Selamat Siang semuaaaaa… hei, kamu.. iyah kamuuu yang lagi ngeluangin waktu untuk baca tulisan ini, terimakasih yah sudah mau merelakan waktu berharganya untuk sekedar nengok ke blog yang sedang mati suri ini. hahahahaha. Kamu apa kabar? Sehat? Mari berbagi cerita sama saya yah.
Saya mau cerita nih sebenernya. Jadi, beberapa hari yang lalu pas di jalan pulang kantor saya seperti biasa dengerin radio. Topik di radio itu adalah tentang persiapan pernikahan. Dueng… saya inget, saya masih berhutang cerita sama blog kesayangan saya ini tentang …… *jeng jeng* *drum roll* pernikahan saya. my wedding. my own wedding. can i repeat once more? FINALLY, I GOT MARRIED COUPLE WEEKS A GO!
Can u imagine that? Ms. Drama Queen yang hobi menebar drama dan kegalauan di setiap socmednya ini, finally… (iyah, akhirnya) melangkah ke –apa-yang-orang-orang-bilang-dengan ‘jenjang hidup yang lebih serius‘. bukan hidup mereka yang belum menikah gak serius atau belum serius, tapi saya kan cuman ngikutin apa kata orang.
tapi jujur deh … saya kemarin tuh kaya mimpi. apalagi pas ketemu temen blogger macem si putri usagi dan dikung *males nge link*, mereka kan dateng ke hari bahagia saya. mereka yang tahu banget kisah drama percintaan saya dari blog saya, dari twitter saya, belum lagi kalau pas ketemu kita langsung curhat – curhatan. Apalagi dikung yang malahan berhadapan langsung dengan drama hidup saya yang dari nangis bombay soal sahabat, ribut sama istri orang lah. Sampek dia (si dikung) pernah bilang “emang mbak ais mah orangnya suka nyari masalah”
Pas mereka menghampiri saya dan salaman sama saya di hari bahagia saya, rasanya kaya saya mau jingkrak – jingkrak dan meluk mereka deh. pengen banget teriak “finally, i did it!”
Ada Irni juga, anak gaul se Pontianak (lagi – lagi aku males ngelink) yang mosting di halaman fesbuk saya dan baru saya cek pagi ini. Dia bilang;Temen ngeblog dari awal awal baru ‘bisa nulis’ sampe sekarang. Temen blogger yang berteman dari dianya masih kuliah s2 sampe pengangguran dan hingga dapat kerja jadi bisa kopdaran di pontianak!!Pengen banget ketemuan lagi. Ngobrol2 lagi. Kalau bisa sambil bawa krucil2 yang buat gak tenang emaknya ngobrol. Hihihi. Bahagia selalu aisss. Keep blogging!!
Saya sadar, ada banyak cerita di blog ini yang mereka tahu, yang mereka baca, dan somehow mereka adalah bagian dari perjalanan hidup saya. Kadang penasaran juga sih sama temen – temen ngeblog yang lain. Kaya Kang Guskar, Kak Jul (eh yang ini enggak ding, masih sering bbman, hahahaha), oom enha, pakde, bu piet (abis mensyenan di twitter kemaren, aku tunggu jeung novelnya! hahahahaha), mbak ina, si bhi berceloteh, orange vanila (saya lupa namanya. hiks), si oom zahru, nda -lupa nama blognya-, oouch…jangan lupakan tante hera dong yang ngeblog cuman sebentar tapi bertemennya bisa ampek sekarang, nandini yang terakhir ketemu di jogja -dan masih sering tahu kabar via path ataupun ig-, sya si gula jawa, ari tunsa, terus si asop, mbak nik yang sekarang punya baby umur 14bulan (itupun taunya via fesbuk), terus siapa lagi sih temen ngeblogku dulu?
Mereka semua apa kabar ya?
Jadi sebenernya aku mau nulis soal proses akhirnya aku menikah, atau nulis soal temen – temen ngeblog sih ini? typically me. Nulis kagak ada guideline nya.
Lah, kamu maunya saya nulis soal temen ngeblog dulu apa tentang my wedding dulu nih?
Hayo… hayo … hayo …
Someday, someone will walk into your life and make you realize why it never worked out with anyone else
Aku terkapar oleh rasa yang menggebu ini. Seperti dikelilingi oleh harap pada jutaan imaji, aku pun berusaha menuntaskan tiap kewajibanku.
Hanya saja, tuntutan tanggungjawab ini semakin menjadi di tiap harinya. Aku seperti dikejar dalam labirin panjang yang tak jua kutemukan jalan keluarnya.
Sampai sampai mulutpun lelah untuk mengeluh. Karena keluhanku bagaikan repitisi yang membuat orang lelah. Lalu apa gunanya aku jika hanya membuat orang lain jengah?
Mimpiku sederhana, kawan. Aku hanya ingin bahagia. Dan … aku hanya ingin kehadiranku akn membuat orang lain bernafas lebih mudah.
Namun nyatanya mewujudkannya jauh dari kata sederhana.
Dewasa tidak melulu soal umur. Tidak melulu bicara mengenai berhenti galau. Tidak melulu berbicara mengenai politik, perdamaian dunia, atau apapun yang mereka siarkan dalam berita. Dewasa juga tidak melulu soal berhenti menyakiti dan berhenti menyalak.
Terkadang, dewasa mengenai tanggungjawab. Terhadap hidup.
Bukan berhenti di memaknai hidup.
Aku sesak, oleh tiap rutinitas yang memburu ini. Jeda sesaat pun ternyata tidak mengurangi sesak. Mungkin yang harus diubah adalah cara memandangku terhadap ini semua. Aku hanya anak kemarin sore yang belajar mengenai rutinitas. Tau apa aku mengenai ini semua?
Apa Kabar? Lama gak bersua ya, udah mau akhir bulan ketiga aja nih. Gak nyangka waktu begitu cepat berlalu. No wonder si Mbak ais suka lupa hari (nah. loh) … hehehehehe. Belakangan ini, sejak menyadari betapa menyenangkannya membaca tulisan sendiri di masa lalu … Saya semacam punya keinginan kuat untuk bisa kembali menulis.
Akhirnya di sini lah saya, di pojokan sebuah Coffee shop (yang selalu jadi favorit saya menghabiskan my me time) di dekat rumah, memangku laptop, membuka wordpress, berusaha mencari ide untuk menulis.
banyak sekali kawan yang ingin saya ceritakan. tentang bos saya sekarang yang ternyata subscribe blog saya (entah sudah diunsubscribe atau belum, anyway.. hola Bos!), tentang seorang teman pekerjaan saya dan bagaimana proses adaptasi saya, tentang bagaimana relasi saya dengan inner circle saya, tentang saya yang belum melaporkan SPT saya, tentang rencana getaway saya ke Jogja (lagi, untuk kesekian kalinya), tentang keinginan saya untuk menghabiskan lebaran di kampung halaman Bapak saya, tentang banyak hal.
terutama tentang tahun ketiga saya di belantara ibukota ini, bagaimana rasanya menjadi bagian dari rutinitas ini, tentang bagaimana akhirnya saya terbentuk perlahan menjadi budak kapitalis, tentang rencana besar saya 15 tahun mendatang, tentang rasa sesak yang masih menghampiri setiap kali … ah sudahlah, yang saya tulis harusnya tidak melulu soal rasa kan yah?
beberapa hari yang lalu saat reread blog saya sendiri ini, saya menemukan beberapa tulisan yang membuat saya tercengang. literally. takjub aja kok saya bisa menulis tentang hal – hal seperti itu ya. tentang pendidikan, tentang makna bekerja.
Lucu ya… bagaimana berbulan – bulan saya membaca dan memahami tentang Makna Bekerja untuk penelitian saya untuk pada akhirnya saya hanya menjadi semacam penghuni rak buku. Ke mana semua teori dan pengetahuan saya waktu itu? Jujur, dalam hati yang paling kecil saya rindu. Rindu menjadi mahasiswa dengan kewajiban membaca jurnal. Rindu menghirup aroma perpustakaan. Rindu mengalami kesulitan saat harus memahami abstrak sebuah jurnal.
ah kawan, terkadang rasa itu hanya sebuah ilusi.
baiklah, mengisi minggu malam ini… saya akan mencoba untuk bercerita mengenai Gedung Yunani, salah satu bangunan di Kampus saya. walaupun si dikung dan oom han yang nyebelin itu sering bilang saya gak filosofis, gak bisa dipungkiri bahwa saya memiliki ijazah dari Filsafat UGM. admit that hei boys, saya ini alumni Filsafat UGM (hahahahahaha!).
Jadi, salah satu gedung kampus saya itu adalah Gedung Yunani. Gedung berlantai dua di sisi timur kampus. Kalau teman – teman pernah melewati kampus UGM dan berada di Lembah UGM, pasti bisa langsung melihat penampakan gedung itu. Dinamakan gedung Yunani karena ada lima pilar besar di depannya.
