3 weeks

Assalamu’alaikum Temans,

Selamat Siang semuaaaaa… hei, kamu.. iyah kamuuu yang lagi ngeluangin waktu untuk baca tulisan ini, terimakasih yah sudah mau merelakan waktu berharganya untuk sekedar nengok ke blog yang sedang mati suri ini. hahahahaha. Kamu apa kabar? Sehat? Mari berbagi cerita sama saya yah.

Saya mau cerita nih sebenernya. Jadi, beberapa hari yang lalu pas di jalan pulang kantor saya seperti biasa dengerin radio. Topik di radio itu adalah tentang persiapan pernikahan. Dueng… saya inget, saya masih berhutang cerita sama blog kesayangan saya ini tentang …… *jeng jeng* *drum roll* pernikahan saya. my wedding. my own wedding. can i repeat once more? FINALLY, I GOT MARRIED COUPLE WEEKS A GO!

Can u imagine that? Ms. Drama Queen yang hobi menebar drama dan kegalauan di setiap socmednya ini, finally… (iyah, akhirnya) melangkah ke –apa-yang-orang-orang-bilang-denganjenjang hidup yang lebih serius‘. bukan hidup mereka yang belum menikah gak serius atau belum serius, tapi saya kan cuman ngikutin apa kata orang.

tapi jujur deh … saya kemarin tuh kaya mimpi. apalagi pas ketemu temen blogger macem si putri usagi dan dikung *males nge link*, mereka kan dateng ke hari bahagia saya. mereka yang tahu banget kisah drama percintaan saya dari blog saya, dari twitter saya, belum lagi kalau pas ketemu kita langsung curhat – curhatan. Apalagi dikung yang malahan berhadapan langsung dengan drama hidup saya yang dari nangis bombay soal sahabat, ribut sama istri orang lah. Sampek dia (si dikung) pernah bilang “emang mbak ais mah orangnya suka nyari masalah”

Pas mereka menghampiri saya dan salaman sama saya di hari bahagia saya, rasanya kaya saya mau jingkrak – jingkrak dan meluk mereka deh. pengen banget teriak “finally, i did it!”

Ada Irni juga, anak gaul se Pontianak (lagi – lagi aku males ngelink) yang mosting di halaman fesbuk saya dan baru saya cek pagi ini. Dia bilang;Temen ngeblog dari awal awal baru ‘bisa nulis’ sampe sekarang. Temen blogger yang berteman dari dianya masih kuliah s2 sampe pengangguran dan hingga dapat kerja jadi bisa kopdaran di pontianak!!Pengen banget ketemuan lagi. Ngobrol2 lagi. Kalau bisa sambil bawa krucil2 yang buat gak tenang emaknya ngobrol. Hihihi. Bahagia selalu aisss. Keep blogging!!

Saya sadar, ada banyak cerita di blog ini yang mereka tahu, yang mereka baca, dan somehow mereka adalah bagian dari perjalanan hidup saya. Kadang penasaran juga sih sama temen – temen ngeblog yang lain. Kaya Kang Guskar, Kak Jul (eh yang ini enggak ding, masih sering bbman, hahahaha), oom enha, pakde, bu piet (abis mensyenan di twitter kemaren, aku tunggu jeung novelnya! hahahahaha), mbak ina, si bhi berceloteh, orange vanila (saya lupa namanya. hiks), si oom zahru, nda -lupa nama blognya-, oouch…jangan lupakan tante hera dong yang ngeblog cuman sebentar tapi bertemennya bisa ampek sekarang, nandini yang terakhir ketemu di jogja -dan masih sering tahu kabar via path ataupun ig-, sya si gula jawa, ari tunsa, terus si asop, mbak nik yang sekarang punya baby umur 14bulan (itupun taunya via fesbuk), terus siapa lagi sih temen ngeblogku dulu?

Mereka semua apa kabar ya?

Jadi sebenernya aku mau nulis soal proses akhirnya aku menikah, atau nulis soal temen – temen ngeblog sih ini? typically me. Nulis kagak ada guideline nya.

Lah, kamu maunya saya nulis soal temen ngeblog dulu apa tentang my wedding dulu nih?

Hayo… hayo … hayo …

Someday, someone will walk into your life and make you realize why it never worked out with anyone else
Someday, someone will walk into your life and make you realize why it never worked out with anyone else

Jadi, aku harus cerita darimana dulu ini?

dalam tiap ragu

seperti akan menyerah pada tiap kesalahan, aku pun menyerah di terakhir kali orang itu meninggalkanku. meninggalkanku dalam pertanyaan besar yang sampai sekarang belum kutemukan jawabannya. masih kucari, atau mungkin aku sudah tidak peduli pada jejak langkahnya yang terhapus perlahan oleh hangat kehadirannya. kehadiran ia, yang mampu membuat hatiiku ciut pada ikrar tidak akan bodoh lagi. tidak akan jatuh cinta lagi.

ah bodoh memang ikrar itu. harusnya sudah kuterima saja takdir bahwa aku ini sang wanita yang pada akhirnya akan menambatkan hati pada seseorang. dan, mungkin seseorang itu … dia.

aku terpaku pada senyumnya. bukan yang terindah, bukan yang terbaik, tapi … paling mampu membuat keangkuhanku tunduk. dan mungkin yang paling berani. paling berani untuk meruntuhkan tiap ego dan logika yang kubangun sejak terakhir hatiku hancur.

dan, kali ini saat langkahnya terhenti dalam keraguan yang sama seperti pendahulunya, aku hanya berkata;

‘aku bisa apa?’

aku. bisa. apa. saat. kamu. ragu. melangkah. untuk. membimbingku.

aku hanya bisa berdoa, semoga Allah mengabulkan permintaanku saat ini untuk bersama dia. entah sudah berapa dia yang kusebut dalam doa. mohon dengan sangat, semoga ini yang terakhir.

dan, yang mampu kuberikan sekarang adalah waktu. waktu baginya untuk berpikir mengenai segala macam keraguan dalam dirinya.

waktu dan keraguan adalah musuh besarku dulu. entah saat ini.

dayaku saat ini hanya meminta kepadaNya.

seberapa keras aku bernyanyi i wont give up nya Jason Mraz, aku bisa apa?

dan sebelum ini semua terlanjur, mari kita beri koma pada kalimat kita.

(jeda)

***

dalam tiap ragu, selalu ada harapan.

namun kali ini, harapanku adalah … don’t give up on us. because .. there’s something about you that just wont let me give up like yesterday.

 

i won't give up

***

note:

1. udah lama gak curhat di sini yess? anggep aja angin segar buat yang kepo sama urusan percintaan saya (eerr… emang ada?)

2. terinspirasi lagunya jason mraz yang i wont give up

3. gambarnya ngambil dari sini.

 

begini beritanya

heihooo… alohaa…

apa kabar teman-teman di sana? Memasuki tahun kelima saya punya blog ini, makin lama makin ga bersemangat banget yah saya nulis. semangat saya ngeblog bagaikan ditelan apa ntah. siang ini saya bertekad untuk nulis satu updetan. dari pagi tadi saat mengetahui bos rapat di luar kota dan bos satunya sedang ijin menghadiri acara keluarga di luar kota.
Jadiiiii… saya memanfaatkan waktu istirahat ini dengan semaksimal mungkin!! tapi begitu ngebuka new post kok saya malah lupa ya mau ngeblog apaan. hiks, tapi saya coba yah. sebagai bentuk aktualisasi saya setelah sekian lama….

Yakin deh sejak jadi pekerja, saya semakin kehilangan identitas diri saya sebagai seeorang yang mencintai menulis. sebagai seseorang yang mencintai membaca. maksudnya, coba deh liat … kelakuan saya belakangan ini kalau ga di kantor yah di rumah. ngapain? ya mbikin konsep surat keluar, ngonsep nota dinas, njawab semua pertanyaan bos yang kadang mbikin kening berkerut (hukum phytagoras apa mbak? itu si hanut nomor telponnya berapa mbak? tarif khusus untuk panjang kapal 90 meter lumpsum 2jam berapa mbak? mbak itu les bahasa inggris di klapa gading berapa yah mbak? ), ngurusin pritilan2 kecil yang harus diurus. dan rasa-rasanya energi saya terkuras di sini semua. pernah loh saya seminggu mimpi laporan pertanggunjawaban keuangan dan tiap ada bunyi telpon di kantor saya ga mau ngangkat, takut ditagih sama orang keuangan. hahahahaha.

kalok di rumah kerjaan saya cuman tiga: tidur, mandi dan makan. oh satu lagi; nyuci baju. hehehehehe.

so, hari ini saya mencoba menyeimbangkan diri saya dengan menulis. ada banyak hal di kepala saya yang sedang menari-nari.

pertama

soal pembunuhan anak remaja oleh dua remaja lainnya. tahu kan? yang lagi heboh beberapa hari yang lalu. Belum tahu beritanya? Coba cek di sini. Waktu berita itu muncul di twitter, saya langsung ngomong ke bos saya. soalnya saya sama oom bos yang satu itu sering ngobrol ngalor ngidul ke mana-mana. Oom bos langsung diem dan curhat soal kekhawatiran terhadap anaknya yang baru kelas 3 SMA tapi sudah pacaran deket banget sama temen satu sekolahnya. Bahkan orangtua sang pacar pernah bertandang ke rumah oom bos. dia curhat kalau dia khawatir terjadi apa-apa sama anaknya.

