilangan? Kita tidak akan menemukan jika kita tidak kehilangan. Dan yang perlu kita lakukan dalam proses tersebut adalah belajar juga mengenai keikhlasan,

mengikhlaskan /meng·ikh·las·kan/ v memberikan atau menyerahkan dng tulus hati; merelakan: kami telah ~ kepergiannya; dia ~ tanahnya untuk tempat pembangunan rumah sakit;

***

From the bright side, saya selalu mendapatkan kata-kata bijak ini, “Insya Allah diganti dengan yang lebih baik”, jadi jika belum mendapatkan gantinya, artinya Allah belum merestui.

Dan memang terbukti. Setelah kehilangan teman dekat di awal tahun, saya sempat dekat dengan seseorang yang memang lebih baik dari si itu yang lama. Walaupun Si itu yang baru juga sudah hilang lagi (hahahahaha. duerr), tapi saya yakin, Allah menyimpan yang terbaik pada akhirnya.

Gusti Allah mboten sare, ‘nduk.

begitu nasihatnya kan?

***

So, saya dan segenap kru dramaLand mengucapkan, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Taqaballahu minna wa minkum. Selamat idul Fitri 🙂 Semoga ada berkah tersisa di penghujung tahun ini, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil.

forgive others

#repost: adaptable

Hidup ini merupakan sebuah proses adaptasi yang tidak berkesudahan. Hal ini saya sadari saat melihat anak dari sepupu saya yang berumur enam tahun (anaknya, bukan sepupu saya yang umurnya enam tahun), sedang bermain pasir di depan rumah tetangganya. Padahal di rumahnya sedang ada hajatan besar, si Bude dari anak itu menikah. Semua orang sibuk, keadaaan hiruk pikuk dan mungkin anak ini tersingkirkan. Bisa karena itu ia bermain pasir di luar, atau bisa juga karena kehadiran sodaranya, anak dari Budenya yang lain yang baru berumur dua bulan. ia tersingkirkan. hanya itu yang saya pahami,

Padahal beberapa tahun yang lalu ia adalah pusat dunia di sekitarnya. Bude- budenya, Uti dan Opa nya, semua ‘menanggap’ ia. Ia adalah matahari, dan Bude-Bude, Opa-Uti dan yang lain adalah planet-planet yang mengitarinya.

Setelah menemukan ia bermain pasir di rumah tetangga dengan baju pesta itu, saya menyadarinya bahwa saya juga pernah ada di posisi itu. Pernah menjadi pusat dunia dari orangtua saya saat saya lulus S1 tiga tahun lalu, namun beberapa saat kemudian lenyap karena hamilnya Kakak Ipar, calon cucu pertama di dalam keluarga. Dan kehadiran saya makin lenyap setelah si kecil Zi lahir. Zi adalah pusat dunia dari orangtua saya.

Saya beberapa kali berulah menarik perhatian orangtua saya saat itu, tapi tetap saja dunia mereka berputar di  Zi.

Dan sekarang mungkin saya sedang menjadi pusat dunia mereka. saya mau wisuda. saya lulus. anak mereka yang pertama kali meraih gelar master (masterchef kaliii). Saya tahu beberapa saat pusat dunia keluarga ini adalah Kakak saya, yang dipindahtugaskan ke Pekanbaru dengan gaji yang cukup besar. Ouch…. dan saya pengangguran. dan single ting ting yang belum punya ‘calon’ buat digandeng.

jadi pusat dunia mereka juga pastinya,  but in different way.

kenyataan itu membuat saya galau berkepanjangan dan resah serta gelisah tak berkesudahan (yeah sampai saat ini). Ya ampuuun… gue udah lulus. Ya ampuuun… gue bukan mahasiswa lagi. Ya ampuuun kalau ada yang nanya-nanya soal kuliah terus gue gak bisa jawab gemana dong? Kalau gue ketahuan begonya gemana dong? Kalau gue ngomong bahasa inggris belepotan gemana dong? bedanya Plato ama Socrates apaan? bedanya fenomenologisnya Russel sama Heidegger apaan? err…. Ibnu Sina itu dokter bukan? err… bedanya Maslow sama Roger apaan? tahap perkembangan dari teori psikoanalisa itu apa aja?  PERFECT itu kepanjangan dari apa? Reliabilitas sama Validitas apa bedanya dalam mengukur Performance karyawan?  eh ya ampuun… gue make alat tes aja kagak bisa!!!!

Rasanya pengen banget membalikkan waktu ke usia awal dua puluhan, di saat tuntutan dari lingkungan sekitar masih belum begitu banyak.

Lalu tiba-tiba saya sadar; (persis saat melihat si anak kecil bermain pasir itu) hei… hidup ini proses. dan di dalam sebuah proses itu ada perubahan, dan dalam perubahan itu kita harus beradaptasi bukankah?

Jika hidup ini adalah proses yang berubah terus menerus, maka kita harus bisa beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Kita harus adaptable terhadap ini semua.

saat balita, kita harus beradaptasi dari bayi ke balita. lalu setelah itu kita harus beradaptasi ke masa anak-anak awal, anak-anak tengah, anak-anak akhir lalu masuk ke remaja awal, remaja tengah, dan seterusnya. itu jika dilihat hanya dalam kacamata tahap perkembangan. belum dengan peran kita yang tadinya jadi anak bungsu eh tiba-tiba adek lahir. tadinya jadi anak es de, eh jadi anak es em pe. tadinya anak sekolahan jadi mahasiswa. dan masih banyak lagi…

itu semua adalah suatu kemutlakan yang harus dihadapi.

Kita berpindah dari satu proses ke proses yang lain, dari satu peran ke peran yang lain, dari satu masalah ke masalah yang lain. Kita manusia dirancang sempurna untuk semua proses ini.

Lalu saya berkata pada diri saya sendiri: semua orang punya berbagai cara untuk beradaptasi. Si anak kecil yang bermain pasir mungkin caranya adalah menyingkir dari keramaian dan menemukan permainannya sendiri yang mengasyikkan dan nyaman bagi dirinya.

tugas saya saat ini adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan proses perubahan yang sedang terjadi dalam hidup saya seraya meyakinkan diri sendiri bahwa saya juga merupakan makhluk Tuhan yang memiliki proses adaptasi yang begitu hebat untuk bisa ada di titik ini sekarang.  dan, tidak lupa satu hal penting: bahwa tiap proses adaptasi ada proses belajar di dalamnya. karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar.

Seperti kata seorang sahabat, Tuhan tidak pernah bermain dadu dengan alam semesta, termasuk dengan makhluk ciptaanNya.

***

PS: postingan ini saya repost dari postingan saya sendiri setahun yang lalu, saat menanti diwisuda. dan sekarang, pas baca ini, saya langsung terharu. Ternyata saya bisa yah nulis reflektif kek gitu… gak nulis menye’-menye’ manja dan cinta-cintaan melulu :mrgreen:

proses adapatsi yang dilakukan saya dua bulan belakangan ini adalah:

me on new uniform. what do u think?
me on new uniform. what do u think?

12! – part 1

hai … selamat malam kawan-kawan. dan selamat tahun baru (telat 9 hari. hihihihihi). Apa kabar kawans? Semoga baik-baik saja yah.

Malam ini saya punya special niat aliase niat yang spesial yang sudah saya niatkan dari 10 hari yang lalu. Tapi yah itulah…selalu ada aja alasan buat menunda-nunda. Udah 2013, tapi kelakuan masih 2003 (kenapa 2003? Gak apa-apa sih, asal pasang tahun aja. Hehehehe…).

Baeklah….pada postingan kali ini saya langsung aja yak…kagak usah banyak basa-basi, saya niat nulis 12 hal yang terjadi selama tahun 2012. semacam review kehidupan gitu deh. ada hal-hal yang menyenangkan, ada juga hal-hal kecil. Persamaan keduabelas hal di bawah ini adalah: sama – sama terjadi di tahun 2012 di kehidupan seorang ais ariani. Ready? Just enjoy my show :mrgreen:

1. Lulus

Hal terhebat di 2012. Saya akhirnya bisa menyelesaikan kuliah saya. setelah bertahun-tahun  jadi mahasiswa, dengan enggan saya melepakan titel mahasiswa saya. Kok dengan enggan Is? Gimana ya…jadi mahasiswa itu banyak enaknya dibandingin gak enaknya. Banyak senengnya walopun sering ngeluh (hahahahaha). Dari dulu, saya selalu dibilangin sama sepupu-sepupu saya “puas-puasin Is jadi mahasiswa, nanti kalau udah gak jadi mahasiswa pasti kangen deh” dan memang seperti itulah nyatanya:  menjadi mahasiswa adalah tahapan yang harusnya dimasukkan ke dalam tahapan perkembangan, paling nggak dalam siklus kehidupan sosial anak manusia. Hahahahaha.