Ceritanya, beberapa minggu yang lalu saya sedang membuka akun Facebook saya. tahukan .. hanya untuk tahu ada berita terbaru apa dari kawan – kawan onlen saya (termasuk beberapa blogger yang dulu pernah akrab banget, biasanya saya tahu kabar terbaru dari mereka ya lewat Facebook, sejak saya berhentu BW beberapa tahun terakhir), saya menemukan beberapa foto dari dosen S1 saya. kaget bukan kepalang .. ternyata Gedung Yunani akan dirubuhkan dan akan diganti dengan Gedung Baru.
saya diam. bolak – balik melihat foto – foto yang ada. mencoba meresap tiap foto yang ada. ikut merasakan tiap narasi yang Bapak Dosen hadirkan. Saya seperti ikut merasakan sepersekian rasa yang Bapak Dosen ceritakan terhadap bangunan berlantai dua itu. Bangunan itu terdiri dari ruang dosen dan ruang perpustakaan di bawahnya, serta ada semacam ruang komputer (pada jaman itu). Bagaimanapun saya menghabiskan waktu enam tahun di Gedung itu -tidak seperti Bapak Dosen yang mungkin lebih banyak menghabiskan waktunya.
Saya melihat foto – foto itu dan perlahan tapi pasti saya kembali ke masa – masa itu. Masa di mana masih menjadi mahasiswa rantau. Bagaimana saat pertama kali melewati gedung tersebut saya dihinggapi rasa bangga bahwa saya akan menjadi mahasiswa. untuk kemudian saya merasa lelah harus melihat gedung itu terus, lalu berganti kepada rasa takut karena ‘kok gue gak bisa lulus – lulus sih dari sini??’ untuk kemudian berganti dengan perasaan haru dan rela memutar jauh hanya untuk melihat tulisan ‘Fakultas Filsafat’ di gedungnya tiap kali kembali ke Jogja saat tidak menjadi warga Jogja lagi.
Kenangan – kenangan itu kembali. Tiap sudutnya seakan bercerita.
dulu .. di sudut ini ada bangku – bangku kayunya. kalau mau menunggu jadwal bimbingan Skripsi, saya biasanya nunggu di sini. pernah juga menunggu jadwal untuk ujian lisan mata Kuliah Kapita Selekta Filsafat Barat dan Metode – Metode Filsafat -dua mata kuliah yang ujiannya lisan. sudut ini paham sekali tiap debaran gugupnya mahasiswa.
Kalau sudut yang ini beda lagi, biasanya di sini kami mengintip – ngintip apakah dosen pembimbing kami ada di ruangan atau tidak. Kalau gak ada, kami buru – buru menaruh draft tulisan kami. Syukur – syukur gak ketahuan dosen lainnya, jadi aman. Hahahahaha.. nanti tinggal sms Dosen dan bilang kalau draft nya sudah kami taruh di meja ibu. mohon bantuannya. begitu.
Sudut yang ini punya cerita yang berbeda. biasanya kawan – kawan seangkatan akan duduk – duduk manis. istilah Jogjanya tengtengcrit. alias tengu’ tengu’ cerito (apa bahasa Indonesia-nya, Dab?). Biasanya sambil godain anak – anak jurusan lain yang lewat. Karena di depan sudut ini adalah jalan menuju Gedung Perkuliahan.
Sudut ini juga dulu tempat saya ngobrol sama gebetan (gebetan – gebetan) saya (hahahahaha!).
ah… saya emang orangnya gampang terjebak di masa lalu. seperti sekarang ini. hahahaha.
tapi gak kok, bukan berarti saya gak siap menghadapi berkas payroll besok senin, atau kenyataan adanya berkas anak PKL yang sudah teronggok sebulan lebih di meja saya. Saya siap. hanya saja … ya begitulah.
saya nulis ini bukan berarti saya menolah dirubuhkannya Gedung itu ya. enggak. sama sekali bukan itu. Saya hanya mencoba meresapi tiap sudutnya untuk terakhir kalinya. Tempat di mana saya pernah memperjuangkan sesuatu, tempat yang pernah jadi saksi tawa saya bersama kawan – kawan, nervous nya saya saat mau ujian, sampai air mata saya saat dinyatakan tidak lulus di salah satu mata kuliah.
bukan ingin kembali. hanya meresap rasa yang pernah ada, untuk kembali mengingat semangat itu. seperti yang Wells pernah bilang: ‘We all have our time machines, don’t we. Those that take us back are memories…And those that carry us forward, are dreams“
Siapa yang masih terkantuk – kantuk hari inihh??? Siapa yang masih merasakan euforia gol-nya Gotze pagi tadiiii? siapa yang masih kesel karena ternyata gol-nya Higuain terganjar offside padahal udah selebrasi???
Siapa yang masih sok tahu soal bolaaa??
untuk pertanyaan terakhir itu, jawabannya adalah: Mbak ais.
Hahahahahaha.
Dua pertandingan terakhir Piala Dunia 2014 saya nonton dong. Gak tanggung – tanggung, saya nobar sama temen saya di salah satu cafe – cafean di daerah Kelapa Gading. nanti kapan – kapan sata review lah itu cafe. sekalian promo. kali aja ada yang mau ke sana, saya bisa titip es teh tarik favorit saya. hehehehehe…
Jadi, hari minggu dinihari saya dijemput sama temen saya sekitar jam setengah satuan. iya, kita dengan pede dan takut ga dapet tempat dateng jam sgitu. kocaknya temen saya ini baru jadi supir keluarga ke Cikarang. jadi, dia seharian ga sempet nabung tidur. walhasil dia nunggu dari jam satu itu ke mulainya Brazil – Belanda bolak – balik terkantuk – kantuk.
Saking garing ga ada bahan obrolan karena nyawa masing – masing (saya baru bangun tidur 15 menit sebelum dijemput), kita kebanyakan makan sama minum aja. lumayanlah sambil bercanda sama Waitress – waitressnya yang udah kenal sama kita berdua 😀
begitu pertandingan mulai, ada masalah teknis. proyektor yang disediain di lantai atas (kita dapet meja di lante atas dari cafe itu) gak berfungsi baik. mas – mas supervisor mulai panik, saya pun ikutan panik. kenapa? Karena kami kan sehati #nahLoh
hahahahahaha.
Akhirnya pada menit kesekianlah itu proyektor uda bisa konek sama tipi. sementara belum konek, bagaikan penonton VIP, kami nonton pertandingan dari lantai dua.
terus gimana Is pertandingannya? Haduh .. sedih lah nontonnya. Walau ga sesedih pas lawan Jerman ya, pas liat si Abah – Abah megangin dummy nya Piala dunia sambil bengong … rasanya ikutan sedih.
Nah pas lawan Belanda ini … kalah juga sih ya. gak seru lah pertandingannya.
nih suasana perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2014, sepi kan yah?
kita skip ke pertandingan dini hari tadi ya.
saya dateng ke cafe yang sama jam dua lewat sekian, ternyata telat. saya pikir mulainya jam 3 kan yah sama kek kemarennya itu. Jebul saya salah jam. beginilah penonton bola musiman gayanya sejuta. uda sibuk ribut dulu sama spv Cafe nya gara-gara saya reserve cuman buat berdua diprotes sama dia. begitu dateng, kita telat sodara – sodara. Dan ternyata kita dapet tmpat persis depan layar proyektor. meja kecil di pojokan dengan kursi cuman satu, dan terpaksa saya geret – geret kursi dari meja sebelah. rame gilak!
Gak serame di La Piazza sih ya,
Mulai deh itu sorak sorai pendukung masing – masing tim. Saya sama temen saya yang nonton bareng ini sama – sama megang Argentina. Yah paling gondok pas Higuain ngegol-in. uda bersorak sampek lompat – lompat dari kursi lah kami tuh, ternyata baru disorot si hakim garis ngangkat bendera.
ganti bersoraklah itu pendukung Jerman.
Seru. Pertandingan finalnya seru pake banget. Argentina yang katanya CUMAN punya Messi (dan Jerman punya tim, katanya) mampu membuat Jerman bermain hingga babak tambahan dimainkan.
Apalagi melihat statistik pas kelar babak pertama, Argentina cuman megang bola 30 sekian persen. Sisanya bola dikuasai Jerman. sampek mikir, ini maen setengah lapangan apa gimana. kan kasian, Neuer jarang disorot *halah*
pas abis babak kedua udah ga sempet lagi merhatiin statistik, tapi permainan Brazil yang katanya cuman ngandelin Messi patut diacungi jempol kok.