Saya diam dan saya jadi ikut merasakan kekhawatiran itu. Entahlah, beberapa bulan belakangan ini saya lebih ngerasa masuk ke dalam ‘team orangtua’ daripada ‘team anak muda’. saat teman sekantor saya memiliki masalah dengan orangtua-nya, saya justru empati dan bisa memahami orangtua dia dengan lebih seksama dibandingkan perasaan yang teman saya ceritakan. Makanya saat saya sedang berbeda pendapat (seperti saat ini!) dengan orangtua saya, saya lebih banyak diam dan mencoba mencari jalan terbaik agar dua kemauan dan keinginan ‘team orangtua‘ dan ‘team anak’ yang terjadi antara saya dan orangtua saat ini bisa terakomodir dengan baik (dem. bahasa saya udah cukup bahas birokrat belum? kebanyakan nulis nota dinas inih) :mrgreen:

kedua

ada kabar duka. kabar duka yang sudah lama sebenarnya. tapi saya baru tahu beberapa hari yang lalu. Ini berkaitan dengan kawan yang saya kenal lewat blogger. Saya mengenalnya dengan nama Faa. mungkin ada beberapa kawan yang mengenalnya. saya mengenalnya di blog ini. Beberapa kali komen di blognya dia, dan beberapa kali juga dia maen ke sini. kami punya karakter blog yang berbeda. coba deh tengok blog dia yang artistik dan nyeni. saya suka maen-maen ke blognya dia karena ada gambar-gambar lucu hasil karyanya.

Hingga beberapa hari yang lalu saya melihat seorang kawan memposting di wall fesbuk milik Faa dan muncul di news feed fesbuk saya. akhirnya saya buka wall fesbuknya Faa, karena saya penasaran udah lama gak denger kabarnya. Begitu saya buka betapa kagetnya saya, ternyata Faa telah meninggal dunia september Tahun lalu. dan tanpa sadar saya meneteskan air mata waktu melihat halaman fesbuknya dipenuhi oleh ungkapan belasungkawa dan beberapa kalimat indah serta foto2 waktu teman-temannya masih berpetualang. Dia masih muda, masih sangat menikmati hidupnya yang penuh petualangan dan menakjubkan di mata saya (dia naik motor pitungnya dari Jogja ke Cilacap! isn’t that amazing?). dan dia meninggal di usianya yang masih sangat muda.

kematian, bagi saya adalah seperti peringatan. Bukankah begitu?

ketiga

setelah dua hal tadi, ada berita gembira yang mbikin saya ingin melompat-lompat kalau menulisnya (hiperbol deh nulisnya). Ini juga masih dari kawan yang saya kenal di blog. Walopun dua-duanya udah ga aktif ngeblog lagi (ya sebelas dua belas lah sama saya,), tapi tetep aja saya nyebut mereka ‘temen nulis’.

yang pertama si maucokelat, teman nulis saya yang terakhir membuat saya sangat terpesona pada kalimatnya yang ini :

hidup ini bukan hanya bercerita tentang jari manis, kapan dilingkarkan cincin atau kapan sanggup melingkarkan cincin.

dan itu potongan kalimat sering banget saya kutip di mana-mana. karena saya sangat amat suka sekali sama potongan kalimat sederhana yang dia buat. awalnya saya kenal sama si mau cokelat ini juga gak sengaja. maen ke si anu ada dia, maen ke situ ada dia. ya udah saya ngeklik aja blognya dia. buka profile-nya. mendadak ngefans. hahahahaha. dibela-belain ngirimin dia imel buat nanya YM nya, terus udah bolak-balik ceting akirnya dapet nomor hpnya, ketemuan deh beberapa tahun setelah kenal di blog itu.

dulu sempet sebel setengah mati sama kesinisan dia yang anti kemapanan (HIH!) bawaannya kalok saya ngobrol sama dia, saya ngerasa disepelein. sampek akhirnya saya ngungkappin kesel saya ke dia, dan kita jadi ngobrol biasa lagi. dia itu tempat curhat favorit saya (salah satu favorit) kenapa? karena dia juga yang bilang ‘Jangan berekspektasi macam-macam sama temen lu, lu gak punya hak’. tahukan.. tipe temen curhat yang akan bilang baju yang dipake jelek kalok itu emang jelek tapi gak akan bilang baju kamu bagus kalok itu bagus. hahahahaha… nah, INTINYA APA?? INTINYA DIA SANGGUP UNTUK MELINGKARKAN CINCIN. dia finally nikah! dengan si Nona, yang pernah dia ceritakan di sini. Congrats Oom, bahagia selalu 🙂

daaaan… satu lagi adalah perempuan blogger juga (dulunya), temen nulis juga asal Makassar. ketemu di blog juga, nge add di fesbuk, ketemu di twitter, tuker-tukeran pin, dan begitu dia ada kesempatan ke Jakarta, kita ketemuan deh. nah terakhir ketemuan di Jakarta itu sebenernya saya naksir adeknya *HLOH. hahahahha, bukan itu fokusnya. balik ke fokusnya yah, waktu ketemuan di Jakarta itu, saya sama dia sebelas dua belaslah galaunya. di pojokan Starbucks Sarinah kita curhat soal pria (what else?), edisi patah hati kita yang berulang kali. makanya gak nyangka banget dia beberapa bulan yang lalu kenalan dengan pria dan kemudian dilamar. APPPAA ?? DIA NGEDULUIN SAYA? KITA KAN KEMAREN GALAUNYA BARENG? hahahaha. becanda ding. dia memang sudah sangat siap untuk menjadi seorang istri, mungkin saya belum dikasih jalan karena menurutNya saya masih harus banyak belajar dulu. Bukan begitu bukan?

anyway, selamat untuk Hera Sahrul untuk pernikahannya, semoga bahagia selalu. i’m sooo happy for both of you.

lovely hera and her husband

oke deh. sekian updetan dari saya. udah cukup panjang juga ternyata. hahahahaha. kudu balik ngerjain yang laen. semoga kawans di sana juga punya berita gembira lainnya yahh.

***

*postingan ini didukung oleh blognya si maucokelat, berita dari internet, dan juga foto yang terakhir saya culik dari twiiternya Tante hera yang lagi sumringah banget 😀

monolog: bukankah

bukankah ini yang nantinya akan kita butuhkan?

genggaman tangan yang tidak harum memang tapi selalu ada, senyuman teduh yang menyambut kita pulang, bahu kuat yang mampu menampung semua masalah namun cukup nyaman untuk bersandar, kata-kata yang tidak selalu indah namun selalu menenangkan, kata-kata yang tidak mengandung perintah namun mampu membuat patuh.

aku selalu takut. aku takut. takut untuk kembali menaruh harapan. sudah kah aku ceritakan bahwa hati ini adalah hati yang payah. hati yang selalu, selalu, selalu menaruh harapan pada tempat yang salah. dulu. kali ini aku sangat berhati-hati menaruh harapan. aku sudah memohon maaf pada hatiku sendiri, karena membiarkannya terluka berulang kali. aku berkata padanya bahwa itu semua adalah pelajaran yang harusnya bisa diambil hikmahnya. hei, bukankah semua terjadi karena suatu alasan? hanya saja terkadang kita terlalu sibuk mencari alasan itu, sampai tidak bisa melihat saat alasan itu datang dengan sendirinya. mengetuk pintu kenyataan, memohon diberikan kesempatan untuk menjelaskan kenapa begini kenapa begitu.

terkadang, kita terlalu sibuk menganalisa, mencoba menerka kenapa begini kenapa begitu, apa yang salah dan siapa yang salah. aku menghabiskan waktuku melakukan itu. setelah mereka pergi satu persatu, meninggalkanku dalam sebuah pertanyaan besar; kenapa. tahukah kamu, KENAPA merupakan pertanyaan paling sering diajukan saat sesuatu berhubungan dengan hati entah itu jatuh hati ataupun patah hati. bukan begitu?

you can spend minutes, hour, days, weeks even months analyzing a situation trying to put the pieces together. Justifying what could’ve, should’ve, would’ve happened. Or you can leave the pieces on the floor and…. move on!

seperti dia yang pernah berkata;

Hidup bukan hanya bercerita tentang jari manis, kapan dilingkarkan cincin atau kapan sanggup melingkarkan cincin, hidup juga menceritakan sembilan belas jari lainnya, suka dukanya, sumringah nelangsanya, ragamnya, ramainya, sepinya, tanpa terkecuali.*

entah ke mana langkah kaki ini akan mengantarkanku, tapi aku selalu berharap langkah kaki ini mengarahkanku kepadamu, calon suamiku.

