nostalgia internet

Selamat Hari Senin, Temans!

Pagi tadi, saya ikut kelas bahasa inggris yang difasilitasi kantor. jadi, saya dapet jatah untuk belajar bahasa inggris dua kali seminggu masing – masing selama dua jam.  awalnya agak males ya boook, tapi kok sayang banget kesempatan emas buat belajar disia-siakan. we know lah, kesempatan buat belajar kan gak dateng ke semua orang. apalagi kesempatan itu gratis yess. hahahahaha..

Nah, pagi tadi di kelas kita belajar ‘express feeling’. disuruhlah itu kitamenceritakan 15 ‘feelings’ yang kita rasakan selama paling gak sebulan terakhir. tadinya saya mau curhat onair kan yah. tapi harus jaim dong kalau sama temen – temen kantor, saya harus dikenal sebagai mbak ais yang cuek dan cool (aeeh matek).

jadi saya cuman menceritakan feeling yang so so aja, salah satunya adalah enthusiastic. why? because we have one day off in da middle of this week. ya ampoon…. sejak kerja, i’m very craving for day off. jadi dapet satu tambahan libur tanpa mengurangi cuti itu amazing banget rasanya buat saya. hahahahaha.

bukannya saya membenci pekerjaan saya, hanya saja … saya seneng aja dapat waktu buat tidur lebih lama. hehehehehehe…

eh topik yang mau dibahas bukan itu sih. topik yang mau dibahas itu sebenernya gara – gara tiba – tiba saya keingetan sama logo ini:

friendsterhahahahahaaa ….

ayoh generasi internet 2000-an. ada yang masih inget sama logo ini gak? sama testimonial? sama bullbo alias bulletin board? sama kolom last seen, sama kolom who’s vied me. ahahahaha.

aduh, saya kok jadi terharu yah. ketahuilah temans, jaman friendster itu adalah jaman yang tidak cukup mengenakan untuk stalking, secara dulu social network belum ada kaya sekarang yess. jadi kalau mau nyari tahu tentang seseorang yah cari tahu aja lewat testi. ada masanya loh kita teriak – teriak; “eh … isi testi gue dong”

ya gak sih?

isi testi menjadi seru karena disitu akan ada testimonial temen – temen tentang kita. kind of “ais itu … bla bla bla and bla..”

sayang banget saya gak sempet nyimpen screen shot dari halaman friendster saya, karena sejak 31 mei 2011 friendster udah berubah jadi social entertainment site, yang saya gak tahu deh sekarang kabarnya gimana.

buat yang belum tahu, friendster itu ada sebelum adanya Facebook, twitter, myspace, yah masih agak deketan generasinya sama mIRC (remember that? someday yah… saya nulis tentang miRC).

penampilan friendster nih semacam kaya gini:

friendster page on 2006

yang seru dari friendster bagi saya adalah, kolom testimonial. why? karena, kalau lagi BT dan lagi gloomy gak jelas, saya biasanya baca kolom testimonial buat naikin mood dan self esteem. seneng rasanya baca komentar orang lain tentang diri kita sendiri (ya ampun, mbak ais narsisnya jaman dulu. heheheheehe). tapi, kalau kita mau kenal sama seseorang jaman dulu nih ya… saya juga ‘cari tahu’ gebetan saya yah lewat friendster. bagaimana teman- temannya memandang dia, bagaimana teman – temannya menilai dia. kalau sekarang apa yah perbandingannya?

nah selain itu .. di friendster ada juga fasilitas bulletin board. itu semacam kaya notes  yang bisa kita tulis dan bisa dibaca sama semua orang. cmiiw yah .. dan kita juga bisa baca bullbo (singkatan bulletin board pada masanya) yang dipost sama temen – temen friendster kita. biasanya di sini saya nulis gak penting banget .. biasanya jawab 20 pertanyaan gak penting yang pernah dipost sebelumnya sama temen saya. semacam situs springme kali yah kalau jaman sekarangg. kadang pertanyyan – pertanyyannya pun gak jelas, kaya “lagi dengerin musik apa?” atau “tadi sebelum nulis bullbo ini habis buka situs apaan?” atau “online dari mana?” alay kan saya jaman dulu ikut-ikutan nulis begituan?

selain itu, friendster dulu punya blog loh. dan di sanalah blog seorang mbak ais dimulai. dan amat sangat alay sekali. kalau untuk ini ada sih screen shotnya di blog salah seorang temans. tapi gak mau saya kasih link ah. ntar jadi ajang si dikung sama oom han buat ngebully saya :,(

secara tata bahasa, gaya nulis, pemilihan huruf, pemilihan kata, yang kalau saya baca lagi sekarang bikin saya pengen nanya “itu siapa yang nulis?”

ya padahal ada nama saya-nya di situ.

kalau saya gak salah inget, jejak kehadiran friendster masih saya tempel di salah satu buku harian saya. yaitu berupa print – printan testi – testi terbaik dari teman – teman friendster saya. saya pajang disitu buat jadi mood booster saya kalau lagi gloomy gak jelas. hihihihi.

dan, sama seperti situs pertemanan lainnya, friendster juga punya fasilitas buat nyimpen foto.

seru deh jadinya nostalgia dengan friendster ini, walaupun sejak mei 2011 itu… semua foto, testi, bulbo dan data – data yang ada di friendster udah dihapus. jadi, hilang sudah jejak kealay-an saya.

ALhamdulillah, besok suami dan anak – anak saya gak perlu tahu kalau saya pernah alay dan ajaib.

***

so, gimana dengan teman – teman … punya akun friendster gak dulu?

***

and by the way, thank for Gadel for the screen shoot of friendster on 2006 🙂

reblog : i don’t know how she does it

heiho… welcome June 🙂 selamat bulan Juni. Half year is already gone, isn’t it? Gak nyangka banget yah.. udah beredar ajaloh tanggalan hari libur dan cuti bersama tahun 2015 di group wasap saya. malem ini saya pengen reblog salah satu tulisan saya tahun 2011, jaman saya lagi mau nyusun tesis (it’s been 3 years! wew!)… tapi saya edit dikit yah, gak semuanya saya masukin yah. soalnya ada banyak kepentingan politik di dalam situ *tsah.

postingan ini nulis tentang resensi buku yang saya baca judul bukunya i don’t know how she does it by Allison Pearson. so, here is it…

bercerita tentang Kate Reddy, seorang manajer investasi yang memiliki keluarga dengan dua orang anak. secara garis besar, buku ini menceritakan work-family conflict yang dialami oleh seorang Ibu yang bekerja. Kate memiliki dua peran yang harus dijalaninya, peran di kantor sebagai satu dari sedikit wanita yang bekerja di kantornya dan juga perannya di rumahtangga.

Kate memiliki seorang suami dan dua orang anak; Emily yang berusia lima tahun dan Ben yang masih berumur satu tahun. Kate mencintai pekerjaannya, namun dia juga berusaha yang terbaik bagi keluarga yang [sudah pasti] dicintainya.