Firasat jelek pas Klose diganti. aduh pemaen satu ini dulu baru – baru keluar adek saya masih esde dan ngefans banget. bahkan dulu imel pertama dia klose_29@yahoo.com sekarang adek saya uda semester akhir kuliah. kebayang umurnya. Totti aja udah pensiun (Totti maning si ais… ais… ). Diganti sama Gotze yang ganteng.
gerombolan mas – mas belakang saya seneng banget begitu si pemaen bundes liga ini masuk. saya mah gak paham sepak terjang dia. secara pemaen cadangan yah bok. dan baru ngegolin sekali juga pas piala dunia.
dan emang hokinya si Gotze, tendangan kaki kirinya yang cakep itu berhasil ngebobol gawangnya Romero. mengingat yah .. shootnya Jerman udah berulang kali berhasil dihalau sama Romero.
sekali lagi, sorak sorai gemuruh pendukung Jerman terdengar. mereka nunjuk – nunjuk seragam yang mereka pakai, seakan – akan bilang; “INI GUE MENAAAANG INIH!!!”. dan hebohnya itu loh …
sebenernya ulah penonton bola di Nobar itu lucu ya. kaya sodara mereka aja yang maen, kek kakak sama Abang mereka aja yang maen, kaya negara mereka aja yang maen hebohnya sampek segitunya.
salah satu pendukung Argentina yang gayanya udah kek pacarnya aja yang kalah
Tapi emang iya sih ya. saya ini bukan penggila bola, tapi penonton musiman yang seneng sama euforia-nya. jauh sebelum upacara pembukaan bulan kemaren, saya udah ancang – ancang mau nobar
cuman berhubung jadwal ga sefleksibel dulu dan udah punya rutinitas, dijadwalin nonton dua pertandingan terakhir aja, yang laen biar pas selo aja nontonnya, di rumah.
dan nobar itu emang juara banget deh rame dan serunya.
yang heboh maen di lapangan ada, yang heboh sorak sorai di depan layar ya ada. yang kasian yang Waitressnya karena kudu bolak balik ngambil dan nganter pesenan. sama dedek – dedek yang tanggung umur yang diajak sama oom atau tante atau bapak emaknya buat nonton; dengan upah eskrim. dan berakir di pojokan kursi nyaris ketiduran.
ya begitulah sepakbola, asyiknya kalau diomongin gak ada habisnya. besok ketemu sama temen yang doyan bola yah yang dibahas golnya si Gotze, bahkan offside nya Higuain sampek empat tahun ke depan juga masih dibahas itu. ya ga? Hahahahahaha.
dan beginilah tulisan dari si pengamat sepakbola amatir yang nonton bola musiman.
so, jagoan kamu Jerman bukan? Apa mendadak Jerman?
sampai ketemu di Euro 2016 yah.
***
🙂
ini saya dan temen saya yang nonton sambil ngeceng tadi pagi hihihihihi..
Pagi tadi, saya ikut kelas bahasa inggris yang difasilitasi kantor. jadi, saya dapet jatah untuk belajar bahasa inggris dua kali seminggu masing – masing selama dua jam. awalnya agak males ya boook, tapi kok sayang banget kesempatan emas buat belajar disia-siakan. we know lah, kesempatan buat belajar kan gak dateng ke semua orang. apalagi kesempatan itu gratis yess. hahahahaha..
Nah, pagi tadi di kelas kita belajar ‘express feeling’. disuruhlah itu kitamenceritakan 15 ‘feelings’ yang kita rasakan selama paling gak sebulan terakhir. tadinya saya mau curhat onair kan yah. tapi harus jaim dong kalau sama temen – temen kantor, saya harus dikenal sebagai mbak ais yang cuek dan cool (aeeh matek).
jadi saya cuman menceritakan feeling yang so so aja, salah satunya adalah enthusiastic. why? because we have one day off in da middle of this week. ya ampoon…. sejak kerja, i’m very craving for day off. jadi dapet satu tambahan libur tanpa mengurangi cuti itu amazing banget rasanya buat saya. hahahahaha.
bukannya saya membenci pekerjaan saya, hanya saja … saya seneng aja dapat waktu buat tidur lebih lama. hehehehehehe…
eh topik yang mau dibahas bukan itu sih. topik yang mau dibahas itu sebenernya gara – gara tiba – tiba saya keingetan sama logo ini:
hahahahahaaa ….
ayoh generasi internet 2000-an. ada yang masih inget sama logo ini gak? sama testimonial? sama bullbo alias bulletin board? sama kolom last seen, sama kolom who’s vied me. ahahahaha.
aduh, saya kok jadi terharu yah. ketahuilah temans, jaman friendster itu adalah jaman yang tidak cukup mengenakan untuk stalking, secara dulu social network belum ada kaya sekarang yess. jadi kalau mau nyari tahu tentang seseorang yah cari tahu aja lewat testi. ada masanya loh kita teriak – teriak; “eh … isi testi gue dong”
ya gak sih?
isi testi menjadi seru karena disitu akan ada testimonial temen – temen tentang kita. kind of “ais itu … bla bla bla and bla..”
sayang banget saya gak sempet nyimpen screen shot dari halaman friendster saya, karena sejak 31 mei 2011 friendster udah berubah jadi social entertainment site, yang saya gak tahu deh sekarang kabarnya gimana.
buat yang belum tahu, friendster itu ada sebelum adanya Facebook, twitter, myspace, yah masih agak deketan generasinya sama mIRC (remember that? someday yah… saya nulis tentang miRC).
penampilan friendster nih semacam kaya gini:
yang seru dari friendster bagi saya adalah, kolom testimonial. why? karena, kalau lagi BT dan lagi gloomy gak jelas, saya biasanya baca kolom testimonial buat naikin mood dan self esteem. seneng rasanya baca komentar orang lain tentang diri kita sendiri (ya ampun, mbak ais narsisnya jaman dulu. heheheheehe). tapi, kalau kita mau kenal sama seseorang jaman dulu nih ya… saya juga ‘cari tahu’ gebetan saya yah lewat friendster. bagaimana teman- temannya memandang dia, bagaimana teman – temannya menilai dia. kalau sekarang apa yah perbandingannya?
nah selain itu .. di friendster ada juga fasilitas bulletin board. itu semacam kaya notes yang bisa kita tulis dan bisa dibaca sama semua orang. cmiiw yah .. dan kita juga bisa baca bullbo (singkatan bulletin board pada masanya) yang dipost sama temen – temen friendster kita. biasanya di sini saya nulis gak penting banget .. biasanya jawab 20 pertanyaan gak penting yang pernah dipost sebelumnya sama temen saya. semacam situs springme kali yah kalau jaman sekarangg. kadang pertanyyan – pertanyyannya pun gak jelas, kaya “lagi dengerin musik apa?” atau “tadi sebelum nulis bullbo ini habis buka situs apaan?” atau “online dari mana?” alay kan saya jaman dulu ikut-ikutan nulis begituan?
selain itu, friendster dulu punya blog loh. dan di sanalah blog seorang mbak ais dimulai. dan amat sangat alay sekali. kalau untuk ini ada sih screen shotnya di blog salah seorang temans. tapi gak mau saya kasih link ah. ntar jadi ajang si dikung sama oom han buat ngebully saya :,(
secara tata bahasa, gaya nulis, pemilihan huruf, pemilihan kata, yang kalau saya baca lagi sekarang bikin saya pengen nanya “itu siapa yang nulis?”
ya padahal ada nama saya-nya di situ.
kalau saya gak salah inget, jejak kehadiran friendster masih saya tempel di salah satu buku harian saya. yaitu berupa print – printan testi – testi terbaik dari teman – teman friendster saya. saya pajang disitu buat jadi mood booster saya kalau lagi gloomy gak jelas. hihihihi.
dan, sama seperti situs pertemanan lainnya, friendster juga punya fasilitas buat nyimpen foto.
seru deh jadinya nostalgia dengan friendster ini, walaupun sejak mei 2011 itu… semua foto, testi, bulbo dan data – data yang ada di friendster udah dihapus. jadi, hilang sudah jejak kealay-an saya.
ALhamdulillah, besok suami dan anak – anak saya gak perlu tahu kalau saya pernah alay dan ajaib.
***
so, gimana dengan teman – teman … punya akun friendster gak dulu?
***
and by the way, thank for Gadel for the screen shoot of friendster on 2006 🙂
di jumat yang indah dan cerah serta panas ini, saya lagi selo banget. Oom bos lagi pergi rapat di luar, kerjaan juga untuk hari ini belum ada yang urgent. ada sih, tapi masih bisa besok lah. hahahahaha…
ini gara – gara mbak ina nulis soal piala dunia, pas saya buka reader saya. yah ada beberapa topik yang menarik sih. tapi sebagian besar terbagi dalam tiga topik; kalau gak nulis soal politik, nulis soal piala dunia atau gak nulis soal bulan puasa.
dan saya masih aja nulis soal cinta cintaan. galau galauan.
hahahahaha.
tapi yang paling seru emang blognya mbak ina ini nih, saya ampek baca berulang kali. pelipur lara dan tambahan informasi bagi fans bola musiman kaya saya. iya, saya kan nonton bola kalau ada musimnya aja. kaya sekarang lagi musim piala dunia, saya ikutan hore.
ikutan hore juga waktu Italy menang lawan Inggris (PUS!) dan ikutan nangis waktu Italy harus balik kandang. lagi – lagi gagal lolos ke 16 besar. uda dua kali piala dunia gak lolos, semoga 2018 your turn yes Azzuri 🙂
dan ikutan dadah – dadah waktu Spain si mantan juara dunia harus pulang duluan.