***

monolog kali ini dibantu dengan sepenuh hati oleh malam minggu syahdu (aeeeh), blog *maucokelat (nulis lagi nape), dieka dikung yang gak pernah bosen nanyain kapan aku updet postingan, dan kamu yang masih setia bukain dramaLand walau jarang banget updet.

***

just moving on

Bagaimana Jika

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Jawaban aku sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk menunjukkan kepadaku bahwa institusi menikah bukanlah sebuah institusi menakutkan seperti yang dibicarakan orang-orang. Menikah bukan sebuah perangkap yang melepaskan banyak kesenanganmu. Menikah bukan sekedar alat untuk melegalkan perzinahan. Menikah bukan hanya sekedar status untuk kita pamerkan.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Maka, jawabanku bergantung seberapa keras usahamu meyakinkanku bahwa aku dan kita bisa untuk menghabiskan sisa hidup hanya berdua. Butuhkah penjelasan lebih untuk permintaan aku ini? Tak terhitung banyaknya kisah perselingkuhan yang sama-sama kita lihat di depan mata. Aku tidak butuh janji bahwa kamu tidak akan melakukan itu, aku hanya butuh diyakinkan bahwa kita bisa mengatasi semuanya berdua. Semuanya. Hanya berdua.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Maka lagi-lagi… Jawabanku akan sangat bergantung pada seberapa keras usahamu untuk bisa merubahku menjadi wanita yang tegar, tidak cengeng, dan tidak manja. Kenapa? Karena aku ingin…saat kita menikah, anak-anak kita memiliki ibu yang kuat, tegar dan berani disamping memiliki sisi lembut layaknya seorang wanita.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan? Maka, ini akan menjadi jawabanku…

Aku akan bertanya padamu sebelumnya, apakah kau mencintaiku? Bukan cinta menggebu-gebu seperti yang dulu pernah kita rasakan saat SMA, namun cinta sederhana yang berawal dari obrolan-obrolan ringan yang sering kita lakukan yang aku harap akan terus membesar seiring berjalannya waktu, setelah kita melewati banyak hal bersama.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?

Yakinkan aku, itu bukan hanya sekedar dongeng indah yang lagi-lagi kaummu bisikkan ke telingaku hanya agar aku behenti menuntut dan berhenti mencerewetimu.

Bagaimana jika kamu mengajakku berpacaran serius, hingga merencanakan pernikahan?

Intinya, aku butuh lebih dari sekedar sebuah pertanyaan pengandaian. Aku butuh lebih dari sekedar kalimat, “ayo kita menikah”. Aku butuh usahamu untuk meyakinkanku. dan, aku butuh sesuatu yang nyata. senyata jumlah tagihan yang mulai harus aku bayar tiap bulannya.

Apakah aku meminta terlalu banyak? Am I asking too much?

***

fiksi atau curhat? Let u decide :*

Lalu biarkan,

biarkan saja rasa ini menghilang. seperti embun pagi yang kemudian hilang dalam teriknya mentari. Dan bila esok pagi embun kembali menghampiri, biarkan saja. sekali lagi: biarkan saja.

Apapun yang terjadi di kolong langit ini, sudah ada yang mengatur. Percayakan saja.

Karena seperti yang selalu aku percayai: bahwa cinta itu bukan untuk mereka yang lemah. Cinta itu untuk mereka yang berani.

dan, aku di sini. masih berani. berani untuk mencinta lagi.

dear past

***

gambar dari sini

well…

another broken heart story. sebenernya saya mau ngelanjutin postingan terakhir kemaren itu. udah ada di draft. dari semalem diketik, tapi ada kejadian siang tadi yang menghancurkan semua rasa saya. bahkan rasa ingin melanjutkan postingan di draft itu.

saya sempet cerita di postingan kemaren yah kalok saya patah hati tahun lalu? dua kali?

di akhir januari ini, ternyata saya harus patah hati lagi. iyah lagi.

rasanya semakin lelah saja mengikuti proses ini. proses jatuh – bangun – jatuh lagi – bangun lagi – lagi2 jatuh – lagi2 bangun. tahukah? saya tahu banget pada akhirnya saya akan bangkit dan mentertawakan part hidup saya yang ini. galau lagi galau lagi. galau melulu. punya kisah romantis kok begini-begini melulu. kalok gak ditinggal nikah, diselingkuhin, gak diseriusin, atau dikhianati komitmennya.

pernah denger gak apa yang tidak membuatmu mati akan membuatmu lebih kuat. tapi … seperti yang kita ketahui bersama…segala macam teori tidak akan berlaku jika kita membicarakan perasaan anak cucu Adam. bukan begitu?

termasuk teori apa-yang-tidak-membuatmu-mati-akan-membuatmu-menjadi-lebih-kuat tidak berlaku untuk patah hati. serius.

nyatanya saya garuk-garuk tembok juga kali ini. nyatanya saya mewek juga walau udah patah hati tiga kali dalam setahun terakhir. nyatanya saya masih ngetwit galau. masih dengerin lagu-lagu galau. masih…yah masih gitu deh.

hei kamu, iyah kamu yang sudah meyakini aku bahwa aku wanita yang hebat. terimakasih untuk persinggahanmu dalam hidupku. kamu pria yang baik. maaf aku sudah melewatkan kesempatan yang pernah ada antara kau dan aku untuk menjadi kita. seperti yang kamu yakinkan kepadaku dan aku percaya itu, aku adalah gadis yang hebat dari caraku memperlakukanmu, dan aku akan jadi pasangan yang hebat.

kadang yang dibutuhkan untuk healing a broken heart itu sesuatu yang klise. seperti Januari-nya Glen. Seperti magnum Almond. atau curhatan panjang kali lebar dengan seorang sahabat. atau nostalgia dengan membaca tulisan-tulisan lalu. atau rencana berakhir pekan dengan sahabat-sahabat. atau dengan menuliskan ini semua di sini.

yang terluka hanya hati. bukan akal sehat maupun logika. masih ada satu laporan perjalanan yang harus dibuat. jadi, ke arah mana kita melangkah sudah paham, kan?

goodbye

teruntuk kamu, pria istimewaku

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia.

Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.

Itu menyakitkan… seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar.

hmmm…

Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk,

supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan,

sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah… sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu,

ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku

dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku.

Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku,

yaitu… karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan,

sebab aku pernah berharap kalau suatu saat… ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi.

Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin.

Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya.

Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.

Pada akhirnya, semoga…

tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.

 

* Semoga tidak kamu lagi, karya Zaary Hendrik*

***

Hai kamu, pria yang telah memenuhi hatiku, sampai saat ini kamu masih memenuhi hatiku. Dimulai sejak kapan aku pun tak tahu. Hingga beberapa hari yang lalu kamu memintaku untuk bersamamu. Lagi. Bersamamu, melupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi diantara kita, dan menata masa depan bersama, sembari merajut mimpi bersama.

Tahukah kamu aku memili ketakutan yang sangat besar saat ini? ketakutan yang tidak bisa aku definisikan,pada  apapun dan pada siapapun.  Aku takut melangkah bersamamu, mungkin jenis ketakutan yang orang bilang trauma. pfftt… aku ini lulusan Psikologi tapi menghilangkan trauma pada diri sendiri pun aku tak bisa. hei, dokter gigi juga tidak bisa mencabut giginya sendiri kan?

Trauma pada mimpi-mimpi dan rencana. Aku memiliki begitu banyak mimpi yang tiba pada waktu hanya mengisi lembar-lembar buku harian yang saat ini  menjadi bahan buat aku bercerita fiksi, mungkin. Sekarang aku pun takut bermimpi bersamamu, karena aku takut bila tiba waktunya mimpi itu terwujud, aku sudah tak bersamamu lagi. Sakit rasanya  berbagi mimpi bersama namun saat itu terwujud kau sudah tak bersamaku lagi.

Tidak ada siapapun atau apapun yang menjamin jika pada akhirnya kita akan bersama kan? Lalu buat apa kita bermimpi sekarang? aku takut. sungguh ketakutan tak bernama ini telah menjadi gelisah berkepanjangan hingga akhirnya aku tidak bisa membuatmu bertahan di sampingku.

Lalu saat si kawan datang membawa potongan puisi ini, aku tersentak. Aku membayangkan kamu membacakannya untukku. Aku membayangkan kamu yang mengatakan kata-kata itu kepadaku. Aku membayangkan kamu berkata: ‘semoga tidak kamu lagi’  kepadaku.