Dalam buku ini digambarkan bagaimana Kate berusaha menyeimbangkan kedua perannya. menjadi Ibu yang bekerja akan jauh lebih sulit dibandingkan menjadi Ayah yang bekerja, dan satu part yang paling menggambarkan bagian ini adalah saat Kate bercerita bagaimana seorang pria akan terlihat keren, terlihat sangat mencintai keluarga saat memajang foto anak, istri dan keluarga-lah secara garis besar. Tapi menurut Kate, semakin tinggi jabatan seorang wanita bekerja, maka semakin sedikit foto yang dipajang.

Sama halnya seperti saat rapat mahapenting terjadi di suatu divisi dan seorang Pria meminta ijin untuk tidak ikut meeting, dengan alasan; “mengambil raport anak” maka akan mendapat respon;‘aaah soooo sweeet’. tapi jika wanita yang melakukannya, maka biasanya yang ia dapatkan adalah celaan betapa ia tidak bisa mengatur waktu.

The women in the offices of EMF [Kate’s firm] don’t tend to display pictures of their kids. The higher they go up the ladder, the fewer the photographs. If a man has pictures of kids on his desk, it enhances his humanity; if a woman has them it decreases hers. Why? Because he’s not supposed to be home with the children; she is.

well, buku ini memuat jungkir baliknya seorang Kate berusaha menjadi ibu dan karyawan serta istri yang baik. bagaimana ia mengakali ‘kue supermarket’ menjadi seperti  kue homemade, bagaimana ia selalu berusaha ‘menyogok’ anaknya dengan berbagai mainan yang ia beli setelah bertugas ke luar negri, bagaimana ia berusaha menolak berhubungan seks dengan suaminya, bagaimana Kate mengupah pengasuh anak-anaknya dengan upah yang cukup tinggi agar memperlakukan anak-anaknya dengan baik, bagaimana akhirnya suaminya pergi dari rumah mereka saat Kate sedang bertugas di luar negri.

Saya belum mengalami posisi seperti Kate; seorang Ibu yang bekerja. Makanya saya terkejut menyadari betapa beratnya menjadi Ibu yang bekerja. No offense buat Ayah yang bekerja, suwer. Coba kalau kawan-kawan lagi nganggur dan mencari jurnal penelitian mengenai ‘working mother’ maka kawan-kawan akan menemukan sejumlah penelitian.

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan  oleh Cinamon dan Rich (2002), yang mengatakan bahwa sumber konflik pada ibu yang bekerja biasanya adalah karena adanya peran ganda, yaitu peran sebagai ibu rumah tangga (istri dan ibu dari anak-anaknya) dan juga peran sebagai pekerja. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang terkadang saling bertentangan.

Mereka juga berkata wanita yang bekerja ternyata lebih sering mengalami konflik dan permasalahan keluarga dibanding pekerjaannya karena bagi kebanyakan wanita keluarga merupakan domain yang paling penting dalam kehidupannya. Permasalahan ini tidak sedikit mempengaruhi pekerjaan dan dapat menciptakan gangguan bagi mereka, sehingga menyebabkan penurunan kinerja.

Lagi, ngapain sih seorang wanita bekerja? Well, itu akan bergeser sedikit mengarah ke Tesis yang saya angkat. Terdapat beberapa dorongan kenapa wanita bekerja. Bisa karena faktor ekonomi, faktor relasional yang berkaitan dengan kebutuhan sosialisasi mereka, faktor aktualisasi diri juga menjadi salah satu faktor pendorong seorang wanita bekerja.

Faktor yang mendorong seorang wanita bekerja pada akhirnya berhubungan erat dengan bagaimana wanita memaknai pekerjaan mereka.

Pemaknaan wanita bekerja berbeda dengan pemaknaan bekerja pada pria, karena wanita pekerja memiliki konflik dan dorongan yang mungkin berbeda dengan pria dalam bekerja. Maka makna kerja bagi wanita pekerja dipengaruhi oleh alasan yang mendorong mereka untuk bekerja yang nantinya akan membawa kepada penetapan peran kerja, hasil yang diharapkan dari bekerja, serta batasan aktivitas pada wanita dalam bekerja.

Jadi, makna kerja bagi tiap Ibu yang bekerja akan kembali lagi pada tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh Ibu tersebut.

Hehhehehehehehe. saya mengacungkan jempol saya empat-empatnya untuk semua Ibu yang bekerja. Mereka hebat. Walaupun kalau boleh memilih pilihan saya di masa depan, saya ingin bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga full time. Andai saja, saya bisa 😀

pas baca tulisan ini sekarang, saya masih proses mencari… apa makna bekerja bagi saya? You know what…. saya gak paham. Saya gak paham apa makna saya bekerja saat ini (isn’t it ironic?) Hahahahaha… mungkin harus jadi bahan renungan tengah tahun ini yess.

semoga temans sehat dan bahagia menyambut bulan yang katanya romantis ini ya 🙂

keep the good works!

 

aku lupa

aku lupa bagaimana caranya menulis tanpa beban

aku lupa bagaimana rasanya mengeluarkan rasa dalam sebait kata

aku lupa bagaimana rasanya melihat jari menari di atas keyboard.

aku lupa bagaimana mengawali membuat sebuah paragraf.

aku kehilangan diriku yang itu,

seorang ais ariani yang pernah menantang dirinya sendiri dalam kampanye post a day dari wordpress. di mana dia sekarang? seorang ais yang bahkan bisa menulis hanya karena hujan, hanya karena keran patah,hanya karena foto keluarga, hanya karena mobil forza kakak saya, hanya karena permainan truth or dare, hanya karena pin ATM, hanya karena salah seorang sahabat menikah.

dan banyak hanya karena hanya karena yang lainnya.

dear ais ariani, where are u?

Where

reading challenge

heihoo.. aloha selamat Pagiiih!Gimana Kabar kawans semua? sehatkah? Wuiiiih.. gak nyangka yah udah 2014 aja. udah mau umur empat tahun aja ini blo. dan makin dicuekin aja rasanya. Hahahahahaha.

Kabar saya sehat Alhamdulillah, masih jadi buruh di salah satu kantor di pojok Jakarta, masih jadi anak galau di twitter (hahahaha!), masih berusaha menerima dengan lapang dada beberapa hal yang tidak sesuai rencana, masih punya mimpi untuk punya penginapan di daerah dingin, masih punya mimpi punya usaha sapi perah, masih tinggal di rumah orangtua, masih gak bisa bedain mana rasa merica mana rasa lada, masih hobi nongkrong, masih ngefans sama Michael Moscovitz-nya Meg Cabot, masih suka ngelamun ndengerin wonderwall baik versi siapapun, masih berharap punya rumah yang gentengnya bisa dipake nongkrong2 sama temen-temen, masih belum bisa berkomunikasi sama si mantan yang itu dengan baik dan benar.

Terus apa yang berubah? Beberapa hal berubah. Sekarang berat badan saya nyaris menyentuh 60 kg (hiks), sekarang saya jerawatan macam anak ABG yang baru puber, sekarang saya jarang ngelamun, sekarang saya uda ga kuat sepedahan, sekarang gadget saya berkurang jumlahnya (hp saya satu loh sekarang!), sekarang saya jarang banget ketemu sama sahabat2 saya, kami lebih sering bertukar kabar lewat social media malah. Sekarang saya lagi seneng banget sama suaranya Tulus (dengerin yang judulnya sepatu deh! aseeek!). Sekarang saya jarang banget karoke (hiks). Sekarang saya jarang baca buku.