Jagoan saya jelas Italy lah.. dengan atau tanpa Totti bagi saya Italy itu favorit. gak tahu juga kenapa, padahal saya gak paham bola, mungkin karena saya suka makan Pizza kali yah
tapi berhubung Italy udah balik, saya dari awal punya dua jagoan. Argentina lah jagoan kedua saya. kenapa? Yah karena dia negara Amerika Latin. Berhubung dilaksanakan di Amerika Latin, saya yakin yang juara pasti Amerika latin. Kenapa Argentina? Ya karena Brazil udah banyak yang mjagoin.. iya. saya sok tahu. dibantah juga boleh loh bagi penggemar negara eropah.
apakah saya menonton semua pertandingan itu? jawabannya tidak. tidak pernah. hahahahaha… saya tahu semua itu lewat temlen di twitter, dan atau malah baca – baca berita atau kek baca blognya Mbak ina itu.
kenapa gak nonton Is? Satu, jadwalnya gak nyambung nih. antara sahur dan besoknya kudu bangun pagi. Kedua, karena gak ada partnernya.
piala dunia 2010 kan ada tuh bekas sahabat saya yang nemenin saya nonton sambil smsan sama gebetan masing masing eh ga taunya gebetan saya di… eh gak jadi, bulan puasa cyiin…
atau ga si adek ganteng kesayangan saya, kita nongkrong jerit – jerit di kontrakan. Sekarang? Ada sih yang nemenin, tapi masih nemenin lewat bbm doang. Lagian nonton bola sambil bbman apa aseknyaa..
Alasan ketiga, gak ada sih. cuman dua alasan itu aja; teman dan waktu.
intinya, saya belum nonton satu pertandinganpun deh. rencananya nanti malem saya mau tuh nonton jerman prancis. pegang mana Is? ndak tahu saya. kalau mbak ina megang jerman nih, aku megang Prancis deh. soalnya ada Zidane *hlah. salah zaman :))))
****
next topic; politik. saya cuman nunggu sampe minggu tenang datang dan masa kampanye berakhir. ini pemilu ketiga saya (APPPPAA?? OW EM JI, saya ketauan gak imut – imut lagi deh. hahahahaha). dan sepanjang ingatan saya, kali ini adalah pemilu dengan kampanye terburuk sepanjang tiga kali pemilu. lupakan arak – arakan yang menakutkan, kampanye ini lebih sadis lagi. hampir dipastikan di berbagai macam social media (maaf, udah lama saya gak nonton tivi) tiap hari pasti ada aja yang posting tentang politik. badly, yang diposting gak jarang yang negatif.
saya ngerasa gak punya kapasitas buat ikutan kampanye. bukan karena gak dibayar *EH! bukan karena itu. bukan karena filsafat politik saya dapet nilai D (walau udah tiga kali ngulang yess),
tapi karena saya masih merasa pemilu itu ada azasnya, yakni LUBER, langsung umum dan bebas RAHASIA. jadi, sebagai pemilih saya akan tetap menjadi pemilih yang merahasiakan pilihan saya.
dan, seperti yang pernah saya singgung entah di mana saya lupa. jika saya berkomentar mengenai politik maka saya tidak bisa membawa diri saya pribadi saja. tapi pasti akan membawa nama institusi tempat saya bekerja, kampus tempat saya belajar dan juga orangtua saya.
nah, bagi saya yang terakhir itu yang paling berat saya juga untuk saat ini.
tapi itu sebenernya berlaku bukan cuman kalok komentar politik sih, berlaku juga untuk komentar yang laennya. ya kan?
So, untuk soal politik saya komen hore aja yes 🙂
****
Puasa. Selamat menunaikan ibadah puasa yah buat teman – teman semua. saya udah harus siap – siap pulang nih, jadi postingan soal microwave kapan – kapan aja ya saya lanjutinnya. hehehehehe…
heiho… welcome June 🙂 selamat bulan Juni. Half year is already gone, isn’t it? Gak nyangka banget yah.. udah beredar ajaloh tanggalan hari libur dan cuti bersama tahun 2015 di group wasap saya. malem ini saya pengen reblog salah satu tulisan saya tahun 2011, jaman saya lagi mau nyusun tesis (it’s been 3 years! wew!)… tapi saya edit dikit yah, gak semuanya saya masukin yah. soalnya ada banyak kepentingan politik di dalam situ *tsah.
postingan ini nulis tentang resensi buku yang saya baca judul bukunya i don’t know how she does it by Allison Pearson. so, here is it…
bercerita tentang Kate Reddy, seorang manajer investasi yang memiliki keluarga dengan dua orang anak. secara garis besar, buku ini menceritakan work-family conflict yang dialami oleh seorang Ibu yang bekerja. Kate memiliki dua peran yang harus dijalaninya, peran di kantor sebagai satu dari sedikit wanita yang bekerja di kantornya dan juga perannya di rumahtangga.
Kate memiliki seorang suami dan dua orang anak; Emily yang berusia lima tahun dan Ben yang masih berumur satu tahun. Kate mencintai pekerjaannya, namun dia juga berusaha yang terbaik bagi keluarga yang [sudah pasti] dicintainya.
Dalam buku ini digambarkan bagaimana Kate berusaha menyeimbangkan kedua perannya. menjadi Ibu yang bekerja akan jauh lebih sulit dibandingkan menjadi Ayah yang bekerja, dan satu part yang paling menggambarkan bagian ini adalah saat Kate bercerita bagaimana seorang pria akan terlihat keren, terlihat sangat mencintai keluarga saat memajang foto anak, istri dan keluarga-lah secara garis besar. Tapi menurut Kate, semakin tinggi jabatan seorang wanita bekerja, maka semakin sedikit foto yang dipajang.
Sama halnya seperti saat rapat mahapenting terjadi di suatu divisi dan seorang Pria meminta ijin untuk tidak ikut meeting, dengan alasan; “mengambil raport anak” maka akan mendapat respon;‘aaah soooo sweeet’. tapi jika wanita yang melakukannya, maka biasanya yang ia dapatkan adalah celaan betapa ia tidak bisa mengatur waktu.
The women in the offices of EMF [Kate’s firm] don’t tend to display pictures of their kids. The higher they go up the ladder, the fewer the photographs. If a man has pictures of kids on his desk, it enhances his humanity; if a woman has them it decreases hers. Why? Because he’s not supposed to be home with the children; she is.
well, buku ini memuat jungkir baliknya seorang Kate berusaha menjadi ibu dan karyawan serta istri yang baik. bagaimana ia mengakali ‘kue supermarket’ menjadi seperti kue homemade, bagaimana ia selalu berusaha ‘menyogok’ anaknya dengan berbagai mainan yang ia beli setelah bertugas ke luar negri, bagaimana ia berusaha menolak berhubungan seks dengan suaminya, bagaimana Kate mengupah pengasuh anak-anaknya dengan upah yang cukup tinggi agar memperlakukan anak-anaknya dengan baik, bagaimana akhirnya suaminya pergi dari rumah mereka saat Kate sedang bertugas di luar negri.
Saya belum mengalami posisi seperti Kate; seorang Ibu yang bekerja. Makanya saya terkejut menyadari betapa beratnya menjadi Ibu yang bekerja. No offense buat Ayah yang bekerja, suwer. Coba kalau kawan-kawan lagi nganggur dan mencari jurnal penelitian mengenai ‘working mother’ maka kawan-kawan akan menemukan sejumlah penelitian.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich (2002), yang mengatakan bahwa sumber konflik pada ibu yang bekerja biasanya adalah karena adanya peran ganda, yaitu peran sebagai ibu rumah tangga (istri dan ibu dari anak-anaknya) dan juga peran sebagai pekerja. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang terkadang saling bertentangan.
Mereka juga berkata wanita yang bekerja ternyata lebih sering mengalami konflik dan permasalahan keluarga dibanding pekerjaannya karena bagi kebanyakan wanita keluarga merupakan domain yang paling penting dalam kehidupannya. Permasalahan ini tidak sedikit mempengaruhi pekerjaan dan dapat menciptakan gangguan bagi mereka, sehingga menyebabkan penurunan kinerja.
Lagi, ngapain sih seorang wanita bekerja? Well, itu akan bergeser sedikit mengarah ke Tesis yang saya angkat. Terdapat beberapa dorongan kenapa wanita bekerja. Bisa karena faktor ekonomi, faktor relasional yang berkaitan dengan kebutuhan sosialisasi mereka, faktor aktualisasi diri juga menjadi salah satu faktor pendorong seorang wanita bekerja.
Faktor yang mendorong seorang wanita bekerja pada akhirnya berhubungan erat dengan bagaimana wanita memaknai pekerjaan mereka.
Pemaknaan wanita bekerja berbeda dengan pemaknaan bekerja pada pria, karena wanita pekerja memiliki konflik dan dorongan yang mungkin berbeda dengan pria dalam bekerja. Maka makna kerja bagi wanita pekerja dipengaruhi oleh alasan yang mendorong mereka untuk bekerja yang nantinya akan membawa kepada penetapan peran kerja, hasil yang diharapkan dari bekerja, serta batasan aktivitas pada wanita dalam bekerja.