Ketakutan itu masih ada, makin membesar. Ketakutan kehilanganmu, ketakutan melangkah bersamamu. semua serba salah. kalau ini film Warkop DKI; maka judulnya adalah maju kena mundur kena.

Pfft… kamu, kamu adalah pria istimewa yang mau menerima aku apa adanya; aku yang terlalu cerewet dengan hal-hal kecil yang tidak penting, aku yang selalu bersuara manja denganmu, aku yang sering mengacuhkanmu saat kamu datang, aku yang sering sekali menghabiskan wkatu dengan teman-teman priaku, aku yang kadang tidak bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, aku yang tidak mau mengalah saat berdebat, aku yang punya segudang kenangan dengan masa laluku.

Ingatkah saat pertama kali kita menyadari perasaan kita masing-masing, kita berusaha untuk mengingkarinya? Ingatkah cerita diantara Jogja Java Carnival, Siomay, Frau dengan Mesin Penenun Hujannya? Ingatkah saat pertama kali kita bertemu lagi? Ingatkah batang rokok yang pertama kali kamu hisap waktu itu? Ingatkah saat si beruang kutub menyemburkan isi mulutnya padamu saat kita bermain UNO? Ingatkah ini ingatkah itu … aku tidak pernah mau mengumpulkan dan merekam jejak perjalanan kita. di sini, di buku harianku, atau di manapun. di satu sisi aku mengingkari hadirnya ‘kita’ antara kamu dan aku, di sisi lain aku juga ingin perjalanan ‘kita’ akan terus ada antara aku dan kamu hingga aku tak perlu menyimpannya lagi karena akan ada ‘lain waktu’ bagi kita.

Saat ini aku merasa seperti anak kecil yang sedang ditunggu bermain di taman kota.  Aku bermain dengan ketakutanku, dan kamu duduk di pinggir taman melihat itu semua. Tapi… sampai kapan kamu akan menunggu?

***

Puisi prolog di atas saya dapat dari partner in crime  yang memasukkan musikalisasi puisi ini  ke playlist di handphone saya. Puisi ini punyanya @zarryhendrik yang diambil sama si partner dari soundcloudnya (soundcloudnya Zarry, bukan si Partner) .

cinta terlarang

ku tahu cinta ini terlarang
walau rasa ini tak sanggup ku pungkiri
ku harap kau mampu mengerti
apa jadinya dunia
kalau mereka tahu tentang kita

malam minggu, habis ketemu sama Ne. iyah.. Ne si gadis ayu yang punya blog selaksa kata. ini kopdar kedua kami. ini penyakit saya nih; kalok udah lebih dari sekali ketemu (seperti dilaporkan di sini; saya pertama kali ketemu Ne beberapa bulan yang lalu), rasanya jadi gak kopdar. rasanya jadi kek dolan sama temen lama aja.

entah kenapa…setiap habis ketemu sama temen yang kita kenal dari dunia blog, mesti deh bawaannya jadi kangen sama blog sendiri. pengen cepet pulang dan menumpahkan rasa. di kepala berkejaran ide-ide yang dari kemaren sempat menguap entah ke mana.

is ini judulnya cinta terlarang, lagu pengantarnya juga cinta terlarang, kok nulisnya tentang Ne? jangan-jangan…HOI BUKAN HOI!!

ini cuma intermezzo, bukan prolog (salah sendiri, nulis intermezzo di depan). postingan sesungguhnya akan saya tuliskan setelah tanda-tanda bintang berikut ini

***

cinta terlarang. Pernahkah kawan-kawan terjebak cinta terlarang? saya (sepertinya) pernah. gak, bukan sekarang kok. sekarang saya lagi gak menikmati cinta terlarang, maupun cinta terpuji. lagi menikmati cinta sendiri aja *eaaaa ituh mah judul lagu kalik..

gak tahu..tiba-tiba pas lagi bengong di kamar, playlist saya mainin lagunya OST Arisan The Movie: Cinta Terlarang, lagu yang ada di dua filmnya (as we know, Arisan kan sekarang ada dua tuh dan keknya saya pernah ngebahas tuh pilem di postingan saya yang ini).

liriknya kan depannya begini:

cinta bisa datang kapan saja
biasanya dia hadir tiba-tiba
lalu semua berubah
hati ini menjadi resah

kalok di film itu, cinta terlarang yang digambarkan yah cinta antara si Sakti sama si Nino. You know… hubungan sesama jenis gitu. Tapi saya gak mau ngebahas yah bok soal cinta terlarang yang kek begitu, semua orang pasti punya pandangan masing-masing soal itu. Cuman kadang cukup disayangkan saja: bersaing dengan sesama wanita saja sudah cukup kompetitif yah, ditambah saingan pria juga rasanya membuat pasaran semakin sengit (hahahahaha!).

Terus…terus…terus… cinta terlarang macam apa? cinta terlarang yang banyak beredar di depan mata saya. Kadang saya mau menepikan itu semua, segala macam cerita yang hadir di depan muka saya, tapi kemudian ada semacam suara yang bilang: “cinta kan gak pernah salah”

hell yeah. Cinta tak pernah salah, tetapi waktunya yang salah.

Pernah denger soal pasangan suami-istri yang berpisah karena salah satu di antara mereka ‘berpaling’? Selama dua minggu terakhir, cerita itu lagi berdengung di telinga saya berkali-kali. untuk beberapa pasangan yang berbeda. boleh jadi, ini menjadi salah satu ketakutan terbesar saya untuk melangkah ke jenjang berikutnya dengan *uhuk* seseorang. Saya takut, takut setengah mati kalau besok pasangan saya (atau bahkan saya?!?) tidak menjaga komitmen suci pernikahan.

Cerita-cerita yang saya dengar ini bukan hanya dari cerita novel atau film atau fiksi lainnya. ini cerita nyata senyata kenyataan: berat badan saya naek empat kilo.

Si anu kepincut wanita lain yang dikenalnya lewat facebook, si itu meninggalkan istrinya karena istrinya tergila-gila dengan facebook, si ono nikah siri dengan wanita muda dari istri-nya.

Salahkah mereka? Terjebak Cinta terlarangkah mereka? Kalau kata Opa Freud (mungkin, mungkiin) superego mereka dikalahkan oleh ID mereka. apa itu Is? hmm..saya mencoba menjelaskannya dalam bahasa yang lebih sederhana yah.

Jadi, Opa Freud (Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisa itu loh) merumuskan kepribadian manusia itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: id, ego dan superego.

Id sendiri merupakan komponen dasar manusia, termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk menuntut kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak langsung dipuaskan, hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.

Sedangkan Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan yang dimunculkan oleh  Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Gampangannya, Ego ini merupakan ‘jembatan penghubung’ antara id dan superego.

Superego sendiri merupakan  gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru. Agama dan norma sosial termasuk di dalamnya.

Nah dalam kasus cinta terlarang, id-nya si pelaku (bahasanya Is!) berpikir: “aku mau sama dia! aku mau sama wanita itu yang bukan istriku!”

tapi di superego ada kenyataan: dia sudah menikah, orang menikah tidak boleh lagi ‘menginginkan’ orang lain dalam hidup. ya kan? bahkan percerain sendiri (di agama yang saya anut) merupakan tindakan halal yang paling dibenci oleh Allah. itu superegonya.

Di sinilah ego berperan untuk menjadi jembatan penghubung antara yang id inginkan  dengan superego yang ada di luarnya.

Nah cinta terlarang bisa terjadi karena interaksi ketiganya: id, ego dan superego.

Cinta terlarang terjadi karena interaksi kompleks ketiganya. apa yang id inginkan merupakan naluri dasar, apa yang ada di superego merupakan nilai yang ditanamkan dan kemudian reaksi apa yang ego keluarkan merupakan suatu proses yang tidak mudah. ada banyak pertimbangan yang ego lakukan.

jadi, cinta terlarang yang terjadi di sekitar kita bisa dengan mudah kita judge sebagai perbuatan yang ‘hiiiih’ banget, tapi merupakan tindakan kompleks dari serangkaian unsur kepribadian (yang kalau dijelaskan bisa jadi beberapa SKS. hahahaha). saya gak bilang cinta terlarang itu jahat atau baik (nyari amaaan! hahaha), karena yah itu tadi: KOMPLEKS. harus dilihat sebabnya, alasannya, bagaimana ia dulu dibesarkan, bagaimana pola asuh, bagaimana… ah sudahlah. terlalu banyak yang saya tuliskan malam ini.

***

Cinta tidak salah. Mungkin waktunya yang salah

see u next post!

PS: AIS SIH NULIS APAAAH INIIIIH?!?!

dan (tak) mungkin part.3

“…And after all you’re my wonderwall…”

Di tengah kosentrasiku mengerjakan design sebuah web pesanan seorang kawan, sayup-sayup kudengar penggalan lagu lawas milik Oasis dari kamar sebelah. Tanpa bisa dicegah aku teringat padanya.

Diandra.