Nah, terkait point yang terakhir itu… saya nemuin cara yang lumayan bikin semangat buat baca buku. jadi begini kondisinya, saya ini sebenernya seneng banget baca buku. tapi kok makin ke sini saya rasanya seperti gak punya waktu. padahaaal yaaa… padahaaal nihh… waktu saya masih banyak banget kok. setelah saya mencoba menganalisis kenapa saya sering lalai menyelesaikan buku yang saya mulai, maka saya menemukan beberapa point kenapa saya jarang baca buku dan lebih sering ketiduran duluan pas baca buku. point – point tersebut adalah:

  1. Banyak waktu tapi gak bisa memanfaatkan dengan baik. sebagai buruh, saya ini 8 jam (seringnya lebih) ada di kantor.  sebenernya di kantor ini saya bisa banget manffatin waktu buat baca-baca. tapi kok kadang saya lebih memlilih untuk ngobrl dan ngutak-atik arsip aja tuh. rasanya nyentuh buku malesnya ituuuu! soalnya menurut saya membaca itu merupakan kegiatan egois yang bisa dilakukan di tempat-tempat tertentu saja. itu menurut saya loh. well… anggap saja sebagai pembelaan, hahahaha.
  2. SMARTPHONE dengan jaringan internet yang dahsyat yang bikin saya hobi ngegame, ngetwit, foto-foto selfie terus ngedit dengan berbagai macam filter, komen2in social media orang, dan kegiatan itu semua totally jadi pengganti kegiatan membaca buku saya.
  3. ngantukan. ini nih.. ini yang parah. entah dimulai sejak kapan, saya ini jadi orang ngantukan melulu. kata emak sih karena saya kurang gerak atau ada masalah syaraf (emak aku keren yah analisanya? hehehehe..). tapi kalok menuruut saya sih bisa jadi saya ini kurang gerak alias kurang olahraga. jadi baru pegang buku nih, baca dua kalimat aja langsung berbayang. ada bayang semu ngajak tidur gitu loh. hahahahahaha.

alhasil, banyak buku yang saya baca cuman beberapa halaman aja terus saya tarok gitu aja di mana aja. ini di kantor aja ternyata saya narok buku banyak banget dan ternyata belum selesai semua. pegimane coba. sedangkan tiap bulan saya pasti nambah beli buku. ya maklumlaah jaman mahasiswa saya mau beli buku mikir berkali-kali dulu, nah begitu ada kesempatan dan duit, beuuuuh… hajar. tiap ke mol saya mampir ke Gramed ada gak ada waktu hajar beli buku. ini semacam balas dendam saya. malah pernah loh saya beli buku dua untuk judul yang sama. buat baju, makanan, pernak-pernik lucu gitu saya masih bisa nahan, tapi kalau untuk buku saya gak bisa tahan.

nah… demi untuk mengatasi itu, saya mau menantang diri saya sendiri untuk setidaknya menyelesaikan buku-buku yang saya beli itu. kalau tahun 2013 kemarin saya ‘menantang’ diri saya membaca 20 buku (dan tidak terselesaikan) maka tahun 2014 ini saya menantang diri saya sendiri untuk membaca (tetep) 20 buku. gak termasuk komik yah. soalnya kalok komik itu sekedipan selesai (lebay). hahahahaha

nah, hasil bacaan itu saya masuk ke akun goodreads saya, saya mewajibkan diri saya untuk mereview semua buku yang saya baca. kalau mau tahu review-an buku saya, buka aja akun goodreads saya yah 🙂

so, bagaimana dengan teman-temaan… remcana baca berapa buku tahun ini?

baca itu seru

monolog: bukankah

bukankah ini yang nantinya akan kita butuhkan?

genggaman tangan yang tidak harum memang tapi selalu ada, senyuman teduh yang menyambut kita pulang, bahu kuat yang mampu menampung semua masalah namun cukup nyaman untuk bersandar, kata-kata yang tidak selalu indah namun selalu menenangkan, kata-kata yang tidak mengandung perintah namun mampu membuat patuh.

aku selalu takut. aku takut. takut untuk kembali menaruh harapan. sudah kah aku ceritakan bahwa hati ini adalah hati yang payah. hati yang selalu, selalu, selalu menaruh harapan pada tempat yang salah. dulu. kali ini aku sangat berhati-hati menaruh harapan. aku sudah memohon maaf pada hatiku sendiri, karena membiarkannya terluka berulang kali. aku berkata padanya bahwa itu semua adalah pelajaran yang harusnya bisa diambil hikmahnya. hei, bukankah semua terjadi karena suatu alasan? hanya saja terkadang kita terlalu sibuk mencari alasan itu, sampai tidak bisa melihat saat alasan itu datang dengan sendirinya. mengetuk pintu kenyataan, memohon diberikan kesempatan untuk menjelaskan kenapa begini kenapa begitu.

terkadang, kita terlalu sibuk menganalisa, mencoba menerka kenapa begini kenapa begitu, apa yang salah dan siapa yang salah. aku menghabiskan waktuku melakukan itu. setelah mereka pergi satu persatu, meninggalkanku dalam sebuah pertanyaan besar; kenapa. tahukah kamu, KENAPA merupakan pertanyaan paling sering diajukan saat sesuatu berhubungan dengan hati entah itu jatuh hati ataupun patah hati. bukan begitu?

you can spend minutes, hour, days, weeks even months analyzing a situation trying to put the pieces together. Justifying what could’ve, should’ve, would’ve happened. Or you can leave the pieces on the floor and…. move on!

seperti dia yang pernah berkata;

Hidup bukan hanya bercerita tentang jari manis, kapan dilingkarkan cincin atau kapan sanggup melingkarkan cincin, hidup juga menceritakan sembilan belas jari lainnya, suka dukanya, sumringah nelangsanya, ragamnya, ramainya, sepinya, tanpa terkecuali.*

entah ke mana langkah kaki ini akan mengantarkanku, tapi aku selalu berharap langkah kaki ini mengarahkanku kepadamu, calon suamiku.

***

monolog kali ini dibantu dengan sepenuh hati oleh malam minggu syahdu (aeeeh), blog *maucokelat (nulis lagi nape), dieka dikung yang gak pernah bosen nanyain kapan aku updet postingan, dan kamu yang masih setia bukain dramaLand walau jarang banget updet.

***

just moving on

late post : happy birthday to me

MERDEKA!

walau udah telat 5 hari ini postingan, tapi saya tetap semangat loh nulisnya *nulis sambil lompat-lompat* hehehehe. gimana kabarnya temans? sehat? Saya Alhamdulillah sehat, walopun lagi sariawan gak sembuh-sembuh. Sembuh di lidah, muncul di bawah lidah. sembuh di bawah lidah, muncul lagi di ujung bibir. Heran. antara kurang gizi sama banayk pikiran sih keknya.