Jadi, makna kerja bagi tiap Ibu yang bekerja akan kembali lagi pada tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh Ibu tersebut.
Hehhehehehehehe. saya mengacungkan jempol saya empat-empatnya untuk semua Ibu yang bekerja. Mereka hebat. Walaupun kalau boleh memilih pilihan saya di masa depan, saya ingin bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga full time. Andai saja, saya bisa 😀
pas baca tulisan ini sekarang, saya masih proses mencari… apa makna bekerja bagi saya? You know what…. saya gak paham. Saya gak paham apa makna saya bekerja saat ini (isn’t it ironic?) Hahahahaha… mungkin harus jadi bahan renungan tengah tahun ini yess.
semoga temans sehat dan bahagia menyambut bulan yang katanya romantis ini ya 🙂
Awal tahun ini, keluarga kami mendapatkan satu berita yang menyenangkan. menyenangkan? yah menyenangkan harusnya. karena Bapak saya pindah tugas ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur; tanah kelahirannya.
He just coming home.
Lalu mulailah rencana-rencana dibuat. termasuk saya, sibuk membuat jadwal. maklum, setahun jadi buruh saya belum pernah mengambil cuti. berbeda dengan saat kuliah kan yah… kita punya libur-libur tertentu yang bisa kita manfaatkan (contoh: saat mengerjakan tugas akhir. hahahahaha… everyday is a holidat with a deadline!).
Dan bulan April ini dipilihlah sebagai bulan perubahan bagi keluarga kami; semua koper dikeluarkan (termasuk koper-koper vintage punya mamak saya yang kece-kece itu…..), rumah diobrak-abrik dan dipilih barang apa yang akan dibawa dan barang mana yang akan ditinggal.
Abah – Mamak – Agil berangkat dari akhir bulan Maret. Keluarga kakak saya berangkat terpisah, dan saya serta sepupu saya merencanakan perjalanan dengan rute: jakarta – kupang – ende – labuan bajo – bali – jakarta.
Alasan untuk mampir – mampir bukan semata karena pengen liburan (ACTUALLY ITU YANG UTAMA) tapi juga karena belum ada pesawat langsung dari Jakarta – Ende. Ende itu di mana sih Is letaknya? Di pulau flores.
Jelasnya sih bisa Bukaklah atlas. Bukaklah peta Indonesia tuh. Dan kalau pernah nyimak pelajaran sejarah jaman esde, pernahlah disebut kalok Bung Karno; salah satu proklamator negara ini pernah dibuang ke Kota Ende.
Jum’at 4 april 2014
Nah tanggal 4 April dini hari sekitar pukul 02.30 saya naik pesawat menuju Kupang dari Bandara SoeTa. Naiknya batik air, harga tiketnya sekitar 1jutaan. okeh Fain, ngaku deh karena kemaren saya kebanyakan diskusi sama travelmate saya yang kebetulan sepupu saya, saya dapet tiket seharga 1.106.00/orang untuk Jakarta – Kupang.
Sampai di Kupang pukul 06.30 waktu setempat. Kupang ini Ibukota Provinsi ya. Nah saya di kupang hanya stay beberapa jam aja karena udah dapet tiket pesawat Kupang – Ende naik transnusa jam 12.10 dengan harga tiket sekitar 500ribuan/orang.
Bandara Ende
Sampai di Kota Ende sekitar jam 13.00 waktu setempat, saya langsung dijemput untuk kemudian mejeng di pantai dan nunggu perahu kecil yang ngebawa saya dan sepupu saya nyusul keluarga besar yang sudah berkumpul di Pulo Ende yang jaraknya kurang lebih 2jam perjalanan menggunakan perahu motor.
Selama perjalanan itu, saya dan sepupu saya terkagum-kagum sama pemandangan sekitar. terakhir saya ke situ sekitar tahun 2005 dan keadaan sekitar belum banyak berubah;
Sesampainya di Pulo Ende, saya dan sepupu saya disambut sama keluarga besar kami. kami menyempatkan diri keliling – keliling ke rumah sodara – sodara sebelum akhirnya menetap di salah satu rumah penduduk yang konon katanya masih sodara jauh kami. Malam itu dihabiskan dengan kumpul keluarga dan bercerita mengenai perjalanan kami, mengenai keluarga, mengenai kesibukan saya di Ibu Kota.
Di kampung bapak saya di Pulo Ende ini tepatnya di desa Kemo fyi aja nih, belum ada listrik selama 24 jam. Jadi listrik baru ada jam 6malam sampai jam 6 pagi. untuk air tawar pun masih langka. mangkanya, kalok disuguhin teh manis saya seringnya cengengesan sendiri. soalnya tehnya ada asin asinnya gitu.
Sabtu, 5 April 2014
saya, oom saya dan tante saya.
Besokan paginya, setelah beres sarapan, saya keliling Pulo. nah itu tuh poto di atas saya lagi pose di jalan masuk ke Dusunnya tempat bapak saya lahir. Saya lagi cari aer buat mandi yang gak terlalu asin (hahahaha, becanda ding, aselinya saya lagi nyariin emak saya yang pagi – pagi udah ngilang entah ke mana). Tapi Alhamdulillah yah waktu terakhir ke tempat ini tahun 2005 belum ada sinyal, sekarang sinyal telkomsel (hanya operator ini yang berjaya di sini) udah mulai kenceng bahkan bisa dipakek buat internetan loh.
Lepas jam 10, rombongan keluarga saya siap – siap untuk kembali ke kota Ende. naik perahu lagi tuh kan yah. Bedanya perahu kali ini udah diblok buat rombongan keluarga besar saya. kurang lebih kaya beginilah suasana di perahu motor yang dimaksud;
Nah begitulah kurang lebih suasananya. Sampai di Kota Ende, kami beristirahat sejenak di penginapan. saya sekamar sama keluarga kakak saya, kami hari itu memfokuskan diri beristirahat, karena esokan paginya kami punya agenda seru untuk jalan – jalan. Dan juga karena dari sore hari saya kena demam. Kayanya saya masuk angin karena begadang di malam sebelumnya pas perjalanan Jakarta – Kupang dan kena angin laut melebihi batas tubuh saya mampu menerimanya (ahseeek).
Minggu, 6 April 2014
Alhamdulillah, paginya badan saya udah bisa diajak kompromi. Demam saya udah turun, dan juga kondisi udah lumayan fit. Akhirnya piknik yang sudah direncanakan semalem bisa terwujud deh. Saya, sepupu saya, keluarga kakak saya dan beberapa Anggota keluarga lainnya memutuskan untuk piknik ke Danau Kelimutu.
Familiar gak sih sama danau itu? Ituloh danau yang ada di duit 5000-an jaman kita esde, danau yang bisa berubah-rubah warnanya. Saya ke Danau yang letaknya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu ini pagi jam 7an. dan itu salah banget. karena kalau mau dapet view bagus, mendingan dateng nyampek sana sebelum matahari terbit, karena sunrise nya bagus dan kabut belum turun.
Danau ini berada di ketinggian 1631 meter di atas permukaan laut, dan terdapat 3 danau di satu kawasan dengan satu danau yang agak terpisah, dan harus ditempuh dengan tangga yang banyak bangeeeet. ada istilahya tangganya dinamai 1000 anak tangga.
Serukah perjalanan ke sini? Seru! Karena kita tracking kan tuh diantara hutan gitu. Dan udaranya seger banget 🙂
Danau nya mana Is? silahkan cek akun fesbuk atau akun instagram saya ya di @aisariani, kalok saya uplod banyak foto nanti kasian yang buka blog saya; lemot banget. hahahahaha. dan untuk yang mau nyimak legenda soal danau kelimutu ini, silahkan buka ini untuk lebih jelasnya, karena sama seperti tangkuban perahu dan batu malinkundang, danau kelimutu pun memiliki legendanya sendiri yang menjelaskan bagaimana terbentuknya tiga danau tersebut (sekali lagi: menurut legenda).
Senin, 7 April 2014
Hari ini kami free dari kegiatan bersenang – senang, karena hari ini adalah inti dari perjalanan kami sekeluarga. Kami ada acara keluarga besar. jadi gak ada yang bisa dikunjungi,
so langsung ke hari berikutnya yah….
Selasa, 8 April 2014.
Hari ini kami punya agenda; berkunjung ke rumah pembuangan Bung Karno waktu dibuang di Ende, cari dan beli oleh-oleh, sama makan bareng sekeluarga inti. Maklum aja, dari kita nyampek di Ende kami sekeluarga inti susah sekali kumpul. Saya, agil, kakak, mbakyu ipar, si kecil Zee, emak saya. Kalau Bapak saya sih lagi sibuk sama tugas barunya yah.
Hari itu dimulai dengan makan bareng di restoran padang (orang padang jauh sekali yah merantaunya itu, walaupun yang jual TERNYATA orang jawa! Hahahahaha). Kemudian lanjut ke art shop sehati di deket bandara, saya belanja – belanja deh tuh beli syall, beli tas etnik gitu. Saya ngabisin duit di art shop ini sampek 500.000,- yang sebagian besar saya beliin tas-tas lucu buat saya sendiri (hahahahaha).