Walaupun enggan lulus, tapi tidak mengurangi rasa syukur yang teramat sangat saya atas karunia itu.

saya - demput a.k.a ranger hitam - mbak dits
saya – demput a.k.a ranger hitam – mbak dits

 

2. berakhirnya hubungan saya dengan Captain

inget dong sama Captain-nya saya ini? Yang dulu awal-awal postingan sempet jadi headline di dramaLand inilah. semua postingan saya pasti di awal-awal ada dianya.

yup. Sempet on – off beberapa kali, hubungan yang berjalan 3tahun itu ternyata benar-benar harus diakhiri. Awalnya saya sempat tidak ingin membahas ini di sini, tapi saya kan mau promosi juga kalok saya single (*cring). Hahahahaha. Gak ding, kali aja ada yang penasaran kenapa nama Captain gak pernah disebut lagi…

Sebenarnya sempat ada omongan di tahun 2012 itu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, setelah saya lulus sempetlah kita ngobrol kalok pengen ada acara lamaran, tapi … gimana yah nyeritainnya yah… tapi yah intinya mungkin saja belum jodoh.

 

3. patah hati

gak cuman sama si Captain, tahun 2012 kemaren saya juga patah hati dengan seseorang. Kalok kata evergreen song, layu sebelum berkembanglah. Saya sama si uhuk-uhuk ini memang sudah kepengennya punya hubungan yang serius juga. Tapi apa mau dikata yah…sekali lagi, mungkin belum jodoh *ambil tissue* hiks. masih sentimentil. Maklum … yang ini masih anget banget 😥

4.  Pergi ke Pare

kepergian saya ke kota kecil di Jawa Timur ini membawa beberapa perubahan dalam hidup saya. Salah satunya adalah ini: ‘kamu tidak akan pernah kekurangan dengan berbagi’. Jadi, saat saya pergi ke Pare ada begitu banyak orang yang memiliki niat sama kek saya: belajar bahasa inggris. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang masih minim sekali. Tapi tidak pernah menyurutkan niat mereka untuk belajar dan mengajar. Mereka semua di sana tidak pelit ilmu. Misalnya mereka mendapatkan 10 kata, maka akan mereka berikan 10 kata itu ke orang laen. Dan itu membuat mereka belajar juga kan?

Itu menyadarkan saya bahwa dengan memberi, kita gak kekurangan, kita malah mendapat lebih. itu juga yang membuat saya ingin sekali menjadi pengajar. tapi sekali lagi, mungkin belum rejeki saya jadi dosen atau guru 🙂

empat sekawan dari camp fajar

 

5. being a jobseeker

sejak bulan April hingga bulan november, saya pada akhirnya mengalami fase ini: berburu pekerjaan. Saya gak pernah tahu kalau mencari pekerjaan ternyata sesulit itu; pauli belasan kali, tes grafis sampek hafal, wawancara-wawancara dan wawancara, mengirim belasan aplikasi,  menanti dan menunggu. Ada masanya jantung saya berdetak lebih kencang saat ada bunyi hape. Ada masanya saya membeli kompas tiap hari Sabtu. Ada masanya saya gigit jari saat dipandang rendah oleh sesama pencari pekerjaan begitu tahu saya lulusan dari daerah (percayalah, saya pernah mengalaminya). Ada masanya saya nyaris menangis di transJakarta saat harus menerima kenyataan pahit saya gagal untuk kesekian kalinya dalam test.

Saya benar-benar termasuk ke dalam mereka yang berusaha mencari pekerjaan. Hingga sempat terlintas di kepala saya bahwa mungkin saya gak akan pernah mendapat pekerjaan. Sampai ada masanya saya ngambek dan kabur ke Jogja untuk menghindari orangtua saya saat saya di titik putus asa dalam menanti sebuah pekerjaan.

terimakasih kepada orang-orang hebat yang sering saya temui setelah saya gagal: mereka selalu menyemangati saya dan berkata “sabar…belum rejekinya” klise. tapi memang benar loh itu.

 

6. Bandung

Saya selalu heran sama orang yang mencintai Bandung meski dia bukan orang Bandung. Maksud saya gini…adakan orang-orang yang bukan lahir di Bandung, gak pernah sekolah di Bandung tapi cinta mati sama Bandung. Sama seperti kecintaan saya sama Jogja. Dua kota itu memang beda banget, tapi dua kota itu saya pikir punya penggemar-penggemar fanatik yang gak bisa mendeskripsikan alasan kecintaannya. Koreksi saya yah kalok salah…

 

Dan di tahun 2012 jugalah saya akhirnya menginjakkan kaki di kota Bandung. Komentar saya? apa yah…hm..hmm…saya tetep cinta jogja deh *ora nyambung blas*

 

7. kepindahan sang sahabat

ekosistem saya agak-agak hancur berantakan di 2012. beberapa sahabat saya meninggalkan Jogja (actually cuman dua orang sih…hehehehe). Si beruang kutub dan my partner in crime.

kepindahan mereka berdua bikin hari-hari saya di Jogja agak-agak kesepian gitu deh. tahulah…biasanyakan tiap ada yang heboh saya tinggal lari ke rumah beruang kutub yang cuman kepleset nyampek, kalok lagi mau begajulan gak jelas, saya memacu blacky ke Lowanu ngejemput partner in crime saya dan begajulan lah kami hingga larut malam. Malah kadang bisa ampek  seminggu. Walaupun pada akhirnya saya menyusul kepindahan mereka, semuanya gak pernah sama lagi,

Tahu sendirilaah..gak ada lagi sekarang nongki-nongki cantik hingga larut malam di kedai kopi termurah. ucapkan selamat tinggal kepada atap rumah. ucapkan selamat tinggal juga kepada berkeliling-kota-dengan-duit-20ribu.

karena jika kami melakukannya di Jakarta, percayalah kami akan pulang jalan kaki darimanapun kami berada menuju rumah. Jakarta mahal. Setidaknya lebih mahal daripada Jogja.

***

Pftt…hari semakin malam. actually pengen banget ngelanjutin postingan ini sampek point keduabelas. Tapi…tapiii…saya … saya ini gak bisa begadang lagi sekarang. Jam belum menunjukan pukul 11 tapi mata saya berat banget rasanya. Yasudah, bagaimana kalau saya lanjutin lagi besok? boleh kan?

boleh yaaa…

***

see u next post 🙂

 

saya merasa tua

Saya merasa tua saat menonton sepakbola dan bertanya di mana Totti, Batistuta, Michael Owen, Inzaghi bersaudara, Bartez, di mana mereka semua?

Saya merasa tua saat bertanya ke teman satu camp di Pare mengenai “SPMB kemaren kamu ngambil apa?” dan mereka hanya mengernyitkan dahi dan bertanya, “SPMB?”

Saya merasa tua saat saya memasukkan as long as you love me-nya Backstreet Boys di playlist karokean, dan saat tiba waktu saya menyanyikan lagu itu itu, kawan saya yang masih kuliah di tingkat dua ngelirik saya dan nanya: “ini lagunya kek gemana sih?”

Saya merasa tua saat saya lagi duduk – duduk sore manis di depan kos-an saya waktu SMA, dan ada motor kawasaki ninja gedha warna merah dan begitu si pengemudi membuka helm-nya, yang naik ternyata si Bintang, anak kecil yang waktu saya SMA masih sering maen bola sambil disuapin sama pembantunya depan kos-an saya.

Saya merasa tua saat saya nganterin Sasa dan Yaya ke SMP Negri 1 Purwokerto padahal seinget saya baru beberapa saat yang lalu saya nganterin Sasa ke TK di daerah Porka sana.

Saya merasa tua saat saya melihat Hedy Yunus di talkshow dan ‘ow em ji.. dia keliatan tua banget yah?’

Saya merasa tua saat sadar angka pertama di umur saya akan segera berubah.

Saya merasa tua saat mas – mas di mirota kampus manggil saya ‘Bu’ saat saya nanya soal letak suatu barang.