Ini lagu favoritnya. Apa kabarnya dia sekarang? Ah, tidak. Tidak! Aku tak boleh memikirkan hal lain. Konsentrasi. Fokus. Pekerjaanku harus selesai malam ini, tak ada waktu untuk bermain-main. Apalagi bermain dengan masa lalu.

Sepuluh menit kemudian.

“Shit!”

Ku-minimize tampilan program design yang tengah kukerjakan. Kuraih cangkir di ujung meja komputerku. Kosong. Aku butuh kopi baru. Sambil membakar sebatang rokok kunyalakan kompor untuk memasak air panas. Sedikit lagi pekerjaanku selesai, aku butuh istirahat. Kubuka pintu kamarku agar udara bisa berganti. Di langit bulan purnama. Diandra sangat menyukai purnama.

Ah.. Lagi-lagi Diandra. Apa-apa masih serba ingat Diandra. Liat gula sisa es teh, ingat Diandra. Lewat Rumah Makan Padang, ingat Diandra. Denger suara sirene mobil pemadam kebakaran, ingat Diandra.

Bersama Diandra, aku belajar dua hal. Saling mencintai tidaklah cukup untuk membuat suatu hubungan bisa bertahan. Komunikasi dan saling mengerti juga diperlukan. Termasuk kemauan, kemauan tuk mempertahankan hubungan tersebut. Itu yang pertama. Yang kedua adalah melepaskan tidak serta merta melupakan. Sekian tahun telah berlalu, walau kala itu aku yang melepakan Diandra dari genggaman tanganku, melepaskan harapanku untuk dapat bersamanya, nyatanya aku masih saja sulit tuk melupakannya. Mungkinkah aku dapat melupakannya? Menghapus semua sisa rasa yang masih tertinggal, mungkinkah?

“Piiiiiiiiiiiiiippp..”

Ah, airku sudah mendidih. Kuseduh kopiku lalu menambahkan dua sendok teh gula seperti biasanya. Sambil mengaduk kopi kuraih handphone di atas meja.

1 new message

From: Eca

Mas Deni, gimana kerjaannya? Sudah selesaikah? Kalau belum, yang semangat ya.. Ohya aku juga mau sekalian ngingetin, besok kita ada janji ke butik buat fitting baju pengantin. Jangan tidur terlalu malam loh. Apalagi pagi. Jaga kesehatan. Met malam masku sayang.. XO

Sambil mengunci pintu kamar kutekan speed dial nomer 2 hp ku.

Calling Eca

“Halo Dek.. Kok belum tidur sih? Oh.. Iya, bentar lagi kelar kok nge-design-nya. Hm.. Hm.. Oke, met bobok ya dek. Luv you.” Kutekan tombol END.

Cintaku pada Eca memang tak sebesar cintaku pada Diandra. Kuakui itu. Hanya saja Eca adalah orang yang telah kupilih untuk bersama menjalani masa depan, bukan orang lain, apalagi Diandra.

Jadi tak apa bukan bila terkadang aku masih teringat pada Diandra? Terkadang mengenang memori disaat kami masih bersama? Tak apa bukan sekedar mengenang? Toh kenangan tetaplah hanya sebatas kenangan dan tak ada yang bisa dilakukan lagi terhadapnya.

Aku tak salah bukan?

****
Nyampek juga di part tiga ini. Sayangnya ini bukan bikinan saya, melainkan bikinan partner in crime saya, gemana? udah sesuai ekspektasi? kalau udah sesuai ekspektasi berarti gagal. Gak ada faktor kejutan dong. Hahahahahaha… Lagi mikir, mau dilanjutkan gak nih yah si Diandra – Deni – Eca ini? secara stok kenangan masih banyak #eh bukaaaaaan…. stok cerita masih banyak. hasil kepo sana kepo sini :mrgreen:

tahu kan saat ada satu hasil kepo-an yang bikin ngomong gini: ‘waah seru nih dijadiin cerita! nah dari kemaren saya dapet banyak ‘aha moment’ kek begitu 😀