Dari situ kami ke Fanny art shop, (masih) nyari oleh – oleh. Hahahahaha. Nyari oleh-olehnya seru loh. beli kain – kain tenun ikat gitu … bagus – bagus. saya sih gak beli untuk kain-kain yang lucu itu. cukup ngeliat aja… secara larange.
ini salah satu contoh kain dari kampung Bapak saya
nah … setelah puas belanja – belanji yah, kami ke rumah pembuangan BUng Karno di Jalan Perwira. Tahun 2005 kami pernah ke situ dan pas kemaren itu ke sana lagi, tempatnya sudah berubah. Jadi bagus loh. Bagus banget 🙂
Rabu, 9 April 2014
Well… hari ini adalah hari terakhir kami di Kota Ende. Karena sesuai dengan rencana kami akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo dengan pesawat jam 13.10
Paginy, saya sempet tuh maen ke Taman Renungan Bung Karno di pusat kota, di deket nol kilometernya KOta Ende. Tamannya bagus loh … walaupun masih belum selesai pembangunannya, tetapi udah keliatan gitu bentuknya ke depan bakal bagus.ada pohon – pohon rindangnya yang bikin teduh, secara udara di Flores gituyah panasnya membahana sekali.
patung Bung Karno di Taman Renungan Bung Karno
Konon katanya, di taman inilah Bung Karno merenungkan mengenai pancasila. patung ini dibikin menghadap ke laut dan membelakangi suasana kota-nya.
***
Fufufufufufu…. selesai juga part 1 dari tulisan trip yang suah saya rencanakan untuk menulis dari 2minggu lalu.
untuk part lebih serunya, ditunggu yah…. saya akan update lagi deh. karena kalau dibikin dalam satu postingan nanti pada bosen yang baca #alasan
hahahahaha….
***
so pertanyaannya: kalian sudah pernah ke Ende belum?
heihoo.. aloha selamat Pagiiih!Gimana Kabar kawans semua? sehatkah? Wuiiiih.. gak nyangka yah udah 2014 aja. udah mau umur empat tahun aja ini blo. dan makin dicuekin aja rasanya. Hahahahahaha.
Kabar saya sehat Alhamdulillah, masih jadi buruh di salah satu kantor di pojok Jakarta, masih jadi anak galau di twitter (hahahaha!), masih berusaha menerima dengan lapang dada beberapa hal yang tidak sesuai rencana, masih punya mimpi untuk punya penginapan di daerah dingin, masih punya mimpi punya usaha sapi perah, masih tinggal di rumah orangtua, masih gak bisa bedain mana rasa merica mana rasa lada, masih hobi nongkrong, masih ngefans sama Michael Moscovitz-nya Meg Cabot, masih suka ngelamun ndengerin wonderwall baik versi siapapun, masih berharap punya rumah yang gentengnya bisa dipake nongkrong2 sama temen-temen, masih belum bisa berkomunikasi sama si mantan yang itu dengan baik dan benar.
Terus apa yang berubah? Beberapa hal berubah. Sekarang berat badan saya nyaris menyentuh 60 kg (hiks), sekarang saya jerawatan macam anak ABG yang baru puber, sekarang saya jarang ngelamun, sekarang saya uda ga kuat sepedahan, sekarang gadget saya berkurang jumlahnya (hp saya satu loh sekarang!), sekarang saya jarang banget ketemu sama sahabat2 saya, kami lebih sering bertukar kabar lewat social media malah. Sekarang saya lagi seneng banget sama suaranya Tulus (dengerin yang judulnya sepatu deh! aseeek!). Sekarang saya jarang banget karoke (hiks). Sekarang saya jarang baca buku.
Nah, terkait point yang terakhir itu… saya nemuin cara yang lumayan bikin semangat buat baca buku. jadi begini kondisinya, saya ini sebenernya seneng banget baca buku. tapi kok makin ke sini saya rasanya seperti gak punya waktu. padahaaal yaaa… padahaaal nihh… waktu saya masih banyak banget kok. setelah saya mencoba menganalisis kenapa saya sering lalai menyelesaikan buku yang saya mulai, maka saya menemukan beberapa point kenapa saya jarang baca buku dan lebih sering ketiduran duluan pas baca buku. point – point tersebut adalah:
Banyak waktu tapi gak bisa memanfaatkan dengan baik. sebagai buruh, saya ini 8 jam (seringnya lebih) ada di kantor. sebenernya di kantor ini saya bisa banget manffatin waktu buat baca-baca. tapi kok kadang saya lebih memlilih untuk ngobrl dan ngutak-atik arsip aja tuh. rasanya nyentuh buku malesnya ituuuu! soalnya menurut saya membaca itu merupakan kegiatan egois yang bisa dilakukan di tempat-tempat tertentu saja. itu menurut saya loh. well… anggap saja sebagai pembelaan, hahahaha.
SMARTPHONE dengan jaringan internet yang dahsyat yang bikin saya hobi ngegame, ngetwit, foto-foto selfie terus ngedit dengan berbagai macam filter, komen2in social media orang, dan kegiatan itu semua totally jadi pengganti kegiatan membaca buku saya.
ngantukan. ini nih.. ini yang parah. entah dimulai sejak kapan, saya ini jadi orang ngantukan melulu. kata emak sih karena saya kurang gerak atau ada masalah syaraf (emak aku keren yah analisanya? hehehehe..). tapi kalok menuruut saya sih bisa jadi saya ini kurang gerak alias kurang olahraga. jadi baru pegang buku nih, baca dua kalimat aja langsung berbayang. ada bayang semu ngajak tidur gitu loh. hahahahahaha.
alhasil, banyak buku yang saya baca cuman beberapa halaman aja terus saya tarok gitu aja di mana aja. ini di kantor aja ternyata saya narok buku banyak banget dan ternyata belum selesai semua. pegimane coba. sedangkan tiap bulan saya pasti nambah beli buku. ya maklumlaah jaman mahasiswa saya mau beli buku mikir berkali-kali dulu, nah begitu ada kesempatan dan duit, beuuuuh… hajar. tiap ke mol saya mampir ke Gramed ada gak ada waktu hajar beli buku. ini semacam balas dendam saya. malah pernah loh saya beli buku dua untuk judul yang sama. buat baju, makanan, pernak-pernik lucu gitu saya masih bisa nahan, tapi kalau untuk buku saya gak bisa tahan.
nah… demi untuk mengatasi itu, saya mau menantang diri saya sendiri untuk setidaknya menyelesaikan buku-buku yang saya beli itu. kalau tahun 2013 kemarin saya ‘menantang’ diri saya membaca 20 buku (dan tidak terselesaikan) maka tahun 2014 ini saya menantang diri saya sendiri untuk membaca (tetep) 20 buku. gak termasuk komik yah. soalnya kalok komik itu sekedipan selesai (lebay). hahahahaha
nah, hasil bacaan itu saya masuk ke akun goodreads saya, saya mewajibkan diri saya untuk mereview semua buku yang saya baca. kalau mau tahu review-an buku saya, buka aja akun goodreads saya yah 🙂
so, bagaimana dengan teman-temaan… remcana baca berapa buku tahun ini?
Temans, apa kabarnyo hari ini? Semoga selalu bahagia yah di sana. hari ini, saya mau cerita nih. cerita soal playlist saya dari awal minggu kemarin. kalau ada yang follow saya di akun twitter, pasti bakalan bosen deh sama lagu ini, karena saya sering banget ngetwit soal lagu ini.
Judulnya Empat Satu, buah karya Frau, solois indie asal Yogya (bener bukan?) yang beberapa tahun lalu sempat ngeluarin mini album dengan judul Starlit Carousel yang punya lagu andalan Mesin Penenun Hujan.
Ingat mesin penenun hujan? Lagu yang sempet saya jadiin lagu buat bahan tulisan ini, dan lagu ini masih suka menghadirkan nuansa magis kalau saya dengerin.
nah, lagu andalan Frau dalam album baru happy coda ini sebenarnya adalah Tarian Sari, yang dirilis beberapa minggu yang lalu. Tarian sari ini nyatanya gak bisa didengerin oleh semua kuping. ini serius loh. tiap saya setel lagu tarian sari ini, pasti ada aja yang protes; “ini lagu apa sih? Kok serem gini?”
***
Mari sedikit membicarakan mengenai Happy Coda. Happy Coda ini memuat beberapa nomor lagu yang sangat Frau sekali. Tapi, memang benar menurut RockMagz, kalau mau mendengarkan Happy Coda, ada baiknya mendengarkan Starlit Carousel. Mesin Penenun Hujan dari Starlit Carousel adalah bentuk sederhana dari nomor-nomor lagu yang ada di happy coda. Lanjutkan dengan Sepasang kekasih pertama yang bercinta di luar angkasa.