Saya merasa tua saat semakin banyak menerima undangan nikah dari teman – teman cowok saya waktu SMA. Ow em ji… mereka yang cowok aja udah berani nikah!!

Saya merasa tua saat teman – teman saya yang wanita sudah mulai ngomongin anak mereka. yang kedua.

Saya merasa tua saat jumlah mantan saya lebih banyak daripada jumlah session nya Grey Anatomy.

Saya merasa tua saat ngomongin soal serial Friends (serial yang ada Jeniffer Anistonnya, bukan yang korea itu…)

Saya merasa tua saat menyanyikan lagu inikah cinta-nya M.E di ruang karoke.

Saya merasa tua saat anak angkatan 2008 bilang; “aah.. gue mah anak angkatan tua. Serius….”  menurut lo..kalo elo angkatan tua, gue angkatan apa? Bangkotan?

Saya merasa tua saat lihat tumpukan majalah saya waktu SMP, ajigile model nya gayanya kocak bener dah.

Saya merasa tua saat saya psikotes di sebelah anak kelahiran 1990 *gigit jempol*

Saya merasa tua saat ternyata …. saat ternyata… saya jijik ngeliat foto – foto narsis saya dengan gaya-gaya kek gini ini:

foto ini diambil kurang lebih lima tahun yang lalu, masih unyu kan gaya saya?

You grow up the day you have your first real laugh – at yourself (Ethel Barrymore)

***

semoga tulisan welcome back saya ini bisa membuat saya kembali menulis. amin.

see u next post 🙂

adaptable, bukan adaptor

Hidup ini merupakan sebuah proses adaptasi yang tidak berkesudahan. Hal ini saya sadari saat melihat anak dari sepupu saya yang berumur enam tahun (anaknya, bukan sepupu saya yang umurnya enam tahun), sedang bermain pasir di depan rumah tetangganya. Padahal di rumahnya sedang ada hajatan besar, si Bude dari anak itu menikah. Semua orang sibuk, keadaaan hiruk pikuk dan mungkin anak ini tersingkirkan. Bisa karena itu ia bermain pasir di luar, atau bisa juga karena kehadiran sodaranya, anak dari Budenya yang lain yang baru berumur dua bulan. ia tersingkirkan. hanya itu yang saya pahami,

Padahal beberapa tahun yang lalu ia adalah pusat dunia di sekitarnya. Bude- budenya, Uti dan Opa nya, semua ‘menanggap’ ia. Ia adalah matahari, dan Bude-Bude, Opa-Uti dan yang lain adalah planet-planet yang mengitarinya.

Setelah menemukan ia bermain pasir di rumah tetangga dengan baju pesta itu, saya menyadarinya bahwa saya juga pernah ada di posisi itu. Pernah menjadi pusat dunia dari orangtua saya saat saya lulus S1 tiga tahun lalu, namun beberapa saat kemudian lenyap karena hamilnya Kakak Ipar, calon cucu pertama di dalam keluarga. Dan kehadiran saya makin lenyap setelah si kecil Zi lahir. Zi adalah pusat dunia dari orangtua saya.

Saya beberapa kali berulah menarik perhatian orangtua saya saat itu, tapi tetap saja dunia mereka berputar di  Zi.

Dan sekarang mungkin saya sedang menjadi pusat dunia mereka. saya mau wisuda. saya lulus. anak mereka yang pertama kali meraih gelar master (masterchef kaliii). Saya tahu beberapa saat pusat dunia keluarga ini adalah Kakak saya, yang dipindahtugaskan ke Pekanbaru dengan gaji yang cukup besar. Ouch…. dan saya pengangguran. dan single ting ting yang belum punya ‘calon’ buat digandeng.

jadi pusat dunia mereka juga pastinya, someday. but in different way.

kenyataan itu membuat saya galau berkepanjangan dan resah serta gelisah tak berkesudahan (yeah sampai saat ini). Ya ampuuun… gue udah lulus. Ya ampuuun… gue bukan mahasiswa lagi. Ya ampuuun kalau ada yang nanya-nanya soal kuliah terus gue gak bisa jawab gemana dong? Kalau gue ketahuan begonya gemana dong? Kalau gue ngomong bahasa inggris belepotan gemana dong? bedanya Plato ama Socrates apaan? bedanya fenomenologisnya Russel sama Heidegger apaan? err…. Ibnu Sina itu dokter bukan? err… bedanya Maslow sama Roger apaan? tahap perkembangan dari teori psikoanalisa itu apa aja?  PERFECT itu kepanjangan dari apa? Reliabilitas sama Validitas apa bedanya dalam mengukur Performance karyawan?  eh ya ampuun… gue make alat tes aja kagak bisa!!!!

Rasanya pengen banget membalikkan waktu ke usia awal dua puluhan, di saat tuntutan dari lingkungan sekitar masih belum begitu banyak.

Lalu tiba-tiba saya sadar; (persis saat melihat si anak kecil bermain pasir itu) hei… hidup ini proses. dan di dalam sebuah proses itu ada perubahan, dan dalam perubahan itu kita harus beradaptasi bukankah?

Jika hidup ini adalah proses yang berubah terus menerus, maka kita harus bisa beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Kita harus adaptable terhadap ini semua.

saat balita, kita harus beradaptasi dari bayi ke balita. lalu setelah itu kita harus beradaptasi ke masa anak-anak awal, anak-anak tengah, anak-anak akhir lalu masuk ke remaja awal, remaja tengah, dan seterusnya. itu jika dilihat hanya dalam kacamata tahap perkembangan. belum dengan peran kita yang tadinya jadi anak bungsu eh tiba-tiba adek lahir. tadinya jadi anak es de, eh jadi anak es em pe. tadinya anak sekolahan jadi mahasiswa. dan masih banyak lagi…

itu semua adalah suatu kemutlakan yang harus dihadapi.

Kita berpindah dari satu proses ke proses yang lain, dari satu peran ke peran yang lain, dari satu masalah ke masalah yang lain. Kita manusia dirancang sempurna untuk semua proses ini.

Lalu saya berkata pada diri saya sendiri: semua orang punya berbagai cara untuk beradaptasi. Si anak kecil yang bermain pasir mungkin caranya adalah menyingkir dari keramaian dan menemukan permainannya sendiri yang mengasyikkan dan nyaman bagi dirinya. tugas saya saat ini adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan proses perubahan yang sedang terjadi dalam hidup saya seraya meyakinkan diri sendiri bahwa saya juga merupakan makhluk Tuhan yang memiliki proses adaptasi yang begitu hebat untuk bisa ada di titik ini sekarang.  dan, tidak lupa satu hal penting: bahwa tiap proses adaptasi ada proses belajar di dalamnya. karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar.

Seperti kata seorang sahabat, Tuhan tidak pernah bermain dadu dengan alam semesta, termasuk dengan makhluk ciptaanNya.

terpaku

yah, saya sedang terpaku pada satu hal.

baik hati dan pikiran saya. baik afeksi maupun kognisi  saya. entah ini bagus atau tidak. karena saya memang orang yang susah fokus. jadi saat saya terfokus dan terpaku apakah ini pertanda bagus? pertanda baik?

pfft… sudah tiga kali ngeklik add new post di blog, dan selalu ditutup lagi, padahal sudah sampai di tengah tulisan, gak tahu mau melanjutkan bagaimana.

sedang terpaku pada satu hal. satu hal kompleks yang baik secara ilmiah maupun common sense jelas terkait dengan banyak hal. apa itu?

waktu.

saya sedang terpaku dengan waktu, dan itu jelas pertanda buruk. karena, waktu memang bukan kekasihmu yang menerima kamu apa adanya. waktu hanyalah waktu yang berjalan tanpa memperdulikan apa maumu, tanpa memperdulikan keluhanmu, patah hatimu, kebimbanganmu, ataupun kemalasanmu.

waktu hanya waktu.

lebih baik dosen penguji yang bertanya dan masih mau memberikan jawaban untukmu, waktu terkadang tidak memberikan jawaban.

waktu hanya waktu.

ia bukan sahabatmu yang selalu ada untukmu.

waktu hanya waktu.

bukan Jikustik yang bisa bilang; ‘akhirilah ini dengan indah’

waktu hanya waktu.

bukan Mamah yang selalu marah tiap kali melakukan kesalahan, tapi selalu menerima maafmu.

waktu hanya waktu.

bukan satpam kampus yang tersenyum saat kamu melewati pos-nya.

waktu hanya waktu.

bukan mcflurry yang memberikan efek tenang.

waktu hanya waktu.

yah hanya waktu.