Kalau jerawat jangan ditanya. Persis kek ABG yang baru ulang tahun ke17, jumlah jerawat di wajah saya juarak banget deh. ampek bingung, padahal saya jarang banget kan makek kosmetik macem2. dari jaman kuliah dulu yah pembersih wajah saya itu-itu aja, paling cuman nambah bedak. sama sedikit eyeshadow, sama eyelinner. itu juga cuman dikit. kalau kambuh centilnya pake mascara.

ini ngomongin apaan sih? kok tiba-tiba lanjut ke kosmetik? Hehehehe.

saya pengen ngomongin soal …. soaaal… soal ULANG TAHUN SAYA. yey..

5hari yang lalu, tepat saat Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-68, saya berulangtahun yang ke-17 *duer. HAHAHAHAHA.

age is not only nummber for me. really. seberapa keras usaha saya buat menganggap age is only number, dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya masih gak terima dengan kenyataan dan harapan yang gak sejalan. Saya berharap memiliki beberapa cita-cita dan target yang sudah tercapai saat usia saya menginjak usia saya saat ini.

Tapi, bukankah begitulah hidup? Tak melulu bicara soal kekecewaan terhadap sesamanya, hidup juga berbicara soal bagaimana menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Dan, di sini saya, memiliki harapan-harapan baru di umur saya yang sudah berkurang jatahnya di dunia ini,

terimakasih buat kawans yang sudah mengingat ulang tahun saya walaupun tidak tertera di Fesbuk, terimakasih buat kamu yang bahkan tidak menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat. it’s ok… yang penting saya mohon doanya, agar saya selalu berada di jalan yang diridhoi oleh Nya, dan juga selalu dimudahkan untuk bersyukur.

Dan, semoga selalu bahagia! THAT’S!

happy birthday ariani!

dan terimakasih sangat untuk semua sahabat terbaik saya, yang menyempatkan diri untuk berkumpul Sabtu kemarin. sekali lagi: i’m so lucky havin’ you all in my life. terimakasih sudah jadi barisan supporter utama saya. terimakasih untuk semua drama, nostalgia, canda tawa, kata-kata jujurnya, testimoni atas kebodohan-kebodohan saya, terimakasih untuk tidak menjudge saya seperti yang beberapa orang lakukan, terimakasih untuk dukungan tiada hentinya.

semoga tahun depan kita masih bisa bersama :kiss:

***

mempelajari kehilangan

Assalamu’alaikum….

*edisi Lebaran, salamnya jadi lebih agamis*

hehehehe. hai, hai haloo semuanyah. Temans, gimana kabarnya? Gimana lebarannya? Gimana liburannya?

kalau saya ni… Tahun ini, merupakan lebaran pertama saya setelah bekerja. Alhamdulillah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah, rasa syukur yang gak bisa saya ungkapkan dengan baik, karena saya ngerasa bersyukur banget atas semua rejeki dan karunia yang menghampiri saya tahun ini. Berkah yang luar biasa 🙂

Namun, namanya juga hidup, ada beberapa hal yang terjadi dalam dua bulan terakhir yang menjadi bahan renungan buat saya. Pernah saya bilang, bahwa yang namanya hidup itu mengajarkan banyak hal. Sayangnya sering kita lewatkan karena kita terlalu sibuk mengeluh.

Satu pelajaran dalam hidup yang saya dapat di bulan Ramadhan ini adalah soal keikhlasan. keikhlasan yang pertama adalah soal jodoh (*uhuk). jadi begini, dari awal tahun seperti yang pernah saya bagi di sini, saya sudah patah hati. patah hati dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengan saya namun lebih memilih untuk bersama dengan orang lain yang mungkin lebih bisa memahami dia. setelah lepas dengan dia, jujur saya mengakui banyak perubahan dalam hidup saya. Perubahan itu gak perlu saya ceritakanlah yah, mungkin ada beberapa orang yang sudah menyadari, atau mungkin ada yang bisa nebak juga. Hahahahaha…

***

Pelajaran keikhlasan yang berikutnya yang Dia coba sampaikan kepada saya adalah saat gadget kesayangan saya yang baru berumur beberapa bulan dan saya beli menggunakan gaji pertama saya, HILANG. okeh, coba dibold: HILANG. hilang di rumah sendiri. Lucu? Lebih lucu lagi kalau saya ceritakan kejadiannya. Tapi gak usahlah ya, bukan itu point yang mau saya ceritakan.

Point yang mau saya ceritakan adalah: dalam beberapa bulan terakhir saya LAGI-LAGI mengalami banyak kehilangan. selain kehilangan calon *uhuk*, kehilangan gadget, saya juga kehilangan beberapa sahabat-sahabat baik yang pernah mewarnai dunia saya beberapa tahun terakhir. Iya, gerombolan power rangersnya bubar *nangis di pojokan*

Saya terpuruk. Memaki. Jutaan kali. Nyinyir. Ribuan kali. Membahasnya berulang kali dengan siapapun saya bisa membahasnya. mendadak jadi ahli analisa perilaku. Kenapa bisa begini kenapa bisa begitu. Kenapa bisa hilang kontak, kenapa bisa menjauh, kenapa bisa hilang gadgetntnya, kenapa bisa buruk hubungannya, apakah gengsi akhirnya mengalahkan kecewa, apakah rindu akhirnya tergerus gengsi. Hal-hal seperti itu telah coba saya bahas. dengan orang lain, maupun dengan diri sendiri (let’s call that with ‘kontemplasi’) HAHAHAHAHA. dan berakhir dengan menjadi Ustadzah; “Ya memang udah jalanNya begitu….”

awalnya saya marah. marah. sangat marah. seperti yang saya bilang, saya memaki, saya nyinyir, saya mengumpat, sampai akhirnya saya menangis karena tidak mampu mengungkapkan kekesalan di hati.

Coba kamu bayangkan temans, apa yang kamu miliki terrengut darimu dan hilang dalam kehidupanmu? Hal-hal yang sudah pernah kamu perjuangkan untuk mendapatkannya.

Setelah puas dengan amarah saya, saya tersadarkan saat memasuki bulan Ramadhan kemarin, bahwa benar adanya tidak ada yang abadi di dunia ini. Toh, pada akhirnya kita akan kehilangan semua yang kita miliki kan? Bukan masalah ditinggalkan atau meninggalkan, tapi masalah bagaimana ia pergi, bagaimana ia hilang. Dan itulah yang harus membuat kita belajar. Kita harus belajar mengenai kehilangan. Karen pada dasarnya, manusia adalah makhluk pembelajar.

Apalah arti hidup ini tanpa pembelajaran mengenai kehilangan? Kita tidak akan menemukan jika kita tidak kehilangan. Dan yang perlu kita lakukan dalam proses tersebut adalah belajar juga mengenai keikhlasan,

mengikhlaskan /meng·ikh·las·kan/ v memberikan atau menyerahkan dng tulus hati; merelakan: kami telah ~ kepergiannya; dia ~ tanahnya untuk tempat pembangunan rumah sakit;

***

From the bright side, saya selalu mendapatkan kata-kata bijak ini, “Insya Allah diganti dengan yang lebih baik”, jadi jika belum mendapatkan gantinya, artinya Allah belum merestui.

Dan memang terbukti. Setelah kehilangan teman dekat di awal tahun, saya sempat dekat dengan seseorang yang memang lebih baik dari si itu yang lama. Walaupun Si itu yang baru juga sudah hilang lagi (hahahahaha. duerr), tapi saya yakin, Allah menyimpan yang terbaik pada akhirnya.