” Pernahkah kamu merasa sebegitunya bahagia, hingga badanmu merespon kebahagiaan itu dengan gejala-gejala menggelikan? Atau mungkin tubuhmu tak sesensitif itu, dan kau hanya merasakan kehangatan khusus menyelimuti ruang pikirmu? Lantas satu hal yang ingin kau lakukan adalah membagikannya pada orang-orang terdekatmu, namun kemudian kau enggan sebab takut mereka tak akan memahamimu sepenuhnya? Aku sering mengalaminya. Bukan sekadar karena takut tak dipahami, tapi juga sebab aku memang terlampau sering menemui kebahagiaan-kebahagiaan sederhana semacam itu. Happy Coda adalah tentang kebahagiaan-kebahagiaan sederhana itu.” Ungkap Frau mengenai album terbarunya ini.
Nomor lagu yang ada di Happy Coda adalah sebagai berikut:
1. Something More
2. Water
3. Empat Satu
4. Tarian Sari
5. Mr. Wolf
6. Arah
7. Suspens
8. Whispers
Musiknya asik. Asik banget. Dan, saya lagi jatuh sejatuh-jatuhnya di nomornya Frau yang Empat Satu. Coba dengerin deh. Kalau belum mau dengerin, ini liriknya kek begini:
Perhatikan Tuan … sebelum semua kartu ditukarkan,
Kesempatan hanya sekali dan sekali itu tak mudah.
tebaklah oh tebak manakah ratumu mana yang kau kejar.
**Ambil dan buang, terdengar mudah tapi susah. Cari yang aman atau kau pilih untuk menantang.
Lawan-lawanmu telah mulai menabung kartu yang diimpikan, bagaimana denganmu Tuan.. apakah hanya mendapat sisa?
tebaklah oh tebak mungkinkah kartuku yang kau inginkan?
**Ambil dan buang, terdengar mudah tapi susah. Cari yang aman atau kau pilih untuk menantang.
Lagu ini, menurut interpretasi saya sih lagu mengenai permainan kartu Empat Satu itu loh. tapi… awal mendengar lagu ini, saya tertegun lama dan bahkan mengulangnya hingga lebih dari lima kali. Kenapa?
Karena saya terjebak dengan kata-kata : ‘Lawan-lawanmu telah mulai menabung kartu yang diimpikan, bagaimana denganmu Tuan.. apakah hanya mendapat sisa?’
itu tuh rasanya seperti tamparan yang mbikin saya terdiam. bukankah itu filosofis sekali kata-katanya?
itu bagian yang membuat saya merasakan; teman-teman saya sudah mulai merancang masa depan untuk menggapai tujuan hidup mereka dan saya masih hanya bimbang, diam,malahan bingung menentukan tujuan hidup dan bisa jadi mendapatkan sisa. bisa jadi. Sisa apa? Sisa dari yang tersisa *halah mbulet.
itu makanya saya sangat amat terbius dengan permainan dek Lani ini, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya yang satu almamater sama saya (dan btw, orangnya manis loh). udah gitu musiknya tuh asik banget. Lebih asik daripada sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa.
penasaran? Yuk, dunlud satu album Happy coda ini di sini, for free! Enjoy!
walau udah telat 5 hari ini postingan, tapi saya tetap semangat loh nulisnya *nulis sambil lompat-lompat* hehehehe. gimana kabarnya temans? sehat? Saya Alhamdulillah sehat, walopun lagi sariawan gak sembuh-sembuh. Sembuh di lidah, muncul di bawah lidah. sembuh di bawah lidah, muncul lagi di ujung bibir. Heran. antara kurang gizi sama banayk pikiran sih keknya.
Kalau jerawat jangan ditanya. Persis kek ABG yang baru ulang tahun ke17, jumlah jerawat di wajah saya juarak banget deh. ampek bingung, padahal saya jarang banget kan makek kosmetik macem2. dari jaman kuliah dulu yah pembersih wajah saya itu-itu aja, paling cuman nambah bedak. sama sedikit eyeshadow, sama eyelinner. itu juga cuman dikit. kalau kambuh centilnya pake mascara.
ini ngomongin apaan sih? kok tiba-tiba lanjut ke kosmetik? Hehehehe.
saya pengen ngomongin soal …. soaaal… soal ULANG TAHUN SAYA. yey..
5hari yang lalu, tepat saat Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-68, saya berulangtahun yang ke-17 *duer. HAHAHAHAHA.
age is not only nummber for me. really. seberapa keras usaha saya buat menganggap age is only number, dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya masih gak terima dengan kenyataan dan harapan yang gak sejalan. Saya berharap memiliki beberapa cita-cita dan target yang sudah tercapai saat usia saya menginjak usia saya saat ini.
Tapi, bukankah begitulah hidup? Tak melulu bicara soal kekecewaan terhadap sesamanya, hidup juga berbicara soal bagaimana menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Dan, di sini saya, memiliki harapan-harapan baru di umur saya yang sudah berkurang jatahnya di dunia ini,
terimakasih buat kawans yang sudah mengingat ulang tahun saya walaupun tidak tertera di Fesbuk, terimakasih buat kamu yang bahkan tidak menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat. it’s ok… yang penting saya mohon doanya, agar saya selalu berada di jalan yang diridhoi oleh Nya, dan juga selalu dimudahkan untuk bersyukur.
Dan, semoga selalu bahagia! THAT’S!
dan terimakasih sangat untuk semua sahabat terbaik saya, yang menyempatkan diri untuk berkumpul Sabtu kemarin. sekali lagi: i’m so lucky havin’ you all in my life. terimakasih sudah jadi barisan supporter utama saya. terimakasih untuk semua drama, nostalgia, canda tawa, kata-kata jujurnya, testimoni atas kebodohan-kebodohan saya, terimakasih untuk tidak menjudge saya seperti yang beberapa orang lakukan, terimakasih untuk dukungan tiada hentinya.
kalau saya ni… Tahun ini, merupakan lebaran pertama saya setelah bekerja. Alhamdulillah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah, rasa syukur yang gak bisa saya ungkapkan dengan baik, karena saya ngerasa bersyukur banget atas semua rejeki dan karunia yang menghampiri saya tahun ini. Berkah yang luar biasa 🙂
Namun, namanya juga hidup, ada beberapa hal yang terjadi dalam dua bulan terakhir yang menjadi bahan renungan buat saya. Pernah saya bilang, bahwa yang namanya hidup itu mengajarkan banyak hal. Sayangnya sering kita lewatkan karena kita terlalu sibuk mengeluh.
Satu pelajaran dalam hidup yang saya dapat di bulan Ramadhan ini adalah soal keikhlasan. keikhlasan yang pertama adalah soal jodoh (*uhuk). jadi begini, dari awal tahun seperti yang pernah saya bagi di sini, saya sudah patah hati. patah hati dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengan saya namun lebih memilih untuk bersama dengan orang lain yang mungkin lebih bisa memahami dia. setelah lepas dengan dia, jujur saya mengakui banyak perubahan dalam hidup saya. Perubahan itu gak perlu saya ceritakanlah yah, mungkin ada beberapa orang yang sudah menyadari, atau mungkin ada yang bisa nebak juga. Hahahahaha…
***
Pelajaran keikhlasan yang berikutnya yang Dia coba sampaikan kepada saya adalah saat gadget kesayangan saya yang baru berumur beberapa bulan dan saya beli menggunakan gaji pertama saya, HILANG. okeh, coba dibold: HILANG. hilang di rumah sendiri. Lucu? Lebih lucu lagi kalau saya ceritakan kejadiannya. Tapi gak usahlah ya, bukan itu point yang mau saya ceritakan.
Point yang mau saya ceritakan adalah: dalam beberapa bulan terakhir saya LAGI-LAGI mengalami banyak kehilangan. selain kehilangan calon *uhuk*, kehilangan gadget, saya juga kehilangan beberapa sahabat-sahabat baik yang pernah mewarnai dunia saya beberapa tahun terakhir. Iya, gerombolan power rangersnya bubar *nangis di pojokan*
Saya terpuruk. Memaki. Jutaan kali. Nyinyir. Ribuan kali. Membahasnya berulang kali dengan siapapun saya bisa membahasnya. mendadak jadi ahli analisa perilaku. Kenapa bisa begini kenapa bisa begitu. Kenapa bisa hilang kontak, kenapa bisa menjauh, kenapa bisa hilang gadgetntnya, kenapa bisa buruk hubungannya, apakah gengsi akhirnya mengalahkan kecewa, apakah rindu akhirnya tergerus gengsi. Hal-hal seperti itu telah coba saya bahas. dengan orang lain, maupun dengan diri sendiri (let’s call that with ‘kontemplasi’) HAHAHAHAHA. dan berakhir dengan menjadi Ustadzah; “Ya memang udah jalanNya begitu….”
awalnya saya marah. marah. sangat marah. seperti yang saya bilang, saya memaki, saya nyinyir, saya mengumpat, sampai akhirnya saya menangis karena tidak mampu mengungkapkan kekesalan di hati.
Coba kamu bayangkan temans, apa yang kamu miliki terrengut darimu dan hilang dalam kehidupanmu? Hal-hal yang sudah pernah kamu perjuangkan untuk mendapatkannya.