***

 

see u next post, maybe. hopefully.

😦

***

dan aku terpaku pada waktu,

membiarkan desing yang mendera  di sekitarku.

membiarkan kini menjadi lalu.

apa kabar 2012?

hai! hai! hai semuanya! hihihihihihi.. Apa kabarnya? Kabar saya baek, selaen gigi yang dangdutan sih, semuanya masih bisa dikontrol. Tapi masalah gigi – gigi an ini membuat saya resah dan gelisah. Hingga kerjaan saya cuman bengong menatap kosong ke layar laptop. Haiaaah.. lebay deh ah.

dari kemaren itu mau sok – sok ikutan euforia orang-orang tahun baru, mau nulis resolusi, mau merecap kejadian 2011, mau membuat planning seru di tahun baru ini. Tapi ternyata si kuman di gigi ini memilih berpesta di tahun baru. Jadi lengkaplah sudah satu minggu menjelang tahun baru dan satu minggu sesudah tahun baru saya terjungkal-jungkal menahan sakit gigi.

sebenarnya banyak cerita yang hadir diantara tanggal dua dan sembilan ini, apalah namanya kalau bukan twitwar saya dengan seseorang minggu kemaren itu. Intinya sudah sudah terselesaikan. dari pihak saya lumayan puas. Puas dalam artian saya menunjukkan ke dia kalau saya merasa tidak bersalah dan saya mengungkapkan semua kekesalan saya.

Tapi pagi tadi saya nanya smaa diri saya sendiri: sebenarnya meminta maaf sama diri sendiri itu lebih susah atau lebih mudah sih dibandingkan memaafkan orang lain?

Contoh kasus kemarin itu, apakah saya sudah memaafkan diri saya sendiri karena terpancing emosi untuk meladeni urusan kecil gak penting yang dibilang oleh si mantan sebagai urusan yang enaknya buat dibikin joke?

saya  rasa belum. ada sedikit perasaan menyesal saya memaki dan menumpahkan kekesalan saya di depan publik. Mungkin saya sudah memaafkan si pelaku, yang membuat emosi saya terpancing. Tapi di sisi lain, apakah saya sudah bisa memaafkan diri saya sendiri setelah mengeluarkan makian itu? (Percayalah, saya memaki dengan bahasa yang gak enak banget. Bukan di depan publik, tapi via email memang). Dan setelah saya baca email itu lagi, ada perasaan sedikit menyesal.

Harusnya saya gak ngomong itu. Harusnya saya bisa nahan diri untuk gak membahas dan meladeni hal gak penting seperti itu.

Sabar itu gak berbatas. Tapi manusia saja yang terbatas kemampuannya (atau keinginannya?) untuk bersabar.

pfiuh… itu adalah peristiwa paling tidak enak di awal tahun. dan sekarang saya sedang mencoba memaafkan diri saya sendiri atas kelakuan saya memaki-maki orang seperti itu. Minta maaf sama orangnya udah Is? ya sudah. sudah dilakukan langsung saat itu juga. Tapi tetep aja ada yang ngganjel  😥

baiklah, sesuai janji saya di akhir tahun kemarin kalau saya pengen memiliki postingan bertena. Hal pertama yang terlintas di kepala saya adalah membuat satu hari khusus mengenai suatu postingan yang memiliki tema khusus. Jadi misalnya hari selasa saa nulis soal makanan, hari jumat saya nulis soal makanan, hari kamis saya menulis soal makanan. Jiah.. jadi makanan terus deh ah.

Gak, gak… itu cuman misal. di kepala saya sih terlintas dua tema. satu tema mengenai kisah-kisah manis saya jaman dulu, ide ini berangkat pas saya nulis #12hariMenulis yang pas saya buka – buka buku harian, saya jadi kepikiran, kenapa gak saya memiliki satu hari khusus untuk bernostalgia dengan kenangan saya. Satu hari khusus saya menulis postingan mengenai hal – hal manis (ataupun tidak) di masa lalu saya? Yah berdasarkan kisah dari buku harian itu. Ih pasti seru deh.

Mari kita namai dengan kamis manis. Kenapa kamis? karena berrima di belakangnya

:mrgreen:

hihihihihihi.

gemana, gemana.. ide nya oke gak? Oke dong pasti.. (ngomong sendiri jawab sendiri, hihihihi..)

see u next post!

Dear Me: A Letter To my 16 year old self

Tadi… pas buka WP, saya nemu postingan dengan judul yang menarik, mirip dengan judul yang saya buat  –> Dear Me: A Letter to my 16 Year Old Self 

di situ Traci bercerita kalau dia menemukan sebuah majalah yang didalamnya memuat sebuah publikasi buku yang berjudul : Dear Me: A Letter to my Sixteen Year Old Self’, edited by Joseph Galliano. Buku itu berisi 75 tulisan orang-orang terkenal (ada J.K Rowling, Hugh Jackman, Stephen King, dan masih banyak lagi..). mereka menulis surat untuk diri mereka sendiri di umur mereka yang jauh lebih muda. Dan si Traci yang postingannya saya baca, juga melakukan hal yang sama.

dan kalau kamu buka web buku tersebut, kamu bakal menemukan surat-surat dari pembaca untuk diri mereka sendiri di waktu muda.

di sini, saya juga akan melakukan hal yang sama. seru banget deh keknya, dan sepertinya akan jadi surat yang panjang. Hahahaha…

hey my 16 year old, this for u 🙂

Dear Aren,

yeah… aku tahu saat ini kamu lagi senang-senangnya menulis nama ‘Aren’ di penjuru kelas. hentikanlah Vandalisme seperti itu. Tidak baik bagi adek kelas kamu melihat seluruh penjuru kelas diisi dengan tulisan ‘Aren was here’ tanpa tahu siapa Aren itu. Makhluk apa Aren itu. Aren yang mereka tahu adalah gula jawa. Kamu akan menemukan suatu hari nanti bahwa ‘Aren was here’ sudah tidak keren sama sekali.

Cobalah fokus untuk belajar, dan berhentilah bermain setiap pulang sekolah, karena di akhir caturwulan kedua, wali kelas mu akan senang menyindirmu: si siswa aktif di organisasi tetapi peringkat dua terbawah. Well, ditambah: Mamahmu akan selalu mengingatkanmu bahwa kamu bukannya bodoh, hanya saja malas dan terlalu senang bermain – main.

Yeah.. nilai akuntansimu memang bagus, sangat bagus malahan untuk seseorang yang memiliki nilai matematika begitu rendah. Pertahankan itu. Karena, gedung kuliah Fakultas Ekonomi di kampus idamanmu lebih keren dibandingkan gedung kuliah fakultas lain yang kamu idamkan. Ttapi ingatlah bahwa nilai akuntansi saja tidak akan cukup untuk menembus Fakultas idaman di Universitas terkenal itu. Jangan terlalu sering bolos les (!!!).

Berhentilah untuk berusaha membuat Jurusan Bahasa diadakan, karena: itu tidak akan terjadi saat kamu menginjak kelas 3. Seberapa seringnya kamu bernyanyi di kelas mengenai mars Jurusan Bahasa itu.

Kamu bertemu dengan seorang sahabat yang hebat bernama Fajar. Dia memberikan begitu banyak pelajaran begitu banyak buat kamu (yeah..walaupun kamu harus mengerjakan ulangan Akuntansinya, tapi dia tetap sahabat yang baik kok!). Dan kamu akan bersahabat dengan dia bertahun-tahun kemudian, walaupun kamu akan mengalami begitu banyak masalah dengan dia. Yeaah.. bagian dia putus dari pacarnya yang akan menjadi sahabatmu kelak, itu akan membuat Fajar menjauh dari kamu, dan berusahalah lebih untuk memahaminya, karena sahabat seperti Fajar akan sulit kamu temukan, bahkan sepuluh tahun kemudian, kamu akan menemukan teman lain, tapi tidak ada yang seperti dia.

Oh iya, kamu akan terjun ke dunia yang kamu cintai: dunia radio. Kamu menjadi penyiar muda bersama beberapa kawan satu sekolah, dan nikmati saja itu. Kamu akan menaksir teman penyiar muda-mu, penyiar seniormu, atau bahkan kakak dari rekan penyiar mudamu (yess, mas satu itu memang tampan dan mempesona, tapi dia akan mmematahkan hatimu, tapi nikmati saja perasaan diinginkan oleh pria berseragam).