sebaiknya saya tanya si partner ituh…gmana cuy, mau kita lanjutkan ini? Kita gandeng penulis laen kalok mau, biar seru. Hahahahahaha.

~~~~~~~

dan (tak) mungkin part.2

Aku membanting handphoneku. Kesal. Yah. aku kesal. kesal berjuta – juta kesal. Kesal yang tidak pernah aku rasakan. Andai saja rasa kesal ini bisa kuubah jadi duit, sudah kaya aku. Sudah tidak perlu lagi aku bekerja kepada si kepala besar itu.

Sambil menahan kesal aku berjalan menuju meja belajarku di pojok kamar. di atas meja itu terdapat laptop dan beberapa pigura foto berisi fotoku dan foto Mas Deni, pria yang sudah mengisi hari-hariku beberapa bulan terakhir ini.

Ah… mas Deni, pria yang baik banget sebenarnya. Menyenangkan. Dan kami sudah memiliki rencana untuk menikah di akhir tahun ini. Tapi yah itu…. dari awal pertemuan, aku sudah sadar sepenuhnya bahwa aku tidak akan pernah memiliki hatinya. Karena hati Mas Deni masih milik Diandra, wanita yang pernah mendampinginya dari SMA.

Darimana aku tahu kalau hati Mas Deni tidak bisa kumiliki? Aku beritahu kawan, wanita itu memiliki intuisi yang tak terkalahkan oleh peramal manapun.

Aku tahu Mas Deni masih menyimpan foto Diandra di dompetnya, walaupun semua foto wanita itu seudah dihapus di Facebook dan laptopnya. Aku tahu Mas Deni masih mengingat dentingan pianonya walaupun ia tidak mengakui itu. Aku tahu matanya masih menerawang jauh bila mendengar beberapa lagu yang pernah mereka mainkan bersama saat masih SMA. Aku tahu Mas Deni masih membuka profile facebook, akun twitter bahkan mem-bookmark blog Diandra. Aku tahu ia masih beberapa kali salah menyebut namaku.

Aku tahu semua itu. Tapi kenapa aku masih mau bersama dan melangkah bersama Mas Deni?

Entah. Mungkin ini cinta. Atau bisa jadi ini bodoh.

***
Klik… klik… klik…

Aku membuka Facebook. Situs itu selalu menjadi prioritas yang kubuka untuk pertama kali setiap aku membuka laptop. Dan bukan untuk membuka siapa yang memposting apa di wall Facebookku, atau membuka profile Mas Deni. Aku membuka profile Diandra.

Diandra. Mantan pacar tunanganku.

dan aku hanya melihat semua foto – fotonya. terkadang aku melihat timeline-nya sampai saat pertama kali ia membuat facebook. di mana ia masih saling berkirim komentar dengan Mas Deni.

Aku cemburu, aku cemburu pada tiap kesempatan yang ia miliki bersama Mas Deni. Bagaimana ia menyemangati Mas Deni saat Mas Deni pertama kali merantau di pulau sebrang. Bagaimana mas Deni menulis di wall Diandra mengenai rindunya yang begitu besar. Bagaimana mereka berharap segera datang hari libur nasional hanya untuk saling bertemu.

Aku sebenarnya sakit jiwa gak sih membuntututi mantan pacar tunanganku sampai sejauh ini?

***

Hihiihihihi..versi ini dibuat saat saya dan si partner berjumpa di sebuah sudut coffee shop. maklumin ajah kalau sedikit ngaco. karena sambil ngetik, sambil hahaha hihihihi bercerita, sambil update status sana-sini.
ini versi si wanita satu lagi. kejutan apalagi yang akan disampaikan oleh kisah ini? tunggu kelanjutannya sodara – sodara (jika berkenan :mrgreen:
aiiiiiih….

sepuluh tahun yang lalu…

sore tadi, ada yang menarik di timeline twitter saya, tiba-tiba radio favorit saya nanya soal film Ada Apa Dengan Cinta a.k.a AADC. terus tiba-tiba saya inget deh, memang beberapa hari yang lalu sempet baca juga kalau AADC bakal di puter ulang di Blitz mana gitu… gak digagas juga, hlah wong acaranya di Ibu Kota, dan saya masih aman damai sentosa di Jogjakarta berhati nyaman ini.

naaah… inget AADC, pasti bakalan inget jaman SMA. kalau tahun ini adalah 10 tahun AADC, dapat dipastikan juga sudah sepuluh tahun yang lalu juga saya jadi anak SMA (ketahuan dah tuanya). jadi saya nonton AADC itu dan sempet kena demam sepatu gosh – kaos kaki panjang – tas plastik gede – puisi – punya geng yang isinya cewek2 – perpustakaan cinta. sempetlah kalau ke studio musik itu latihan bandnya adalah lagu Ku Bahagia-nya Melly Goeslaw.

naaaah… pas saya baca twitnya @pandji

tiba-tiba saya dapet ide buat #kamisManis saya. kenapa gak nulis soal AADC? itu film kan memang film yang menurut saya fenomenal, dan bener kata Pandji: itu adalah film penanda generasi. terus saya nanya sama si kawan saya; eh AADC tuh menurut kamu film bisa disebut penanda generasi kagak?

dan dia pun menjawab: bisa.

dan memang bener, film itu benar-benar menggambarkan generasi saya waktu SMA: belon ada FB, belon ada twitter, belon ada laptop di pergaulan kami. kalau HP udah ada, tetapi belon mewabah kek sekarang. dan fungsi hp masih buat sms dan telpon doang, dan itu juga dieman-eman banget, mahal bo pulsanya

dan itulah masa SMA generasi kami: geng, buku curhat, mading, ngedate ke toko buku, apalagi?

baiklah, mari saya ceritakan situasi saat menonton AADC sepuluh tahun yang lalu

***

waktu itu tahun 2002, saya masih duduk di bangku SMA. janjian nonton AADC sama temen-temen sekelas. waktu itu janjiannya adalah: salah satu temen saya yang diem-diem saya gebet ngejemput saya dan si sahabat di kostan saya. as usual (ternyata tabiat ini udah ada dari SMA) saya telat. jadi si temen yang diem-diem saya gebet udah dateng di kost, saya masih melanglangbuana di luar, lupa waktu itu saya kemana, apa ke salon dulu apa kemana dulu gak tahu. hahahahaha.

nah, barengan lah kita bertiga ke bioskop satu-satunya di kota satria: Rajawali. Bukan 21 loh. cuman bioskop. nyampek di parkiran, saya liat parkiran rame banget. untungnya nih, saya udah titip tiket sama temen-temen yang laen yang mau nonton. tapi sangking ramenya, kami dapet yang pertunjukan yang terakhir. saya bosen nunggu, terus saya bilang sama temen saya: saya mau nyari cemilan dulu ke Moro, pasar swalayan yang ada di deket situ. saya dan sahabat saya berboncengan ke Moro. baru pilih-pilih cemilan, saya di sms (nah! ternyata waktu itu saya udah punya HP!): filmnya udah mau mulai. saya tunganglanggang ngebut balik ke bioskop. passs banget film AADC nya mulai.

dan mari saya kopikan dari buku harian saya waktu itu:

.. eh iya! elo tahu gak Ry kemaren malem alias malem minggu, gw nonton AADC, barengan sama anak-anak II-9. yang cowok semua gitu, cewe’nya cuman gw sama Fajar. Terus… filmnya yang mendukung gw banget bwat nangis. Settingnya Kelapa Gading gitu, ceritanya tentang persahabatan dan perpisahan. Gw yang kangen sama rumah, gw yang takut perpisahan gw sama E***n (nama gebetan), gw yang lagi butuh temen, gw yang lagi miss banget ama suasana Jakarta. Nangis deh gw. Tapi ditahan gitu. Abis sebelah gw F***d (nama gebetan lain, ini yang ngejemput di rumah).

udah segitu aja, sisanya terlalu menggelikan buat ditulis ulang di sini. hahahahaha… hlah itu bisa nulis dua nama gebetan dalam satu paragraf udah cukup memalukan, padahal yang satunya itu ujung-ujungnya sekarang jadi temen banget, apa gak geli saya pernah nulis nama dia dalam kapasitas romantis kek gitu… (apalagi baca lanjutannya, betapa saya merindukan perhatian dari si F***d ini *euuuuu…)

dan di beberapa halaman buku harian berikutnya saya menemukan tulisan saya sendiri yang ini

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku

Kulari ke pantai kemudian teriakku

Sepi… sepi dan sendiri aku benci

Ingin bingar aku mau dipasar

Bosan aku dengan penat

Enyah saja engkau pekat

Seperti berjelaga jika kusendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai

Biar mengaduh sampai gaduh

Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang ditembok keraton putih

Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera

Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai

 

puisi itu puisi yang menang lomba puisi di sekolahnya Cinta, yang bikin si Rangga (aselinya yang bikin siapa yak? kagak tahu juga saya dan lagi kumat malesnya ngegugling). dan saya jatuh hati sama puisi itu (sama seperti jutaan penonton lain, mungkin), makanya saya tulis itu di buku harian saya.

kenangan dari AADC lainnya adalah: duit gaji pertama saya pas jadi penyiar muda di radio dulu, saya pake buat beli kaset (iye.. masih koleksi kaset saya dulu) O.S.T nya AADC ini.

ini film Indonesia yang juara banget deh memorinya buat saya, entah udah berapa kali saya nonton film ini, mendengarkan soundtracknya, berulang-ulang kali, hingga hafal beberapa potong dialognya. tapi dialog yang paling melekat adalah:

Nah, sekarang kalo lo ngerasa aneh di tempat-tempat ramai kayak gini, tu salah siapa? Sekarang gue tanya, salah gue? Terus, kalau lo sekarang nggak punya temen sama sekali kayak sekarang itu salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue? salah gue?

sebenernya dialognya panjang yah si Cinta ini pas ngomong ini. kalau gak salah, dia kesel banget sama si Rangga karena dibilang ga prinsipil, cuman gara-gara dia mau nonton band bareng-bareng dan harus ngorbanin waktu dia dan Rangga di Kwitang. dan ini ampek sekarang selalu jadi semacam tagline saya dan temen-temen kalau lagi curhat atau ngobrol, terus kalau ada yang ngomong; ‘menurut lo, ini salah siapa coba?’

ada hukum tidak tertulis di antara kami buat nyaut: ‘salah gue? salah temen-temen gue??’