Gusti Allah mboten sare, ‘nduk.

begitu nasihatnya kan?

***

So, saya dan segenap kru dramaLand mengucapkan, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Taqaballahu minna wa minkum. Selamat idul Fitri 🙂 Semoga ada berkah tersisa di penghujung tahun ini, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil.

forgive others

tebak-tebak berhadiah.

halo, selamat hari selasa.

apa kabar temans? udah didenger belum playlist saya yang kemaren? walaupun saya curiga yang baca postingan saya yang kemaren itu cuman si dikung yang baca. hahahahaha.. gak apa-apa juga sih, secara saya-nya juga udah lama gak blogwalking, udah lama ga promoin blog saya kemana-mana. jadi paling yang baca postingan terbaru saya yah mereka-mereka yang follow blog saya di wp ini.

jadi sesuai janji saya yang entah kapan itu, saya mau bikin giveaway, ini saya punya hadiah kecil-kecilan aja sih…  hadiahnya berupa kaos cakep yang didesain di Jogja, dan ini produk aseli Indonesia loh. ini nih produknya salah satu saya pake:

ais dan agil on ngartun Jogja

gimana? produk lainnya bisa kamu temukan di sini. tertarik? nah, saya mau bagi-bagi kaus itu semua gratis. gratis tis tis. buat tiga orang yang beruntung.

tunggu, si ais dalam rangka apa inih bagi-bagi kaos? gak mungkin dong tanpa daya dan upaya. emang di dunia ini ada yang gratis beneran gratis? ada sih, udara misalnya. kebahagian juga kadang bisa kita dapatkan dengan gratis beneran. hehehehehe….

tapi buat kaos kece ini, usahanya gak susah kok. cuma disuruh nebak. makanya tebak-tebak berhadiah judulnya.

perhatikan foto di bawah ini dengan seksama,

ais kecil

kenal gak sama anak ini? kenal? kalau kenal kira-kira siapa namanya? umurnya berapa?

ditunggu jawabannya yah di komen di bawah ini.. biar seru. waktunya dua minggu aja yah. apa dua hari? apa dua bulan? hmm. dua minggu deh.

ok, saya ulang yah, tebak nama anak kecil yang ada di putu itu, umurnya berapa. tulis jawabannya di kolom komentar. syaratnya? kagak ada syarat dah ah. ribet :mrgreen:

saya tunggu sampek dua minggu ke depan, kriteria pemenangnya yang bisa dengan tepat menjawab dua pertanyaan di atas. dan kalau ada lebih dari 3jawaban yang benar, maka kata Pakde: kaleng susu nona yang menentukan pemenangnya 🙂

so? jangan ragu buat ikutan yah! i’ll wait. rugi kalok gak ikutan! :mrgreen:

***

update 3 Juli 2013

NB: sumpah. tingkat kegaptekan saya ternyata ngalahin mamak saya. saya pikir tadi komennya udah dimoderatorin. ternyata belum :mrgreen:

terlanjur sudah yah, ya udah deh selamat menebak yak temans! jangan terpengaruh jawaban yang duluan-duluan. yakin pada jawaban anda! *macak pengawas Ujian*

Bagaimana Jika

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Jawaban aku sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk menunjukkan kepadaku bahwa institusi menikah bukanlah sebuah institusi menakutkan seperti yang dibicarakan orang-orang. Menikah bukan sebuah perangkap yang melepaskan banyak kesenanganmu. Menikah bukan sekedar alat untuk melegalkan perzinahan. Menikah bukan hanya sekedar status untuk kita pamerkan.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Maka, jawabanku bergantung seberapa keras usahamu meyakinkanku bahwa aku dan kita bisa untuk menghabiskan sisa hidup hanya berdua. Butuhkah penjelasan lebih untuk permintaan aku ini? Tak terhitung banyaknya kisah perselingkuhan yang sama-sama kita lihat di depan mata. Aku tidak butuh janji bahwa kamu tidak akan melakukan itu, aku hanya butuh diyakinkan bahwa kita bisa mengatasi semuanya berdua. Semuanya. Hanya berdua.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Maka lagi-lagi… Jawabanku akan sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk bisa merubahku menjadi wanita yang tegar, tidak cengeng, dan tidak manja. Kenapa? Karena aku ingin…saat kita menikah, anak-anak kita memiliki ibu yang kuat, tegar dan berani disamping memiliki sisi lembut layaknya seorang wanita.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Aku akan bertanya padamu sebelumnya, apakah kau mencintaiku? Bukan cinta menggebu-gebu seperti yang dulu pernah kita rasakan saat SMA, namun cinta sederhana yang berawal dari obrolan-obrolan ringan yang sering kita lakukan yang aku harap akan terus membesar seiring berjalannya waktu, setelah kita melewati banyak hal bersama.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?

Yakinkan aku, itu bukan hanya sekedar dongeng indah yang lagi-lagi kaummu bisikkan ke telingaku hanya agar aku behenti menuntut dan berhenti mencerewetimu.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?

Intinya, aku butuh lebih dari sekedar sebuah pertanyaan pengandaian. Aku butuh lebih dari sekedar kalimat, “ayo kita menikah”. Aku butuh usahamu untuk meyakinkanku. dan, aku butuh sesuatu yang nyata. senyata jumlah tagihan yang mulai harus aku bayar tiap bulannya.

Apakah aku meminta terlalu banyak? Am I asking too much?

***

fiksi atau curhat? Let u decide :*

#repost: adaptable

Hidup ini merupakan sebuah proses adaptasi yang tidak berkesudahan. Hal ini saya sadari saat melihat anak dari sepupu saya yang berumur enam tahun (anaknya, bukan sepupu saya yang umurnya enam tahun), sedang bermain pasir di depan rumah tetangganya. Padahal di rumahnya sedang ada hajatan besar, si Bude dari anak itu menikah. Semua orang sibuk, keadaaan hiruk pikuk dan mungkin anak ini tersingkirkan. Bisa karena itu ia bermain pasir di luar, atau bisa juga karena kehadiran sodaranya, anak dari Budenya yang lain yang baru berumur dua bulan. ia tersingkirkan. hanya itu yang saya pahami,

Padahal beberapa tahun yang lalu ia adalah pusat dunia di sekitarnya. Bude- budenya, Uti dan Opa nya, semua ‘menanggap’ ia. Ia adalah matahari, dan Bude-Bude, Opa-Uti dan yang lain adalah planet-planet yang mengitarinya.

Setelah menemukan ia bermain pasir di rumah tetangga dengan baju pesta itu, saya menyadarinya bahwa saya juga pernah ada di posisi itu. Pernah menjadi pusat dunia dari orangtua saya saat saya lulus S1 tiga tahun lalu, namun beberapa saat kemudian lenyap karena hamilnya Kakak Ipar, calon cucu pertama di dalam keluarga. Dan kehadiran saya makin lenyap setelah si kecil Zi lahir. Zi adalah pusat dunia dari orangtua saya.

Saya beberapa kali berulah menarik perhatian orangtua saya saat itu, tapi tetap saja dunia mereka berputar di  Zi.