Gak usah repot memikirkan dengan sepenuh hati siapa yang akan jadi pacar kamu, karena: si wahyu teman penyiar muda-mu itu sepertinya homo, Vian senior mu itu akan hilang kontak dalam waktu setahun, dan Mas berseragam itu akan menikah dengan anak atasannya di kesatuan. Mereka akan mewarnai hari-harimu tentu saja, dan itu sangat menyenangkan. Tapi tidak usah dipikirkan sampai pusing, nikmati saja.

suatu hari, kamu akan bertemu dengan Gitaris tampan yang akan memberikan begitu banyak pelajaran juga dalam hidupmu, tapi ingat: Jangan lepaskan kesempatanmu di dunia penyiar karena dia, teruslah datang tiap malam minggu, dan senin sore ke radio. Bukankah kamu sangat menikmati dunia siaranmu? Toh kamu masih bisa pacaran di hari lain. Kamu masih bisa berjalan – jalan di minggu pagi (nikmati-lah minggu pagi di GOR!), kamu bahkan bisa menghabiskan waktu seharian di hari minggu bersama dia… walau hanya untuk baca komik bareng, nonton VCD, atau makan es duren di Purbalingga.

Tetaplah bekerjasama dengan tim majalah sekolah dan juga majalah dinding, kuatkan dan kumpulkan niat untuk membuat buku tahunan (dan oh yaaa… coba kamu ‘galak’ saat kawan-kawan mu meminjam buku tahunan SMP mu. karena sekarang aku mencarinya tidak ketemu!!).

Soal pria? ah jangan pusing… pria akan datang dan pergi dalam kehidupanmu. Bahkan pria yang sedang kamu taksir mati-matian sekarang akan menjadi kawan mengobrol yang menyenangkan, walaupun ia tidak menjadi kekasihmu. Ia hanya akan menjadi ‘kakak’ yang baik untukmu (dan semakin banyak ‘kakak’ dalam hidupmu ke depan nanti, percayalah…)

Kamu akan dicoret dari tim Basket memang, dan itu aku paham.. sangat menyedihkan. Tapi ingatlah kata-kata temanmu: ‘Ah.. mending kamu gak masuk, tim nya parah banget. dia (dia yang menggantikan tempatmu di tim inti) kemampuannya payah banget‘.

Yeah… kamu akan membenci banyak orang, termasuk dia yang merebut tempatmu di tim inti basket, dan beberapa temanmu di Pramuka, dan soal surat kaleng yang mengkritik kepemimpinanmu? jangan ambil pusing, pengirim surat itu bisa saja salah satu teman dekatmu, sesama ‘pejabat’ di Dewan Ambalan. Dia hanya tidak puas sama kinerjamu, don’t take that too personal. Dan soal kakak kelas yang sebel sama kamu? Gak usah diambil pusing… mereka juga akan berhenti sebel sama orang.

And just for your information, kamu tidak akan pernah berhenti dibenci orang. Because you’re just human beings. You also make mistakes like the others. You just have to try learn from your mistake. And sometimes people just hate you for no reason. They hate you for a simple reason: envy.

oh iya satu lagi: berhentilah untuk makan gula pasir! Jagalah kesehatan gigi kamu walaupun behel di gigimu sudah dilepas! Karena gigimu akan rusak kalau kamu tidak menjagany. oh iya satuuuu lagi: kamu mungkin akan membenci  orangtua mu karena tiap larangan yang mereka keluarkan membuatmu kesal, tapi sadarilah: itu semua BENAR BENAR untukmu, bukan untuk mereka. Mereka melakukan larangan- larangan itu, karena mereka sudah pernah ada di posisi mu: menjadi remaja 16 tahun. Dan, ketahuilah bahwa orangtua-mu sudah banyak melakukan begitu banyak kompromi kepadamu.

wow, aku menulis surat yang lumayan panjang buat kamu ternyata. Akan ada part dua sepertinya (hahahahaha..). Keep writing. tetap menulis di buku harianmu, karena aku membaca buku itu tiap hari. You’re my inspiration, Aren!

and always remember: that every person comes in your life for a reason, even they come up with dislikeness. Some people come into your life and quickly go, some stay for a while and leave a footprints in our heart, and we are never ever be the same.

Love u,

ais ariani (yes, there no more ‘aren’ here..)

eh ya ampuun.. ternyata seru juga loh nulis kek gini.  Pantesan di situs buku itu ada beberapa pembaca yang menulis di situ. kira-kira sapa yah yang mau ngado buku ini ke saya? :mrgreen:

If you could send a letter to yourself aged 16, what would you write in it?

***

P.S : ada yang nanya Aren itu apa? atau ada yang bisa memberikan jawabn?

#12harimenulis #6

udah bikin draft postingan buat yang keenam nih.. eh pas  mau upload foto ke postingan ityu susah banget. kalau gak pake foto pasti jadinya aneh deh. hiks… jadinya saya mbikin postingan baru ajah lah kalau begitu.

saya punya ide yang menurut saya cukup cemerlang. Ide ini muncul saat saya membereskan buku-buku saya. Err… actually yang ada di rak saya bukan cuman buku bacaan, tapi ada beberapa buku harian saya.

buku harian yang saya sebut sebagai harta saya. entah kenapa…. saya selalu merasa someday saya akan sangat membutuhkan mereka. makanya saya gak pernah membuang mereka. ada sih hasrat ingin membakar atau membuang mereka, tapi selalu ketahan sama kata-kata ’eman-eman’

padahal kalau dibaca yah boo… hadeh hadeh.. isinya ituh. saya rasa kalau umur saya lebih muda, dan usia belasan tahun saya udah mengenal apa itu twitter, blog dan FB, saya rasa saya masuk generasi alay yang sering saya hina dina. untunglah saya lahir lebih dulu. jadi saya hanya menyimpan sendiri ke lebay-an masa labil saya (bukan sekarang masih Is?). uahahhahahahaha…

jadi, ide cemerlang itu adalah: saya akan menulis kembali (re-write yak bahasa inggrisnya?) tulisan saya di salah satu buku harian saya yang tanggalnya sama dengan tanggal sayambikin postingan. Jadi kalau misalnya hari ini tanggal 11 desember, maka yang akan saya tulis adalah apa yang terjadi tanggal 11 desember di tahun – tahun sebelumnya,

naah… ide cemerlang itu gagal dengan mantap setelah saya bongkar semua buku harian saya dan gak ada tanggal 11 desember di dalamnya. satupun. dari sekian banyak buku harian itu. mantap kan?

jadi dari sekian tanggal, kelabilan saya memilih libur di tanggal 11 Desember. Cantik sekali. jadi saya hanya menghitung itu buku-buku harian dan buku curhat yang setelah dijumlah ada dua puluh aja dong.. toweng toweeng…

e? Buku curhat? Apa itu ais?

Begini.. begini.. sebagai generasi ABG akhir 90-an yang belum mengenal internet dengan baik, dan lagi kalaupun ada internet waktu itu juga cuman dipake email-email an sama chatting di mirc, sama ngirim e-card gitu deh. belon paham sama yang laen. dan rasanya onlen 3jam di mirc lamaaa banget. dan alat komunikasi paling happening waktu itu adalah telpon rumah. Jadi, sebagai wadah untuk bercerita, saya dan para sahabat menggunakan fasilitas telepon rumah untuk gossip time dan chitchat after homework hour di rumah.

sangking seringnya itu telpon rumah dipake, saya ampek sering kena tegor. begitu juga dengan sahabat saya. dan taktik ‘elo nelpon gw dulu dong, biar telpon gue bunyi, ntar gue telpon balik, kalau ditelpon lama-lama kan gak diomelin nyokap’ sudah tidak berhasil dan sepertinya diketahui dengan baik oleh Mamah. Jadi kami tersiksa sekali dengan larangan menggunakan telpon rumah lebih dari 15 menit (ya iyalah ya… 15 menit itu baru prolog biasanya… hahahahaha)

tapi episode telpon rumah saya simpan buat postingan berikutnya ya, sekarang saya mau cerita soal buku curhat. Jadi, karena ada larangan seperti itu, saya dan sahabat-sahabat saya waktu SMP memutuskan untuk bercerita melalui tulisan. jadi semacam buku harian, tapi kami gunakan untuk bercerita satu sama lain. Dan, saya serta dua sahabat saya waktu itu memberi nama ‘ayu’ untuk buku curhat kami. si ayu ini kalau gak salah sampek ke part 3, dan tiga-tiga nya disimpan sahabat saya, dinka. Biasanya kalau dia menemukan buku itu setelah selesai beberes, dia pasti akan menelpon atau sms saya dan heboh nostalgia lah kami.

