Kalian punya sahabat? Pasti punya lah yah, walopun mungkin sahabat yang menyimpan rasa *ahseek. hahahahhaha…
kenapa Is ngomongin sahabat? Mau cerita soal sahabat yang lagi ngedate sama manta? #eh. enggak, bukan mau cerita soal itu. itu mah ada di sinetron sama novel deh keknya.
Saya mau cerita soal sahabat saya yang saya kenal sejak tahun 1999 (kalok gak salah tahun). sejak dia masih culun dan saya masih culun banget. Sejak dia masih kurus dan saya masih pake kawat gigi. Sejak dia masih suka dijutekin kakak kelas dan saya masih jadi favorit adek-adek kelas (ini pitnah keknya inih). Sejak dia naksir kakak kelas yang namanya Ibnu dan saya masih naksir seksi Rohis OSIS yang namanya Ridho.
Sejak dia masih aktif di majalah sekolah dan saya aktif di ekskul teater. Sejak dia masih begaul sama anak-anak gaul masa kini dan saya masih asik begaul sama gerombolan pendekar wanita di merpati putih. Sejak dia dapet julukan dewi tiga huruf dan saya dapet angket tercuek sekelas.

Namanya Wawa (bukan nama sebenarnya). Seperti yang saya bilang; saya mengenalnya sudah lulmayan lama, dalam balutan putih-biru di sebuah sekolah swasta di bilangan rawamangun. Lulus dari sekolah itu, ternyata kami dipertemukan lagi di kelas di sebuah sekolah (kali ini negeri) di daerah Rawasari. Tapi sayangnya hanya tiga bulan saya bertahan di sekolah itu, karena saya harus pindah di bulan keempat.
Waktu berlalu, kami berpisah benua (tsaaaah…), kagak ding… tepatnya berpisah kota. saya di Purwokerto, dia di Jakarta. Tapi kami masih sering kontak, masih sering kirim-kiriman email, nggosipin si pacar saya (waktu itu) yang sekelas sama dia, nggosipin sahabat-sahabat kami di kelas satu sembilan. si anu sama si itu ribut, si anu ternyata psycho yang suka ngaku-ngaku deket sama Pembalap, si itu pacaran sama si ini. ah hebohnya gosip SMA saya pasti diwarnai kehadiran dia.
Lulus SMA, ternyata kami sama-sama melanjutkan kuliah di kota Gudeg tercinta. Ingeeeet banget pertemuan kami pertama kali di kota Gudeg itu hari Sabtu, saya njemput dia di Kopma UGM. dia lagi ngantri ambil jaket almamater. Saya sama si Blacky waktu itu. Dia minta dianterin pulang. dan saya terjebak. ternyata sejak hari sabtu itu saya officially jadi tukang ojegnya dia di Jogja. Kemanapun dia mau pergi di saat bis kota di Jogja udah gak beroperasi, saya yang nganterin dia.
Ketahuilah kawan, Jogja itu supir bisnya udah tajir-tajir, jadi mereka beroperasi hanya sampek jam 5 sore.
Bersama dia lah moment-moment pertama saya mengenal Jogja. Bagaimana kami nyasar mencari fakultas teknik dan malah nyasar ke kampus sebelah, bagaimana kami nyasar pulang dari kampus ke kostnya dia (nyasarnya di depan rumah orang bok!), bagaimana kami bela-belain malem-malem ke kostan cowok-cowok di daerah Babarsari hanya untuk ngecengin mas-mas ganteng asal Wonosobo bernama Tanto (ke mana itu orang?), bagaimana kami berusaha jadi anak kost yang baik dan benar dengan selalu mencari dan mencari makanan termurah, bagaimana kami berusaha untuk teteap menjadi anak gaul dengan menonton film di Bioskop Mataram, bagaimana dia saya jutekin dan saya turunin di pinggir jalan pas minta tolong anterin beli ini itu, bagaimana kami ribut gara-gara saya ngebatalin janjian seenak udelnya, bagaimana dia galau habis dijenguk sama pacarnya (sekarang suaminya) yang pulang ke Jakarta, bagaimana kami berusaha menyiati duit saku kami yang dibawah UMR (makan nasi satu porsi buat berdua).
Ah kalau diterusin bisa bikin buku ini mah.
Lucunya, saya sama dia itu biar sebelnya setengah mati, biar BT nya setengah mampus satu sama lain, tapi kami selalu dipertemukan lagi, lagi, dan lagi. Sejuta keluhan saya soal dia yang drama, dia yang dulu gak bisa ngebersihin rumah, dan dia pasti punya jutaan keluhan soal saya yang jutek, galak, nyebelin dan bla bla dan blaaa.
Kami pernah dua tahun tinggal serumah. Pengalaman yang menyenangkan dan juga menyebalkan memang. Tapi banyak pelajaran yang bisa kami ambil saat itu. Dan seriously, pernah ada titik di mana saya iri mampus sama dia yang waktu itu sudah menikah, dan sudah kuliah S2, sedangkan saya waktu itu baru putus sama si Barista Tampan dan kuliah S1 juga belon kelar. She’s everything I’m not lah, termasuk badan dia yang bohay dan saya yang kurus kerempeng ini
Kami bukan sahabat yang tiap saat dan tiap detik update kabar, bukan sahabat yang selalu dituju untuk dicurahkan permasalahan. Dia sudah berkeluarga dan memiliki si Caca yang menggemaskan, saya sudah putus sambung dengan beberapa pria dan masih belum berkeluarga juga (ya teruuusssss…?!?!?). Tapi di tiap pertemuan kami, kami seperti mampu untuk bertambah dekat, mengulang cerita untuk kemudian saling “idup lo drama banget deh”
dan, bulan April ini merupakan bulan yang sangat istimewa buat dia. Why? Karena ada tiga perayaan yang ia dan keluarga kecilnya rayakan,
pertama: hari ini dia ulang tahun,
kedua: selain ulang tahun, dia juga merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke… (keberapa yah bok? akikah lupa cyin..)
ketiga: di akhir bulan ini juga dia akan diwisuda untuk Program Magister Profesinya.
That’s why I always envy her
Hey you, u’re so blessed! jangan lupa untuk selalu bersyukur yah Wa, walau kehidupanmu –seperti yang kamu bilang- kekurangan MSG, at least u always have shoulder to cry on (paling gak, punya Caca yang bisa dipeyuk2). Walaupun kadar dramamu jauh di atas aku, kamu sudah menemukan pria yang tepat untuk memerankan pemeran pria utamanya (he still be my favourite, since he ask u to marry him! hahahahhaa).
I Love u, dan aku tunggu jam konsultasi gratisnya buat aku