Dan sekarang mungkin saya sedang menjadi pusat dunia mereka. saya mau wisuda. saya lulus. anak mereka yang pertama kali meraih gelar master (masterchef kaliii). Saya tahu beberapa saat pusat dunia keluarga ini adalah Kakak saya, yang dipindahtugaskan ke Pekanbaru dengan gaji yang cukup besar. Ouch…. dan saya pengangguran. dan single ting ting yang belum punya ‘calon’ buat digandeng.

jadi pusat dunia mereka juga pastinya,  but in different way.

kenyataan itu membuat saya galau berkepanjangan dan resah serta gelisah tak berkesudahan (yeah sampai saat ini). Ya ampuuun… gue udah lulus. Ya ampuuun… gue bukan mahasiswa lagi. Ya ampuuun kalau ada yang nanya-nanya soal kuliah terus gue gak bisa jawab gemana dong? Kalau gue ketahuan begonya gemana dong? Kalau gue ngomong bahasa inggris belepotan gemana dong? bedanya Plato ama Socrates apaan? bedanya fenomenologisnya Russel sama Heidegger apaan? err…. Ibnu Sina itu dokter bukan? err… bedanya Maslow sama Roger apaan? tahap perkembangan dari teori psikoanalisa itu apa aja?  PERFECT itu kepanjangan dari apa? Reliabilitas sama Validitas apa bedanya dalam mengukur Performance karyawan?  eh ya ampuun… gue make alat tes aja kagak bisa!!!!

Rasanya pengen banget membalikkan waktu ke usia awal dua puluhan, di saat tuntutan dari lingkungan sekitar masih belum begitu banyak.

Lalu tiba-tiba saya sadar; (persis saat melihat si anak kecil bermain pasir itu) hei… hidup ini proses. dan di dalam sebuah proses itu ada perubahan, dan dalam perubahan itu kita harus beradaptasi bukankah?

Jika hidup ini adalah proses yang berubah terus menerus, maka kita harus bisa beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Kita harus adaptable terhadap ini semua.

saat balita, kita harus beradaptasi dari bayi ke balita. lalu setelah itu kita harus beradaptasi ke masa anak-anak awal, anak-anak tengah, anak-anak akhir lalu masuk ke remaja awal, remaja tengah, dan seterusnya. itu jika dilihat hanya dalam kacamata tahap perkembangan. belum dengan peran kita yang tadinya jadi anak bungsu eh tiba-tiba adek lahir. tadinya jadi anak es de, eh jadi anak es em pe. tadinya anak sekolahan jadi mahasiswa. dan masih banyak lagi…

itu semua adalah suatu kemutlakan yang harus dihadapi.

Kita berpindah dari satu proses ke proses yang lain, dari satu peran ke peran yang lain, dari satu masalah ke masalah yang lain. Kita manusia dirancang sempurna untuk semua proses ini.

Lalu saya berkata pada diri saya sendiri: semua orang punya berbagai cara untuk beradaptasi. Si anak kecil yang bermain pasir mungkin caranya adalah menyingkir dari keramaian dan menemukan permainannya sendiri yang mengasyikkan dan nyaman bagi dirinya.

tugas saya saat ini adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan proses perubahan yang sedang terjadi dalam hidup saya seraya meyakinkan diri sendiri bahwa saya juga merupakan makhluk Tuhan yang memiliki proses adaptasi yang begitu hebat untuk bisa ada di titik ini sekarang.  dan, tidak lupa satu hal penting: bahwa tiap proses adaptasi ada proses belajar di dalamnya. karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar.

Seperti kata seorang sahabat, Tuhan tidak pernah bermain dadu dengan alam semesta, termasuk dengan makhluk ciptaanNya.

***

PS: postingan ini saya repost dari postingan saya sendiri setahun yang lalu, saat menanti diwisuda. dan sekarang, pas baca ini, saya langsung terharu. Ternyata saya bisa yah nulis reflektif kek gitu… gak nulis menye’-menye’ manja dan cinta-cintaan melulu :mrgreen:

proses adapatsi yang dilakukan saya dua bulan belakangan ini adalah:

me on new uniform. what do u think?
me on new uniform. what do u think?

teruntuk kamu, pria istimewaku

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia.

Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.

Itu menyakitkan… seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar.

hmmm…

Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk,

supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan,

sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah… sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu,

ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku

dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku.

Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku,

yaitu… karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan,

sebab aku pernah berharap kalau suatu saat… ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi.

Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin.

Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya.

Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.

Pada akhirnya, semoga…

tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.

 

* Semoga tidak kamu lagi, karya Zaary Hendrik*

***

Hai kamu, pria yang telah memenuhi hatiku, sampai saat ini kamu masih memenuhi hatiku. Dimulai sejak kapan aku pun tak tahu. Hingga beberapa hari yang lalu kamu memintaku untuk bersamamu. Lagi. Bersamamu, melupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi diantara kita, dan menata masa depan bersama, sembari merajut mimpi bersama.

Tahukah kamu aku memili ketakutan yang sangat besar saat ini? ketakutan yang tidak bisa aku definisikan,pada  apapun dan pada siapapun.  Aku takut melangkah bersamamu, mungkin jenis ketakutan yang orang bilang trauma. pfftt… aku ini lulusan Psikologi tapi menghilangkan trauma pada diri sendiri pun aku tak bisa. hei, dokter gigi juga tidak bisa mencabut giginya sendiri kan?

Trauma pada mimpi-mimpi dan rencana. Aku memiliki begitu banyak mimpi yang tiba pada waktu hanya mengisi lembar-lembar buku harian yang saat ini  menjadi bahan buat aku bercerita fiksi, mungkin. Sekarang aku pun takut bermimpi bersamamu, karena aku takut bila tiba waktunya mimpi itu terwujud, aku sudah tak bersamamu lagi. Sakit rasanya  berbagi mimpi bersama namun saat itu terwujud kau sudah tak bersamaku lagi.

Tidak ada siapapun atau apapun yang menjamin jika pada akhirnya kita akan bersama kan? Lalu buat apa kita bermimpi sekarang? aku takut. sungguh ketakutan tak bernama ini telah menjadi gelisah berkepanjangan hingga akhirnya aku tidak bisa membuatmu bertahan di sampingku.

Lalu saat si kawan datang membawa potongan puisi ini, aku tersentak. Aku membayangkan kamu membacakannya untukku. Aku membayangkan kamu yang mengatakan kata-kata itu kepadaku. Aku membayangkan kamu berkata: ‘semoga tidak kamu lagi’  kepadaku.

Ketakutan itu masih ada, makin membesar. Ketakutan kehilanganmu, ketakutan melangkah bersamamu. semua serba salah. kalau ini film Warkop DKI; maka judulnya adalah maju kena mundur kena.

Pfft… kamu, kamu adalah pria istimewa yang mau menerima aku apa adanya; aku yang terlalu cerewet dengan hal-hal kecil yang tidak penting, aku yang selalu bersuara manja denganmu, aku yang sering mengacuhkanmu saat kamu datang, aku yang sering sekali menghabiskan wkatu dengan teman-teman priaku, aku yang kadang tidak bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, aku yang tidak mau mengalah saat berdebat, aku yang punya segudang kenangan dengan masa laluku.