kebiasaan menggunakan buku curhat ini muncul lagi saat saya pacaran ketika SMA. dengan si gitaris tampan itu saya memiliki buku curhat yang kami beri nama Biroe. Yang kalau dibaca sekarang, isinya bikin mules dan nyengir sendiri. Kamu pernah lihat pasangan yang pamer kemesraan di socmed? saya lebih parah dibandingkan mereka. Saya dan si dia bisa mengungkapkan perasaan cinta berhalaman-halaman. si Biroe ini juga sampek ke part 3, yang ketiganya saya yang pegang. Karena waktu putus si dia memberikan kepada saya, karena menurut dia; dia tidak sanggup memiliki ketiganya (aciiiieeeeeeeeee… *uhuk uhuk*). Jadilah ketiga buku itu jadi penghuni rak barengan sama buku curhat dan buku harian laennya.

eh kelupaan! sebelumnya ada buku curhat juga. sebelum saya pacaran sama si Gitaris Tampan, saya mbikin buku curhat sama kakak kelas saya yang saya akui sebagai sahabat, padahal aselinya ngegebet. jadi saya bareng sama kawan sebangku saya mbkin buku curhat dengan kedua kakak kelas yang juga duduk sebangku. Kami menyebut buku itu FAYE, yang diambil dari nama inisial kami berempat (ga usah nebak-nebak juga kali yak yang disitu, daripada salah. hahahahahah…)

kemudian buku curhat yang keempat itu sama kawan-kawan KKN di tahun 2007. kami dari kawan-kawan KKN satu sub unit menggunakan buku curhat sebagai buku kenang-kenangan aja sebenarnya. Siapa lagi yang memparkarsai kalau bukan saya? hehehehehehe. Buku ini hanya diisi oleh empat kawan KKN dari enam kawan serumah.

buku curhat yang kelima masih sama orang special. yang ini waktu saya pacaran sama si Barista Handal. Kalau yang ini isinya lebih banyak argumen-argumen dua orang dewasa sebenarnya (cieh.. ngaku dewasa bo!). karena isinya lebih ke arah narasi dan curhatan dua orang anak muda bimbang. Buku ini separuh saja tidak sampai, karena saya dan dia akhirnya lebih memilih berbicara satu sama lain secara langsung. saya menggunakan buku itu kalau ingin menyampaikan perasaan-perasaan tak tersampaikan saja. dan yes, buku ini saya simpan.

kenapa semua buku-buku ini saya simpan? karena saya masih sering menggunakannya untuk menulis fiksi. yang mana sudah beberapa tahun terakhir tidak saya lakukan (menulis fiksi maksudnya). dan… membaca buku curhat itu mengingatkan saya akan banyak hal. banyak hal yang mungkin gak bisa ditampung oleh memori otak saya yang low ini. Seperti hal di bawah ini:

Ternyata, tanpa sadar, setelah kenal dengan kamu, dengerin ocehanmu dan ceritamu, setelah sering bareng-bareng sama kamu, aku jadi ngerasa seimbang lagi. Ada orang-orang laen juga yang perempuan di sekitarku, tapi aku ngerasa gak ngedapetin apa-apa dari mereka. Jadi, kesimpulannya, dari apa adanya kamu, aku ngedapetin ‘sesuatu’ yang ntah apa, tapi membuatku merasakan ‘sesuatu’ yang sepertinya membuatku menjadi lebih dari sekedar ‘sesuatu’*

see?? see?? bukan syahrini yang menelurkan kata sesuatu. karena salah satu penulis buku curhat sudah memulainya empat tahun lalu! uahahahahahhahahaha…

see u next post!

***

PS: kalimat yang ada di box kutipan itu (*) saya ambil persis dari salah satu buku curhat yang saya pegang. dan, di kepala saya sekarang terhimpun beberapa ide cerita fiksi dari kalimat-kalimat itu.

btw, update tanggal 12 Desember siang, setelah mendapat komen dari Mbak Nike jam setengah satu pagi tadi (etdah, si Ibu satu ini kagak tidur apa yak?), saya niat nambahin foto ini ah:

ini penampakan buku curhat dan buku harian saya, kurang satu.. habis dibaca di tempat tidur soalnya 😀

yang bilang hari ini tanggal cantik angkat tangan!

ayok angkat tangan. saya sih bingung dan belon menentukan sikap ini tanggal bagus atau enggak. yang jelas, di tanggal ini saya pernah punya janji denagn seseorang *woops*

tanggal ini sebenarnya terlupakan oleh saya, sampai tadi pagi waktu lagi mau b’erkicau’ saya nemu ‘kicauan’ salah seorang kawan saya. dan sumpah sekarang saya lagi males banget nyarinya, kurang lebih begini kata-katanya:

tidak perlu berlebihan, tanggal dan tahun itu hasil budaya manusia loh

saya ngakak. inget kuliah jaman S1 dulu; pas dosen bilang soal konsep waktu menurut Henri Bergson, seorang filsug Perancis yang terkenal denga teori mengenai kesadaran.

Bergson membagi waktu menjadi dua, yaitu temp (dalam bahasa Perancis) sebelum menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia ada baiknya saya menceritakan dulu definisi dari temps ini. temps menurut Bergson merupakan waktu yang digunakan dalam kehidupan rutinitas kita sehari-hari. misalnya satu jam, dua jam, atau tanggal satu tanggal dua. dan ini merupakan waktu yang objektif.

yang kedua menurut Bergson adalah duree (atau duration) ; yaitu merupakan waktu yang tidak berhubungan dengan ruang, waktu yang bersifat tidak objektif. waktu yang ini berkaitan dengan kesadaran dan perasaan.

bingung?

baiklah mari kita memberikan contoh. karena biasanya pemberian contoh akan memudahkan pemahaman. pernahkah kamu mengalami hal seperti ini: kamu berbincang – bincang dengan kekasihmu, dari pukul 09.00 hingga pukul 12.00 dan menurut kamu perbincangan itu rasanya cepaaat banget berlalu.. berbeda dengan jikalau kamu duduk di kelas Aljabar setengah jam. rasanya seperti serius lo lama banget nih kelas, kapan Bapaknya kelar ngomongnya? Kapan bel berbunyi? . Atau saat menunggu si ‘dia’ menelpon dari pagi hingga siang rasanya seperti tiga juta tahun kamu menunggu. nah itu lah yang disebut dengan duree, berhubungan dengan pengalaman eksistensial, berkaitan dengan ‘kesadaran’dan tidak ada alat ukur objektif didalamnya,

sedangkan tempt merupakan waktu yang setengah jam itu, dua jam itu dan ukurannya lebih objektif, di belahan dunia manapun kamu bilang setengah jam yah 30 menit. waktu ini bisa diukur  (karena bersifat objektif tadi)

terus saya mencoba merefleksikan mengenai pernyataan si kawan yang bilang tanggal itu merupakan budaya manusia. kalau penasaran baca ini deh mengenai kalender. dimana disebutkan disitu bahwa awal mulanya adalah si Julius Caesar yang mengganti penanggalan tradisional bangsa Romawi. Ia dibantu Sosiegenes seorang ahli astronomi dari Iskandariyah yang menyarankan penanggalan mengikuti revolusi  matahari.dan itu dimulai pada tahun 45SM.

nah, sedangkan kalender  yang kita pakai secara internasional sekarang dinamakan kalender Masehi yang digunakan oleh umat kristiani yang mengikuti kelahiran Yesus. akan tetapi, untuk perhitungan tahun dan bulan mengikuti kalender yang dibuat oleh Julius Caesar dan Sosiegenes.

kadang kepikiran juga sih: wow… si Julius Caesar itu ebat dan keren ya bisa menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM.