Setelah puas dengan amarah saya, saya tersadarkan saat memasuki bulan Ramadhan kemarin, bahwa benar adanya tidak ada yang abadi di dunia ini. Toh, pada akhirnya kita akan kehilangan semua yang kita miliki kan? Bukan masalah ditinggalkan atau meninggalkan, tapi masalah bagaimana ia pergi, bagaimana ia hilang. Dan itulah yang harus membuat kita belajar. Kita harus belajar mengenai kehilangan. Karen pada dasarnya, manusia adalah makhluk pembelajar.
Apalah arti hidup ini tanpa pembelajaran mengenai kehilangan? Kita tidak akan menemukan jika kita tidak kehilangan. Dan yang perlu kita lakukan dalam proses tersebut adalah belajar juga mengenai keikhlasan,
mengikhlaskan /meng·ikh·las·kan/v memberikan atau menyerahkan dng tulus hati; merelakan: kami telah ~ kepergiannya; dia ~ tanahnya untuk tempat pembangunan rumah sakit;
***
From the bright side, saya selalu mendapatkan kata-kata bijak ini, “Insya Allah diganti dengan yang lebih baik”, jadi jika belum mendapatkan gantinya, artinya Allah belum merestui.
Dan memang terbukti. Setelah kehilangan teman dekat di awal tahun, saya sempat dekat dengan seseorang yang memang lebih baik dari si itu yang lama. Walaupun Si itu yang baru juga sudah hilang lagi (hahahahaha. duerr), tapi saya yakin, Allah menyimpan yang terbaik pada akhirnya.
Gusti Allah mboten sare, ‘nduk.
begitu nasihatnya kan?
***
So, saya dan segenap kru dramaLand mengucapkan, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Taqaballahu minna wa minkum. Selamat idul Fitri 🙂 Semoga ada berkah tersisa di penghujung tahun ini, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil.
yey. satu bulan sudah terlewatkan, dan bulan Juni tanpa satupun postingan dari saya. hahahahahahaha. entahlah ini, ke mana semangat meluap-luap yang pernah saya rasakan dulu. tapi, sekarang saya mau pamer nih. pamerin playlist. ada yang tahu nadya fatira gak sih? kok saya gak tahu yah? taunya baru saat beberapa hari yang lalu dikirimin lagu sama si beruang kutub. terus pas saya coba search di youtube, ternyata ada satu lagu dia yang asyik banget. judulnya kata hati. liriknya begini ini:
Sore senja di sudut Jogja
Terucap doa kau tau isi hati ini
Dan.. bila itu tak terungkap
Tetap ku nikmati, rasa jatuh sendiri
Tak mampu ku ungkap segalanya
Izinkan ku renungkan
Sgala rasa
Biarkan kata hati bicara
Dan bila kita tercipta
Untuk bersama
Biarkan kata hati yang tunjukkan
Mungkin nanti akan ku sesali
Hari ini ku diam dan tak lakukan
Tak mampu ku ungkap segalanya
Izinkan ku renungkan
Sgala rasa
Biarkan kata hati bicara
Dan bila kita tercipta
Untuk bersama
Biarkan kata hati yang tunjukkan
dan, lagu ini lagi sering-seringnya saya puter di ruangan. temen-temen seruangan pun jadi keracunan lagi sama playlist saya. hehehehehe. kalau kamu, lagi seneng dengerin lagu apa?
kabar saya Alhamdulillah baik, di hari ketiga bulan mei ini nih, saya telat banget yah mau mengucapkan selamat datang di bulan mei. Iya nih, laptop saya lagi diopname, komputer rumah lagi rusak, terus saya tak kunjung dapet jatah komputer di kantor. Jadi yah sering jadi benalu kalau mau pake komputer.
So, ada berita terbaru apa nih dari saya? Hmm…. Belum ada sih, hanya saja tadinya saya punya rencana. Ide yang menurut saya cemerlang (halah…). Dalam rangka menyambut ulang tahun blog saya yang keempat, saya punya niat nulis tiap hari di blog ini. namuuuun… berhubung dua hari saya udah kecolongan, saya ubah jadi: jumlah postingan harus 31, entah bagaimana caranya (hahahahahahaha ) mau repost, postingan schedule, atau bagaimana kita urus belakangan.
daaaaan…sebagai wujud terimakasih saya karena sudah menjadi temannya dramaLand selama empat tahun terakhir, maka saya pengen mbikin sayembara nih. sayembaranya apa? bagaimana bentuknya? hadiahnya ada gak?
hadiahnya sudah pasti ada dong, dua tahun lalu waktu saya masih begajulan jadi mahasiswa saya udah bisa nyiapin hadiah, mosok pas udah kerja mbikin kuis gak ada hadiahnya *mbois* hahahhahaha.
bentuknya seperti apa, tunggu tanggal mainnya yah, soalnya jujur aja … belon kepikiran mau mbikin apa
nanti kalau sudah ada, saya kasih tahu deh. atau mau ngasih ide?
udah pada tahu kan saya ini sudah kembali tinggal bersama orangtua saya sejak beberapa bulan yang lalu.
melihat dari sejarah (did i write sejarah? padahal baru beberapa tahun yang lalu), saya ini ‘pergi’ keluar dari rumah dan officially gak tinggal sama orangtua sejak tahun 2000. Udah lama yah? Lumayanlah.
ada banyak hal yang berubah sejak terakhir saya tinggal di rumah di tahun 2000. dulu, di tahun 2000 saya punya space satu kamar sendiri yang isinya yah barang-barang sendiri. barang-barang itu masih ada sebenarnya sekarang, hanya saja semenjak saya keluar rumah, udah banyak keberadaannya yang berpindah ruangan.
kasur yang dulu kasur springbed kecil yang keberadaannya sudah lebih dulu ada di dunia dibanding saya sudah berganti springbed king size yang menyedot space kamar yang kecil.
tapi yang lain masih tetep: meja rias yang dipasang menempel setinggi saya waktu SMP (dan sekarang kalok mau make itu saya serba salah, mau duduk dibawah gak kliatan, mau berdiri yang kliatan cuman dada saya), lemari plastik yang sekarang isinya cuman baju-baju bekas, rak berkas parsel lebaran yang isinya buku-buku saya.
yang bertambah: lemari kayu mamak yang diungsikan ke atas, karena kalok ditarok di kamar Beliau, bisa kerendem banjir. dan jutaan pritilan gak penting yang mbikin kamar saya kek gudang.
dan sejak saya officially pindah ke rumah mamak, saya pengen banget menjadikan kamar itu kamar saya. karena dulu itu jadi semacam kamar tamu. kamar buat siapa saja yang mau menginap. karena yah, cuman di kamar itu aja kondisinya lumayan -walaupun-dengan-banyak-barang-gak-penting.
nah, dalam rangka ingin menjadikan kamar itu senyaman mungkin, saya memiliki beberapa ide sebenernya:
pertama, saya punya obsesi mengganti kasur yang ada di kamar. Karena dulu itu kasurnya ukuran king size yang bikin ruangan tampak sempit. akhirnya, Alhamdulillah saya bisa beli kasur sendiri, walopun nyicil (gak usah ketawa! tiap orang yang saya bilangin kalok saya nyicil kasur itu ujung-ujungnya pada ketawa. karena menurut mereka harusnya saya nyicil barang lain, kek handphone kek, tipi kek, mobil kek. tapi gmana dong, saya butuhnya kasur waktu itu). jadi kasur baru tapi nyicil saya itu udah teronggok manis di kamar.
kedua, saya pengen banget punya lemari sliding. buat baju-baju saya yang gak gitu banyak itu. karena sampek saat ini, baju saya masih di koper dan kardus (kasian yak, kek idup nomaden aja).
ketiga, saya pengen nggeser itu meja rias. jadi, model meja rias saya itu meja rias yang kacanya ditempel, terus bawahnya ada meja yang ditempel di dinding juga (sayang ga sempet motret). waktu masang meja rias itu tinggi saya belum setinggi sekarang, jadi yah gitu deh. sekarang kalok mau make itu kaca, saya nunduk-nunduk gak jelas.
keempat, saya pengen banget ngebuangin semua benda-benda pritilan kecil yang saya gak tahu punya siapa. karena tiap ada yang nginep di rumah, sering banget ninggalin entah itu majalah, buku, kaos, kaos kaki, daleman jilbab tau apapun deh yang kecil-kecil. malah kadang sampah kardus sepatu. bingung? saya juga bingung.
***
tapi, selaen persoalan kamar. ada satu persoalan besar yang saya masih berusaha memperbaikinya: adaptasi dengan aturan rumah. harus pulang jam segini, harus bangun jam segini, kalau libur jangan dipakek tidur doang,
uring-uringan? Pasti. beruntunglah saya pindah ke rumah dengan status saya yang bukan pengangguran, alias ada yang dikerjain cyiiin. hahahahha. jadi jarang juga di rumah. paling mengurut dadanya kalok udah weekend. ais harus begini, ais harus begitu, kenapa gak begini, kenapa gak begitu.
so, ada yang mau ngasih tips gak buat saya cepat beradaptasi dengan perubahan ‘tinggal sendiri’ menjadi ‘tinggal bersama orangtua’?