dan untuk urusan soundtrack jangan ditanya lah ya.. walaupun kata galau belon mewabah seperti sekarang, tapi denting-nya Melly dan Tentang Seseorang-nya Anda adalah lagu wajib galau buat saya. mendadak galau lah kalau denger lagu itu.

dan begitulah kenangan saya dengan AADC, yang kalau dilanjutin bisa satu kabupaten ini mah.

bagaimana kamu? kenangan apa yang kamu punya dengan AADC?

mendadak pengen manjangin rambut? mendadak pengen jadi pacarnya Nicholas Saputra? mendadak jadi puitis? atau… ??

***

see u next post!

 

#12harimenulis #6

udah bikin draft postingan buat yang keenam nih.. eh pas  mau upload foto ke postingan ityu susah banget. kalau gak pake foto pasti jadinya aneh deh. hiks… jadinya saya mbikin postingan baru ajah lah kalau begitu.

saya punya ide yang menurut saya cukup cemerlang. Ide ini muncul saat saya membereskan buku-buku saya. Err… actually yang ada di rak saya bukan cuman buku bacaan, tapi ada beberapa buku harian saya.

buku harian yang saya sebut sebagai harta saya. entah kenapa…. saya selalu merasa someday saya akan sangat membutuhkan mereka. makanya saya gak pernah membuang mereka. ada sih hasrat ingin membakar atau membuang mereka, tapi selalu ketahan sama kata-kata ’eman-eman’

padahal kalau dibaca yah boo… hadeh hadeh.. isinya ituh. saya rasa kalau umur saya lebih muda, dan usia belasan tahun saya udah mengenal apa itu twitter, blog dan FB, saya rasa saya masuk generasi alay yang sering saya hina dina. untunglah saya lahir lebih dulu. jadi saya hanya menyimpan sendiri ke lebay-an masa labil saya (bukan sekarang masih Is?). uahahhahahahaha…

jadi, ide cemerlang itu adalah: saya akan menulis kembali (re-write yak bahasa inggrisnya?) tulisan saya di salah satu buku harian saya yang tanggalnya sama dengan tanggal sayambikin postingan. Jadi kalau misalnya hari ini tanggal 11 desember, maka yang akan saya tulis adalah apa yang terjadi tanggal 11 desember di tahun – tahun sebelumnya,

naah… ide cemerlang itu gagal dengan mantap setelah saya bongkar semua buku harian saya dan gak ada tanggal 11 desember di dalamnya. satupun. dari sekian banyak buku harian itu. mantap kan?

jadi dari sekian tanggal, kelabilan saya memilih libur di tanggal 11 Desember. Cantik sekali. jadi saya hanya menghitung itu buku-buku harian dan buku curhat yang setelah dijumlah ada dua puluh aja dong.. toweng toweeng…

e? Buku curhat? Apa itu ais?

Begini.. begini.. sebagai generasi ABG akhir 90-an yang belum mengenal internet dengan baik, dan lagi kalaupun ada internet waktu itu juga cuman dipake email-email an sama chatting di mirc, sama ngirim e-card gitu deh. belon paham sama yang laen. dan rasanya onlen 3jam di mirc lamaaa banget. dan alat komunikasi paling happening waktu itu adalah telpon rumah. Jadi, sebagai wadah untuk bercerita, saya dan para sahabat menggunakan fasilitas telepon rumah untuk gossip time dan chitchat after homework hour di rumah.

sangking seringnya itu telpon rumah dipake, saya ampek sering kena tegor. begitu juga dengan sahabat saya. dan taktik ‘elo nelpon gw dulu dong, biar telpon gue bunyi, ntar gue telpon balik, kalau ditelpon lama-lama kan gak diomelin nyokap’ sudah tidak berhasil dan sepertinya diketahui dengan baik oleh Mamah. Jadi kami tersiksa sekali dengan larangan menggunakan telpon rumah lebih dari 15 menit (ya iyalah ya… 15 menit itu baru prolog biasanya… hahahahaha)

tapi episode telpon rumah saya simpan buat postingan berikutnya ya, sekarang saya mau cerita soal buku curhat. Jadi, karena ada larangan seperti itu, saya dan sahabat-sahabat saya waktu SMP memutuskan untuk bercerita melalui tulisan. jadi semacam buku harian, tapi kami gunakan untuk bercerita satu sama lain. Dan, saya serta dua sahabat saya waktu itu memberi nama ‘ayu’ untuk buku curhat kami. si ayu ini kalau gak salah sampek ke part 3, dan tiga-tiga nya disimpan sahabat saya, dinka. Biasanya kalau dia menemukan buku itu setelah selesai beberes, dia pasti akan menelpon atau sms saya dan heboh nostalgia lah kami.

kebiasaan menggunakan buku curhat ini muncul lagi saat saya pacaran ketika SMA. dengan si gitaris tampan itu saya memiliki buku curhat yang kami beri nama Biroe. Yang kalau dibaca sekarang, isinya bikin mules dan nyengir sendiri. Kamu pernah lihat pasangan yang pamer kemesraan di socmed? saya lebih parah dibandingkan mereka. Saya dan si dia bisa mengungkapkan perasaan cinta berhalaman-halaman. si Biroe ini juga sampek ke part 3, yang ketiganya saya yang pegang. Karena waktu putus si dia memberikan kepada saya, karena menurut dia; dia tidak sanggup memiliki ketiganya (aciiiieeeeeeeeee… *uhuk uhuk*). Jadilah ketiga buku itu jadi penghuni rak barengan sama buku curhat dan buku harian laennya.

eh kelupaan! sebelumnya ada buku curhat juga. sebelum saya pacaran sama si Gitaris Tampan, saya mbikin buku curhat sama kakak kelas saya yang saya akui sebagai sahabat, padahal aselinya ngegebet. jadi saya bareng sama kawan sebangku saya mbkin buku curhat dengan kedua kakak kelas yang juga duduk sebangku. Kami menyebut buku itu FAYE, yang diambil dari nama inisial kami berempat (ga usah nebak-nebak juga kali yak yang disitu, daripada salah. hahahahahah…)

kemudian buku curhat yang keempat itu sama kawan-kawan KKN di tahun 2007. kami dari kawan-kawan KKN satu sub unit menggunakan buku curhat sebagai buku kenang-kenangan aja sebenarnya. Siapa lagi yang memparkarsai kalau bukan saya? hehehehehehe. Buku ini hanya diisi oleh empat kawan KKN dari enam kawan serumah.

buku curhat yang kelima masih sama orang special. yang ini waktu saya pacaran sama si Barista Handal. Kalau yang ini isinya lebih banyak argumen-argumen dua orang dewasa sebenarnya (cieh.. ngaku dewasa bo!). karena isinya lebih ke arah narasi dan curhatan dua orang anak muda bimbang. Buku ini separuh saja tidak sampai, karena saya dan dia akhirnya lebih memilih berbicara satu sama lain secara langsung. saya menggunakan buku itu kalau ingin menyampaikan perasaan-perasaan tak tersampaikan saja. dan yes, buku ini saya simpan.

kenapa semua buku-buku ini saya simpan? karena saya masih sering menggunakannya untuk menulis fiksi. yang mana sudah beberapa tahun terakhir tidak saya lakukan (menulis fiksi maksudnya). dan… membaca buku curhat itu mengingatkan saya akan banyak hal. banyak hal yang mungkin gak bisa ditampung oleh memori otak saya yang low ini. Seperti hal di bawah ini:

Ternyata, tanpa sadar, setelah kenal dengan kamu, dengerin ocehanmu dan ceritamu, setelah sering bareng-bareng sama kamu, aku jadi ngerasa seimbang lagi. Ada orang-orang laen juga yang perempuan di sekitarku, tapi aku ngerasa gak ngedapetin apa-apa dari mereka. Jadi, kesimpulannya, dari apa adanya kamu, aku ngedapetin ‘sesuatu’ yang ntah apa, tapi membuatku merasakan ‘sesuatu’ yang sepertinya membuatku menjadi lebih dari sekedar ‘sesuatu’*

see?? see?? bukan syahrini yang menelurkan kata sesuatu. karena salah satu penulis buku curhat sudah memulainya empat tahun lalu! uahahahahahhahahaha…

see u next post!

***

PS: kalimat yang ada di box kutipan itu (*) saya ambil persis dari salah satu buku curhat yang saya pegang. dan, di kepala saya sekarang terhimpun beberapa ide cerita fiksi dari kalimat-kalimat itu.

btw, update tanggal 12 Desember siang, setelah mendapat komen dari Mbak Nike jam setengah satu pagi tadi (etdah, si Ibu satu ini kagak tidur apa yak?), saya niat nambahin foto ini ah:

ini penampakan buku curhat dan buku harian saya, kurang satu.. habis dibaca di tempat tidur soalnya 😀

completely broken heart

berusaha untuk tidak terjebak euforia final sepakbola-nya SEA Games. bukan karena apa-apa, karena saya deg-deg an banget nonton final ini. Saya mencoba mengalihkan perhatian dari rasa deg-degan karena nonton final.karena ada yang lebih final di hati saya sekarang: final sudah keputusan saya untuk patah hati

*opo toh yo… kok pembukanya wagu tenan, mekso tenan. tapi baiklah.. mari kita buka dengan berita bahagia yang datang dari Mr. Charming.

mash inget gak sih sama Mr. Charming yang pernah saya ceritakan bulan mei kemaren? yang ditaksir sama saya dan dua orang kawan saya yang laen?

kabar gembira dari dia adalah: dia telah melangsungkan pernikahan dengan wanita pujaannya. Siapa wanita pujaannya? Apakah salah satu dari kami? Ya gaklah, kalau salah satu dari kami maka judul dari tulisan ini pasti gak kek gini.

dan apakah niat saya dan kawan-kawan saya untuk menyampaikan perasaan ke Mr. Charming kesampaian? tentu tidak. karena, karena… kabar berita Mr. Charming mau menikah ini datang mendadak. dan karena satu dan laen hal, kami memang ada di posisi jarang bertemu dengan Mr. Charming. Kami sudah tidak memiliki jam-jam di kelas yang sama, kami tidak memiliki alasan ‘tugas kelompok’ bareng lagi untuk waktu-waktu di tempat nongkrong favorit, ibarat kata OVJ, kami udah gak punya benang merah.