Percayalah, saya juga bingung dengan segala konsep yang baru saya temukan di google ini. karena mungkin konsep tanggal dan kalender ini pernah dibahas di kelas IPA, tapi saya lupa. sama seperti saya melupakan Ibu Kota Kalimantan Barat atau Sulawesi Utara.

jadi, kesimpulannya apa Is?

yah sama seperti postingan melompat yang sering saya tulis, melompat kemana-mana, dan gak jelas ujungnya. but in the end of this post, saya mau bermain dengan angka 11. walaupun itu produk manusia, tapi saya kan mainstream banget… pengen juga ikutan efouria lucky eleven ini.

Apa partisipasi saya kali ini? Saya pengen menyebutkan 11 hal mengenai diri saya yang kepikiran saat saya menulis postingan ini (woi, this is my blog, jadi narsis dikit gak apa-apa kan? kalau udah bosen baca di close aja boleh kok window nya. huehhehehehe…):

  1. masih mengendarai astrea grand hijau dari tahun 2000 dulu
  2. gak suka naek becak. kasian sama tukang becaknya
  3. sering merasa inferior terhadap siapapun
  4. gak suka berada di kamar mandi
  5. pernah punya mimpi buat kerja di hotel atau Bank (mereka entah bagaimana terkihat sangat bersinar kan?)
  6. waktu kecil suka bikin denah rumah masa depan
  7. pernah punya teman khayalan dua orang sampai SMP
  8. pernah diputusin gara-gara bukan dokter (hahahahahahaha.. )
  9. punya jilbab hanya dalam beberapa warna dan itu polos semua
  10. sering sok tahu (kontradiktif sama pernyataan inferior itu yak?!?)
  11. suka sama sensai berkendara di kala hujan

cihiy!

so, yang bilang hari ini tanggal cantik siapa? ketahuilah cantiknya itu cuman cantik ditempel di undangan sama souvenir!

*sinis*

****

PS: thanks buat wikipedia atas informasi mengenai Bergson dan Heidegger. dan juga google yang bisa menjawab pertanyaan saya 🙂

selamat datang, hujan!

Hai…. kawan! Hai kawan! Haiiiiii…….
🙂
apa kabar? Semoga baik-baik saja ya kawan-kawan di sana. karena, walaupun saya menghilang dari peredaran dunia maya, tapi pasti saya gak hilang dari phonebook dan ataupun reader ataupun subcribe-an kawan-kawan kan? apalagi dari hati kawan-kawan semua.. (ternyata selaen memiliki penurunan kemampuan mengungkapkan kata-kata melalui tulisan, saya memiliki peningkatan rasa percaya diri yang dahsyat rupanya. Hahahahaha…)

Baiklah, bagaimana cuaca di sana? FYI aja nih, Jogja lumayan sering mendung beberapa hari belakangan ini, tapi baru sekitar satu kali aja daerah kwarasan dan sekitarnya diguyur hujan. yah bisa aja pas saya lagi molor terus hujan saya gak denger, jadi mari kita ganti pembicaraan mengenai cuaca. mari ganti membicarakan hujan. *hloh?!

Saya bukan pembenci hujan, dan juga bukan pencinta hujan. Sikap saya ke hujan sama seperti sikap saya terhadap spongebob: saya menyukai spongebob untuk berberapa alasan, namun adakalanya saya membenci sponge aneh yang bisa berbicara itu.

saya membenci sponge itu bukan karena kenaifan si Patrick kawannya, itu malah yang membuat spongebob menyenangkan untuk ditonton. saya membenci spongebob karena mengingatkan saya akan seseorang yang meracuni saya dengan spongebob. dan karena orang itulah yang pertama kali memberi arti mengenai pengkhianatan *drama mode: on*

hehehehehe…

saya mencintai hujan. karena seperti yang kawan saya pernah bilang; hujan itu seperti debt collector ingatan. begitu juga buat saya. diamkanlah saya saat hujan, beri saya pulpen dan kertas, lalu tinggal dikasih backsound mesin penenun hujan-nya Frau, maka saya bisa membantu para sutradara menciptakan sejuta ide cerita untuk beberapa scene episode sinetron kacangan, daripada adegannya itu-itu melulu ya bo. percayalah. jangankan itu, ide untuk film terbaru juga saya bisa!

maka… wahai produser film, pekerjakanlah saya untuk mencari ide cerita.

hehehehehehehe.

saya punya sejuta cerita yang mengiringi romantisme hujan. ah lihat saja beberapa tulisan saya soal hujan. ada yang mengingat romantisme gerimis (yes, setelah saya baca lagi, saya jadi mikir: itu tulisan maksudnya apa ya? seperti orang yang menahan diri untuk tidak jatuh cinta. Aw…aw..aw.. percayalah, saya juga lupa maksud tulisan itu apa).Apalagi pas bagian:

untuk itu lah aku menahan rasa, agar rasa ku tetap seperti rasa mu; ringan, menyejukan… seperti rintik gerimis di minggu malam ini

namun seperti mengatur hujan, begitu juga menahan rasa ku…

atau lamunan saya soal hujan di postingan saya yang ini, (yang setelah dilihat lagi: etdah! narsisnya gak mutu tenan. muka jelek kek gitu dijadiin bahan buat narsis?!?!).

namun buat saya, gak melulu soal cinta, romantisme hujan juga saya pernah ceritakan untuk pertemuan manis dengan dua kawan blogger yang cantik-cantik di plangi, yang pernah saya bagi di sini. atau ajakan saya untuk hujan-hujanan? dan, setelah saya baca tulisan itu lagi sekarang, saya tersenyum geli.ingat sesuatu.

Apalagi pas baca ini

Hmmm, sebelum semua dibebaskan dari sisa rasa yang mulai membelenggu

maka kan kuceritakan, pada dalamnya hatiku..
“ssst, aku menginginkanmu lebih dari apapun”

dan ku serukan pada semua penghuni senja untuk selalu menyampaikan pada fajar esok hari…
“sekarang hujan, dan aku merindukanmu”

dan itu beberapa bait tulisan dari sini, tulisan kawan saya. yang dia tulis karena terinspirasi oleh curhatan saya.

see? hujan itu memang magnet luar biasa bagi ingatan kita. er… ingatan saya deh kalau kawan-kawan gak ngerasa gitu.

tapi, saya yakin… untuk pemilik jiwa romantisme yang doyan nonton drama (kek saya) pasti setuju dengan pendapat itu.
karena, sayapun yakin… sutradara film drama itu pasti pernah merasakan beberapa scene adegan ber background hujan: berjalan bersama orang terkasih dibawah hujan, hujan-hujanan dengan si dia saat mengendarai motor (rasanya fantastis! apalagi pas PDKT. antara malu, kesel tapi seneng!), atau bahkan berantem di bawah hujan yang mengguyur (believe me, siraman air tidak memadamkan amarahmu, namun menambah efek dramatis malahan. hahahhahaha…).

kalau kawan-kawan gimanah, punya cerita soal hujan?

*tulisan ini dibuat untuk menyambut bulan november yang selalu saya sebut november rain, dan untuk semua kenangan manis di bulan november. Specially for u, u always know that u always be my sweet november!

suka band apah?

the telephone!

ahahahahhaha (ngakak). kalau delapan tahun yang lalu ditanyain suka Band Indonesia apah, saya jawab itu pasti. Kenapah? Karena gitarisnya dulu ganteng :mrgreen:

kalau ditanyain jaman SMP, saya suka sama Slank, sama Sheila on 7, terus awal-awal kuliah saya entah kenapa doyan banget sama Padi.

kalau Band luar, banyak gak ngertinya: jadi suka-nya yang enak di kuping ajah. Tapi kalau Oasis mah gak ada matinya 😉 segala versi My Wonderwall kudu dengerin. Hehehehehe…

Saya penikmat musik, tidak paham musik hanya menyenangi musik. Makanya saya agak-agak gak paham sama musik. Pernah pengen jadi vokalis tapi gagal total gara-gara sadar kalau suara saya fals. Kagak bisa bedain nada. Pengen jadi gitaris, tapi gagal karena gak bisa nggejreng. Akhirnya hubungan saya dengan musik yang paling dekat adalah: menjadi anggota Marching Band di section Color Guard. But that was my unforgetable moment in my Life.Kapan-kapan cerita ah soal hari-hari saya di Marching 🙂

ini penampilan pertama (dan terakhir?) tingkat nasional di Istora Senayan, tahun 2005

Sampek Juli 2008 adalah terakhir saya aktif di dunia permarching-an. Itu juga berakhir dengan suatu kesadaran: saya gak paham irama! Jadi tiap kali gerak, pelatih saya mesti neriakin dari pojok:

“aiss TEMPO!!! ais dengerin TEMPO nya!”