Ingatkah saat pertama kali kita menyadari perasaan kita masing-masing, kita berusaha untuk mengingkarinya? Ingatkah cerita diantara Jogja Java Carnival, Siomay, Frau dengan Mesin Penenun Hujannya? Ingatkah saat pertama kali kita bertemu lagi? Ingatkah batang rokok yang pertama kali kamu hisap waktu itu? Ingatkah saat si beruang kutub menyemburkan isi mulutnya padamu saat kita bermain UNO? Ingatkah ini ingatkah itu … aku tidak pernah mau mengumpulkan dan merekam jejak perjalanan kita. di sini, di buku harianku, atau di manapun. di satu sisi aku mengingkari hadirnya ‘kita’ antara kamu dan aku, di sisi lain aku juga ingin perjalanan ‘kita’ akan terus ada antara aku dan kamu hingga aku tak perlu menyimpannya lagi karena akan ada ‘lain waktu’ bagi kita.

Saat ini aku merasa seperti anak kecil yang sedang ditunggu bermain di taman kota.  Aku bermain dengan ketakutanku, dan kamu duduk di pinggir taman melihat itu semua. Tapi… sampai kapan kamu akan menunggu?

***

Puisi prolog di atas saya dapat dari partner in crime  yang memasukkan musikalisasi puisi ini  ke playlist di handphone saya. Puisi ini punyanya @zarryhendrik yang diambil sama si partner dari soundcloudnya (soundcloudnya Zarry, bukan si Partner) .

senja sehangat jingga

di senja kala nada,

saat teriknya mentari berubah hangat

seperti menyapa dalam ungkapan jingga

aku datang dalam balutan ilmu

berharap pada pepatah lama,

mereka bilang tuntutlah ilmu hingga ke negri China.

gelisah seorang pujangga berakhir romansa

gelisah seorang penyair berakhir syair

gelisah seorang ilmuwan berkahir teori
lalu…
gelisah seorang pengangguran berakhir apa?

*another puisi gagal. ini udah ngedon lama di draft. dari tahun lalu. daripada kagak dipublish, dan udah tiga jam melotot liatin kolom add new post ini, akhirnya ujungnya diselesain dengan kata penutup itu deh. hahahahahha…

ada yang kangen gak sih sama saya? ini oleh-oleh buat yang kangen *kecup mesra*

makna merdeka dari si drama Queen

saya menulis ini di tengah – tengah huru-hara mamak saya yang teriak-teriak di ruang bawah, karena tiga hari lagi mau Lebaran, dan rumah masih berantakan penuh dengan barang-barang tak jelas guna dan manfaatnya (kok ya iso barang-barang itu ada di rumah yah?)

dan baruu aja mamak teriak nyuruh saya melakukan pekerjaan rutih tahunan saya: membersihkan lemari pajang yang isinya ntah hapa-hapa. Tapi semuanya kebanyakan barang pemberian sih yang ada dalam lemari itu. Mamak saya selalu protes soal keberadaan lemari-lemari itu, tapi selalu jadi orang nomor satu yang nyuruh saya beberes lemari itu. Heran juga sih ada banyak orang di rumah ini, dan ada banyak kerjaan di rumah ini yang kudu dibereskan menjelang Lebaran, saya selalu berjodoh dengan si lemari pajang yang jumlahnya ada tiga biji itu.

saya janji sama mamak saya kalau saya mau membersihkan lemari – lemari itu besok. karena hari sudah sore dan saya terlalu malas mengotori tangan saya. nanggung bok.. bentar lagi buka puasa (udah jago belon ngelesnya? hahahaha…)

mari kita membicarakan mengenai merdeka. apa sih arti kata merdeka? mari kita lihat di KBBI Online

1 bebas (dr perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri: sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 itu, bangsa kita sudah –; 2 tidak terkena atau lepas dr tuntutan: — dr tuntutan penjara seumur hidup; 3 tidak terikat, tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa: majalah mingguan –; boleh berbuat dng –;– ayam ki bebas merdeka (dapat berbuat sekehendak hatinya);

ada yang lihat iklan salah satu provider yang kalimat awalnya begini; ‘bebas itu omong kosong’ gak? nah saya tergelitik saja untuk menghubungkan kedua hal itu. merdeka. bebas. omong kosong. dan ulangtahun (*eheeeeemmmm)

saya ini jikalau dilihat dari kacamata beberapa orang-orang, merupakan manusia yang bebas dan merdeka. ya iyalah yah…saya belum jadi karyawan yang mana harus taat pada peraturan perusahaan. saya belon jadi istri yang mana harus patuh pada omongan suami. saya belon jadi Ibu yang harus memperhatikan kebutuhan anak. saya sudah tidak jadi mahasiswa yang mana tidak perlu memikirkan tugas- tugas kemahasiswaan dan kewajiban lainnya. freee.. mau bangun jam berapa hayok, mau pergi ke mana ajah tinggal packing, mau makan apa tinggal buka kulkas, mau hahahahihihihi sama temen juga hayok.

Tapi apakah saya benar-benar bebas?

Jawabannya tidak juga.

Saya belum merdeka untuk membungkam orang-orang yang bertanya: kerja di mana sekarang? Karena saya nyatanya masih menjadikan jobseeker sebagai kegiatan saya sehari-hari (ahahahahaha!).

Saya belum merdeka untuk membuat mereka diam dengan pertanyaan: calonnya mana? Karena nyatanya tangan saya masih belum menggenggam tangan siapapun saat ini (tsaaah!!)

Saya belum merdeka untuk menentukan mau berkarya di bidang apa saya saat ini. Karena nyatanya ada titk di mana saya berbeda pendapat dengan orangtua mengenai hal ini.

Saya belum merdeka untuk terus mengerjakan apa yang ingin saya kerjakan. Karena ada begitu banyak tuntutan yang ditujukan kepada saya saat ini.

Saya belum merdeka untuk menyebutkan umur saya. Karena jujur, jauh di lubuk hati saya yang paling dalam saya malu. Malu sama diri saya sendiri di umur setua ini ada banyak hal yang belum saya capai.

Saya belum merdeka bahkan di blog saya sendiri untuk menulis hal – hal yang saya sukai. Karena, saya ada di titik memikirkan dampak tulisan saya. Paling tidak bagi imej saya (apeu si ais inih..).

Saya belum merdeka untuk nyetir di Jakarta. karena mamak saya selalu heboh di belakang saya untuk memberitahu apakah saya harus ngambil jalur tengah atau kanan.

Saya belum merdeka untuk menikah dengan siapa. Karena saya harus menghadapi ekpektasi-ekspektasi besar dari orangtua saya terhadap calon pendamping hidup saya.

Saya belum merdeka untuk melangkah ke depan. Karena saya memiliki ketakutan begitu besar terhadap masa depan saya.

See?

Negeri kita sudah merdeka 67 tahun yang lalu ditandai dengan proklamasi. Tapi apakah negeri kita ini benar-benar sudah merdeka? Apakah kita dengan kapasitas kita sebagai warga negara sudah merasa bahwa negara ini benar-benar merdeka?