kontak terakhir yang saya lakukan dengan Mr. Charming adalah sms-sms saling ledek mengenai ajakan karoke, dan jadwal ujian kompre. tapi selain itu gak ada lagi yang laen. sampai kamis kemaren salah satu kawan memberi kabar soal undangan dari Mr. Charming. dan teman saya mau berangkat bareng ke acara, dengan satu syarat: saya gak boleh nangis.

idiiih. seribu kali idih kalau saya nangis gara-gara Mr. Charming nikah. mantan saya dua orang nikah aja saya kagak nangis. dan waktu tahu Oom Tio Pakusadewo nikah juga saya gak nangis. Hiks. padahal.. hiks.. padahal… saya ngefans banget sama dia. Tapi inget juga sih kata salah seorang kawan: kalau dia gak nikah juga belon tentu dia sama kamu.

iya juga sih.

sama kek pas Darius nikah, Choky Sitohang nikah, pasti saya dapet kata-kata itu: kalau dia gak nikah, belon tentu dia sama kamu.

dan, yang kemudian bikin saya patah hati juga adalah saat salah seorang kawan saya menelpon saya dan curhat soal berita yang dia dapet:  mantannya melangsungkan pernikahan.

saya spechless. saya tahu benar bagaimana si kawan ini menata hati setelah memutuskan berpisah dengan si mantan. dan saya benar-benar tidak tahu menghibur bagaimana. walau sudah dua kali mengalaminya, tetapi saya paham benar: apa yang saya rasakan berbeda dengan si kawan.

karena begini yang juga saya pahami: setiap masalah ada mudah dan pasti ada jalan keluar dan pasti selalu ada bright side-nya, asalkan bukan kita sendiri yang mengalaminya. Because is always easier to said than done.

owkey, selaen musim hujan, sekarang merupakan musim nikah dan dapat dipastikan juga merupakan musim patah hati. Hahahhahahaha… bukan cuman mantan istrinya si ustadz itu aja loh yang patah hati, bisa juga banyak wanita-wanita di luar sanayang patah hati karena ditinggal menikah oleh mantan pacar, mantan suami/istri, mantan gebetan, mantan TTM-an, mantan Ibu Kost, mantan pembantu atau bahkan mantan majikan.

Saya bukan yang ahli dalam soal menata patah hati, tapi saya akan mencoba berbagi tips dan trik mengurangi patah hati ditinggal menikah:

  1. Yakinkan diri bahwa: bukan kamu yang membuat dia bahagia. Camkan itu baik-baik. tanamkan itu di pikiran, karena bisa jadi kamu dan dia tidak menjadi diri kalian masing-masing saat kalian bersama-sama
  2. Tidak ada yang kalah, ini bukan pertandingan, bukan berarti dengan dia menikah duluan dia yang menang. Lagian memangnya apa yang diperlombakan?
  3. Besarkan hati…. kamu gak diundang? itu karena mantan kamu takut kalau hatinya berpaling saat melihat kamu. Salah nyebut nama pas ijab kabul kan gak lucu. Kapan-kapan saya ceritain deh gemana cara saya tahu dua orang mantan saya menikah. Itu lucu banget (sekarang bisa dibilang lucu, dulu sih enggak. hahahaha..)
  4. persis kata si kawan saya : waktu gak pernah bohong. waktu juga yang akan menghapuskan semua luka yang ditinggalkannya. kalau sekarang kamu ngerasa berdarah-darah, itu adalah fase: nikmati saja fase berdarah-darah itu.
  5. Masing – masing orang memiliki cara copingnya sendiri: si mantan istri Ustadz punya coping yang mungkin sedikit show off: dia berbicara di depan media soal ‘perasaan’-nya setelah si Ustadz menikah. Pilih coping-mu sendiri, pilih caramu menyesuaikan diri dengan berita itu. Tapi catetan saya nih: pilih cara yang behave, pilih cara yang sopan dan gak keliatan ‘murahan’ dan bodoh.
  6. Berceritalah dengan kawan-kawanmu. karena kamu membutuhkan mereka untuk berbagi kesinisan, memaki-maki, mencela (hahahaha. orang patah hati sah-sah aja melakukan itu dalam kurung waktu tertentu yah, gak selamanya….). dan sekali lagi: pilih cara yang gak ‘asal’ ya.
  7. dengarkan lagu yang tepat. Saran saya: Heart of life by John Mayer.
  8. Jadikan itu semua motivasi. Seperti yang juga saya bilang ke kawan saya semalem: buat dia merasa rugi meninggalkan kamu. Tunjukan bahwa kamu memiliki nilai lebih dibandingkan kamu yang ditinggalkan dia dulu. Ini hanya permainan hati, so just keep it in your heart
  9. Jangan menempatkan diri menjadi pihak yang ter-dzolimi. Gak ada satu orang pun di dunia ini yang berhak menghina diri kamu.
  10. Beri mereka doa restu, yang tulus.
  11. Jauhkan benda tajam, tempat tinggi dan obat serangga
  12. Gak usah dateng kalau  diundang kalau kamu gak yakin bisa menahan diri (huahahahahahaha..)
  13. dan gak usah maksa juga buat dateng kalau nikahannya di Timbuktu. kesannya niat amet.
  14. diundang? Dateng aja, tapi urungkan niat untuk memberi kado berupa benda kenangan berdua dengan si mantan. Mungkin itu terlihat so sweet di film dan sinteron, tapi itu annoying di dunia nyata

ahahahaha.. cukup sekian tips menerima kabar kalau si mantan menikah. nanti kapan-kapan saya lanjutkan lagi ya.

:mrgreen:

***

hey you: don’t take this too serious. huahahahhahahaha…

selamat datang, hujan!

Hai…. kawan! Hai kawan! Haiiiiii…….
🙂
apa kabar? Semoga baik-baik saja ya kawan-kawan di sana. karena, walaupun saya menghilang dari peredaran dunia maya, tapi pasti saya gak hilang dari phonebook dan ataupun reader ataupun subcribe-an kawan-kawan kan? apalagi dari hati kawan-kawan semua.. (ternyata selaen memiliki penurunan kemampuan mengungkapkan kata-kata melalui tulisan, saya memiliki peningkatan rasa percaya diri yang dahsyat rupanya. Hahahahaha…)

Baiklah, bagaimana cuaca di sana? FYI aja nih, Jogja lumayan sering mendung beberapa hari belakangan ini, tapi baru sekitar satu kali aja daerah kwarasan dan sekitarnya diguyur hujan. yah bisa aja pas saya lagi molor terus hujan saya gak denger, jadi mari kita ganti pembicaraan mengenai cuaca. mari ganti membicarakan hujan. *hloh?!

Saya bukan pembenci hujan, dan juga bukan pencinta hujan. Sikap saya ke hujan sama seperti sikap saya terhadap spongebob: saya menyukai spongebob untuk berberapa alasan, namun adakalanya saya membenci sponge aneh yang bisa berbicara itu.

saya membenci sponge itu bukan karena kenaifan si Patrick kawannya, itu malah yang membuat spongebob menyenangkan untuk ditonton. saya membenci spongebob karena mengingatkan saya akan seseorang yang meracuni saya dengan spongebob. dan karena orang itulah yang pertama kali memberi arti mengenai pengkhianatan *drama mode: on*

hehehehehe…

saya mencintai hujan. karena seperti yang kawan saya pernah bilang; hujan itu seperti debt collector ingatan. begitu juga buat saya. diamkanlah saya saat hujan, beri saya pulpen dan kertas, lalu tinggal dikasih backsound mesin penenun hujan-nya Frau, maka saya bisa membantu para sutradara menciptakan sejuta ide cerita untuk beberapa scene episode sinetron kacangan, daripada adegannya itu-itu melulu ya bo. percayalah. jangankan itu, ide untuk film terbaru juga saya bisa!

maka… wahai produser film, pekerjakanlah saya untuk mencari ide cerita.

hehehehehehehe.

saya punya sejuta cerita yang mengiringi romantisme hujan. ah lihat saja beberapa tulisan saya soal hujan. ada yang mengingat romantisme gerimis (yes, setelah saya baca lagi, saya jadi mikir: itu tulisan maksudnya apa ya? seperti orang yang menahan diri untuk tidak jatuh cinta. Aw…aw..aw.. percayalah, saya juga lupa maksud tulisan itu apa).Apalagi pas bagian:

untuk itu lah aku menahan rasa, agar rasa ku tetap seperti rasa mu; ringan, menyejukan… seperti rintik gerimis di minggu malam ini

namun seperti mengatur hujan, begitu juga menahan rasa ku…

atau lamunan saya soal hujan di postingan saya yang ini, (yang setelah dilihat lagi: etdah! narsisnya gak mutu tenan. muka jelek kek gitu dijadiin bahan buat narsis?!?!).

namun buat saya, gak melulu soal cinta, romantisme hujan juga saya pernah ceritakan untuk pertemuan manis dengan dua kawan blogger yang cantik-cantik di plangi, yang pernah saya bagi di sini. atau ajakan saya untuk hujan-hujanan? dan, setelah saya baca tulisan itu lagi sekarang, saya tersenyum geli.ingat sesuatu.

Apalagi pas baca ini

Hmmm, sebelum semua dibebaskan dari sisa rasa yang mulai membelenggu

maka kan kuceritakan, pada dalamnya hatiku..
“ssst, aku menginginkanmu lebih dari apapun”

dan ku serukan pada semua penghuni senja untuk selalu menyampaikan pada fajar esok hari…
“sekarang hujan, dan aku merindukanmu”

dan itu beberapa bait tulisan dari sini, tulisan kawan saya. yang dia tulis karena terinspirasi oleh curhatan saya.

see? hujan itu memang magnet luar biasa bagi ingatan kita. er… ingatan saya deh kalau kawan-kawan gak ngerasa gitu.

tapi, saya yakin… untuk pemilik jiwa romantisme yang doyan nonton drama (kek saya) pasti setuju dengan pendapat itu.
karena, sayapun yakin… sutradara film drama itu pasti pernah merasakan beberapa scene adegan ber background hujan: berjalan bersama orang terkasih dibawah hujan, hujan-hujanan dengan si dia saat mengendarai motor (rasanya fantastis! apalagi pas PDKT. antara malu, kesel tapi seneng!), atau bahkan berantem di bawah hujan yang mengguyur (believe me, siraman air tidak memadamkan amarahmu, namun menambah efek dramatis malahan. hahahhahaha…).

kalau kawan-kawan gimanah, punya cerita soal hujan?

*tulisan ini dibuat untuk menyambut bulan november yang selalu saya sebut november rain, dan untuk semua kenangan manis di bulan november. Specially for u, u always know that u always be my sweet november!