(itu ngomongnya teriak loh dari luar lapangan display,kebayang dong kalau saya bisa saja gak denger. Jadi bisa aja selama satu lagu saya gerak paling lambat atau paling cepet sendiri enta satu ketuk atau dua ketuk. Hehehehehe)

 

Bukan hanya buta nada sodara, saya juga buta tempo. Tapi kata emak saya bener: saya adalah orang yang berani. Berani malu. Jadi walau buta nada dan buta tempo, teteup ajah tuh saya PD dahsyat kalau diajakin karoke :mrgreen:

dan segala ke-buta-an saya itu tidak membuat saya membenci musik. Saya menikmati mendengar musik. Tiada hari tanpa mendengarkan musik buat saya.

Musik favorit saya adalah: apa aja yang disukai orang banyak. Hahahaha. Saya gak punya spesifik kesenangan lagu apa. Anyam-anyaman Sudjiwo Tedjo saya suka, On the night like this-nya Mocca saya suka, Mesin Penenun Hujan-nya Frau saya suka, No Fruits For today-nya Sore saya suka, Ku menunggu – nya Rossa saya jadiin RBT (hahahaha), Kamu kelemahanku – nya Marsheilla lagi saya dengerin sekarang, lagu ‘kebangsaan’ saya pas nulis skripsi itu lagunya Brand New Heavies yang You’re the Universe, dan kalau lihat di Widget sebelah kanan blog saya, ada lagu tambahan yang saya suka dan saya pajang liriknya disitu: Christinna Perri dengan Jar of the Heart.

Yang enak di kuping saya, pasti bakal saya puter terus deh. Dulu bekas temen serumah saya pernah protes soal komputer saya yang semaleman saya suruh nyanyi Bukan Pengemis Cinta (itu lagu yang nyanyi siapa ya?).

Dan perlu kawan-kawan ketahui: saya tidak pernah fanatik pada apapun kecuali cokelat, pizza, dan… gratisan :mrgreen:

termasuk soal dunia per-musik-an ini

Jadi saya gak pernah tergabung di Fans Club apapun, gak pernah majang poster band atau vokalis manapun, pernahnya juga masang poster pemaen bola, biar dibilang keren ajah. Hahahahaha…

Makanya suka heran ajah kalau ada orang yang ampek rela segitunya sama band atau artis atau orang terkenal laennya. Saya berlebihan dalam beberapa hal, tapi kalau untuk urusan artis dan atau public figure, saya datar. Biasa aja. Gak punya nafsu buat ikutan fans club. Nonton konser ajah bisa diitung pake jari tangan 😦

Tapi, ditengah ke’datar’an saya sama Band, ada satu band Indonesia yang tidak pernah lekang oleh waktu buat saya dengerin: Kahitna.

Dari jaman SD (apa SMP ya?) saya udah ngefans habis sama cerita cinta yang mereka nyanyiin. Daaaaaaaaaaan… sekarang, malem ini pas saya nonton TV ada talkshow dengan bintang tamu mereka. Entah kenapaa… saya gak mau beranjak sedikit pun dari depan TV.

Saya ngefans sama mereka. Sama tiap nada yang mereka alunkan, sama tiap lirik yang mereka nyanyikan. Bintang, merenda kasih, Andai dia tahu, Tak sebebas merpati, Tak kan terganti, Setahun Kemarin, Cantik.

dan, tahun ini mereka berumur 25 tahun!

selamat ulang tahun Kahitna

🙂

biar bintang tak datang
ku yakin hatiku hanyalah untukmu
walau bintang menghilang
ku sampaikan salam sayangku untukmu

meski mungkin aku yang harus pergi (oh pergi)
tak apa tanpa harus ku mengerti

biar aku melangkah (melangkah)
menemani bintang menerangi malam
jangan resahkan aku
yang penting bahagia untukmu selalu kasihku

Bintang – Kahitna

belajar tentang kehilangan

Some people come into our lives and quickly go. Some stay for awhile and leave footprints on our hearts. And we are never, ever the same.

Sewaktu SMP, saya memiliki dua orang sahabat yang sangat dekat. Kami memiliki buku curhat, dan di salah satu halamannya saya menuliskan kata-kata di atas. Entah saya menemukan tulisan itu dimana, saya lupa. Tapi kata-kata itu menancap dalam di hati saya.

Sampai sekarang, saat ini. Saat saya menuliskan postingan ini. Beberapa minggu belakangan ini saya sedang belajar memahami kehilangan. Mulai dari kehilangan kunci sepedah, kehilangan waktu, kehilangan kesempatan, kehilangan semangat, kehilangan kekasih, hingga kehilangan beberapa kawan terdekat.

But, this is life. C’est la vie. Terlalu sedikit waktu yang ada kalau hanya digunakan untuk meratapi kehilangan. Toh kita sudah sepakat bahwa saat kita kehilangan sesuatu maka kita akan mendapatkan sesuatu. Bukan begitu? Ini hanya masalah menemukan another comfort zone.

Enjoy your time, ais ariani. Face it 🙂

melawan

apa yang terberat di bulan puasa?

Waktu SD, kawan-kawan SD saya satu sekolahan yang puasa bisa dihitung pake jari. Dulu saya SD nya di SD Katolik, rata-rata muridnya emang non muslim. Jadi jaman itu bagi saya puasa adalah menahan lapar dan haus. Sementara tetangga yang seumuran saya libur, sekolah saya gak pernah libur pas bulan ramadhan. Kantin juga gak tutup. Kehidupan sekolah seperti biasa. Masih maen karet, maen benteng, istirahat juga masih pada maen ke kantin. Yang istimewa hanyalah: duit jajan saya aman, karena saya gak ngeluarin duit buat jajan.

Satu peristiwa tidak terlupakan bagi saya pas puasa jaman SD adalah: saya pernah batal puasa, gara-gara ndorong mobil jemputan saya yang mogok. Waktu itu kelas 3SD kalau gak salah. Saya menelpon mamah saya di kantor pas mau batal puasa itu. Minta ijin batal. Mamah ngomel, tapi saya tetep buka kulkas buat minum. Haus banget.

Pas maghrib tiba, saat seisi rumah duduk dan membatalkan puasa pake kacang ijo buatan mamah, saya mupeng berat. Mau pura-pura ikutan buka kok aneh. Padahal dari batal puasa ampek maghrib itu saya gak ngapa-ngapain; saya cuman tidur.

Nyesel banget waktu itu. Sampai hati saya bersumpah kagak bakalan ada batal puasa-batal puasa berikutnya. Tapi namanya juga anak kecil (tapi harusnya ini bukan pemakluman sih. hihihihihi…).. besok-besok emang gak ada batal-batal di muka umum, tapi di belakang (apa namanya? di belakang umum? atau tidak di muka umum?) saya sering banget belagak ketelen aer wudhu pas ambil aer wudhu. Terus pas masuk kamar mandi gosok gigi sehari ampe lima kali, pas ada tukang yang ngerjain perbaikan rumah kan ada minuman yang disajikan, saya minum aja loh jatah tukang itu. Terus yang paling tidak terlupakan adalah makan buah belimbing di bawah pohon belimbing bareng sama tetangga saya pas orang-orang pada sholat Jum’at.

Dan setelah semua kecurangan dan kejahatan itu saya lakukan, saya pun belagak senang dan girang pas bedug maghrib datang. Saya pun ceria minum teh hangat yang disajikan. Itulah kenangan bulan ramadhan waktu saya kecil yang paling saya inget. Minus ngejar-ngejar ustadz untuk minta tandatangan buat buku ramadhan kek punya tetangga-tetangga saya yang bersekolah di sekolah umum atau sekolah negri, karena di sekolah saya pelajaran agama islampun gak ada. Hehehehehehe.

Alhamdulillah, udah setua ini udah bisa menahan lapar dan haus, masih belajar menahan hawa nafsu lainnya, termasuk nafsu marah-marah, nafsu buat ngomongin orang, nafsu yang laen deh. Tapi bulan puasa tahun ini yang agak berat saya jalani adalah melawan rasa malas. Bangun tidur dan mengangkat badan ke kamar mandi rasanya berat banget buat saya.

Kalau kamu, bagaimana pengalaman puasa waktu kecilmu? Dan, tahun ini puasa gimanah?