Karena sejatinya merdeka itu memiliki banyak sekali makna dan tidak ada yang mutlak dalam pemaknaan tersebut. Dan, saya berucap dalam hati saya yang paling dalam saat ini, bahwa saya harus menjadi manusia yang merdeka. Bagaimanapun itu nanti caranya, akan saya pikirkan. Karena nyatanya semua alasan ‘belum’ merdeka yang saya ungkapkan di atas tadi itu hanya alasan-alasan buatan saya saja. Ya toh?

yang berhak menentukan merdeka atau tidak, bebas atau tidak diri kita itu yah diri kita sendiri. Toh kita hidup di era di mana orang bego bisa tenar (yeahh saya berbincang tentang MC yang ngakunya penghibur), kita hidup di era di mana orang nyanyi soal hamil di luar nikah bisa tenar, kita hidup di era seorang penyanyi lypsinc (bener nulisnya begitu?) bisa disebut ‘entertainer’. Kita hidup di era penyanyi luar yang mamak saya gak tahu lagunya bisa jadi isu pelik BAngsa. Kita hidup di era artis kawin dua kali jadi BERITA, kita hidup di era artis berantem sama suami mantan istri itu BERITA.

kenapa kita (saya khususnya di sini) tidak bisa memerdekakan diri dari semua anggapan, prasangka dan ekspektasi orang?

hidup ais!

MERDEKAAAAH!!!!

act your age, ais ariani. but don’t too hard to try 😀

***
PS: ini tulisan ada maknanya gak sih?
PS lagi: saya ngerjain ini dari sore dan baru kelar jam 8malam dengan berbagai interupsi diantaranya.

membiasakan ketidakbiasaan

apa sih judulnya aneh banget. tapi gak apa-apa lah ya… judul memang menjadi daya tarik (tapi nek judule ngunu kuwi daya tarike sebelah endi Is?)

anyhooooow…. saya kembali! setelah bertapa sekian lama, saya kembali. hmmm… udah ada sebulan belon sih saya gak ngeposting? keknya belum yak? apa udah? ya udahlah ya… males ngitung juga.

saya akan menjawab pertanyaan yang mungkin muncul di benak kawan – kawan semua. walaupunmungkin gak ada juga yang nanya, tapi saya kan emang orangnya agak – agak over confidence (hahahahaha…).

tapi mungkin ini seputaran pertanyaan yang ditanyain;

kemana aja Is? Gak kemana – mana juga sih, paling cuman ke kediri, numpang idup selama tiga bulan di sono.

sibuk yak? Sibuk – gak sibuk sih. dibilang sibuk, tapi masih sempet leyeh – leyeh jam satu siang. tapi dibilang gak sibuk, tapi tiap hari ada aja yang dikerjain. entah itu nongkrong di mana, entah itu cuman hahaha hihihi sama temen – temen, entah itu psikotes di mana.

sekarang sibuk apa Is? hmm… difficult question. usually i just answer like this: ‘fulltime jobseeker!’ hahahahaha.

kok lama gak nulis kenapa? gak Ada ide  buat nulis. blank. otak saya keknya lagi musuhan sama jari, hati dan leptop. kalok suruh mulai nulis rasanya blank semuanya. mungkin karena saya sering kejedot belakangan ini (alasan ngarang!).

pacar gemana pacar? puacaaar mbuaaahmuuu!

 

sip. dua pertanyaan terakhir sudah menandakan bahwa saya udah mulai ngarang lagi. btw, saya nulis postingan ini butuh waktu tiga jam loh. mari sama – sama berdoa semoga kemauan dan kemampuan saya nulis segera kembali. Amin.

oh iya, yang mau puasa…. selamat berpuasa yah! semoga kita sama – sama bisa merayakan kemenangan bersama – sama nantinya!

see u next post 🙂

 

dear dramaland, happy birthday to you!

dear dramaLand,

hari ini kamu ulang tahun. maafin aku yah… tidak seperti tahun lalu saat aku mbikin event dramaLand punya gawe untuk memperingati hari ulang tahun kamu, tahun ini aku bahkan melupakan hari ulangtahun kamu.

ya ampun.. entah sudah berapa banyak kata penyesalan yang aku tulis di sini; menyesal nyuekin kamu, menyesal gak update kamis manis, menyesal udah mengkhianati komitmen antara kita.

ah, ternyata usia komitmen itu tidak mempengaruhi bagaimana kita menghargai komitmen itu. people changes, so do i. perubahan paling mendasar dari hubungan kita adalah bagaimana aku memperlakukanmu, bagaimana aku memperlakukan kawan – kawan blogger.

kamu, pernah menjadi duniaku, tempatku berbagi segala hal. ah… bahkan aku mengkhianati buku harianku denganmu. dan sekarang aku mengkhianatimu dengannya. apa aku memang tipe pengkhianat? mungkin. beruntung aku tidak hidup di jaman penjajahan, mungkin kalau hidup di jaman itu aku sudah menyebrang ke pihak Belanda, karena sepertinya aku ini gampang sekali dicuci otaknya.

banyak sekali yang terjadi belakangan ini, dan aku rasa kamu belum mengetahuinya. ah… kalau soal lulus kuliah itu kamu sudah tahu. terimakasih untuk itu, terimakasih karena kamu mau menampung semua cerita suka duka ku kuliah selama tiga tahun, terimakasih juga kamu mau menampung semua cerita soal captain (ahhahahahah….. !).

apa yang bisa aku berikan di hari ulangtahunmu yang ketiga ini? kalau kamu berbentuk manusia, aku sudah bisa melihatmu berlari, bisa melihatmu tertawa seperti Zi, bernyanyi seperti Zi AKu bisa menghadiahkanmu semangkuk siomay kuah yang lagi jadi favoritku saat ini. atau ronde, atau putu ayu.

aku rindu. rindu berbagi sepenuh hati kepadamu. banyak hal yang berubah, bukan hanya diriku tapi dunia sekitarku. tapikan memang begitu. Things change. Friends leave. But life doesn’t stop for anybody. ya kan? ya kan?

setahun terakhir merupakan tahun yang banyak merubah sudut pandang aku akan semua hal. termasuk mengenai keabsolutan. dan komitmen. dan… pertemanan.

itu semua akhirnya membawah aku pada pemahaman seperti ini: sebenarnya yang berubah itu objek/subjeknya, atau cara kita memandangnya? kamu… kamu sebagai objek tidak berubah, karena kamu tidak tumbuh, mungkin kamu berkembang. dengan berbagai fitur yang bertambah dan atau berubah, but overall kamu tidak berubah. kamu itu dramaLand. sudut pandangku yang merubahmu kan? ah tak tahulah… bingung juga jadinya aku.

dan satu hal lagi yang aku pelajari selama setahun terakhir adalah: kebanyakan orang tidak akan melihat kamu berproses, yang mereka lihat adalah hasil. namun apabila kamu melakukan hal yang terbaik dalam proses tersebut, kamu tidak perlu meragukan hasilnya.

ah terlalu panjang untuk sebuah ucapan selamat ulang tahun. sekali lagi selamat ulangtahun, dramaLand. semoga komitmen kita ke depan semakin jaya, semakin mesra dan kembali hangat seperti dulu, karena i really, really, miss our time *cup

 

happy birthday to u, dear my lovely dramaLand. hope u always be my part of life. love u