Non scholae, sed vitae discimus

beberapa bulan yang lalu saya mendapat panggilan untuk tes menjadi guru di salah satu sekolah Yayasan Islam di daerah Purwokerto. Tapi karena satu dan lain hal saya tidak bisa memenuhi panggilan itu. Saya memang sudah sejak lama tertarik menjadi guru, seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya di tulisan ini, oleh karena itu saat memutuskan untuk menuliskan tugas akhir pun, saya menuliskan mengenai pendidikan.

kenapa pendidikan? dan kenapa guru?

itu merupakan sebuah penjabaran yang cukup panjang hingga akhirnya saya memutuskan menulis tugas akhir mengenai guru beberapa tahun yang lalu. saya percaya, bahwa akar permasalahan yang ada di Indonesia baik itu terkait dengan carut marut sistem, korupsi di mana-mana, kemudian kekerasan yang marak terjadi, belum lagi permasalahan-permasalahan kriminal yang seringkali menghiasi media itu berasalmula dari pendidikan.

saya pernah mendengar guru sejarah saya berkata saat saya SMP, pada saat Jepang dibom pada tahun 1945, yang pemerintah Jepang tanyakan pertama kali adalah berapa  jumlah guru yang tersisa, bukan jumlah pangkalan militer yang masih berfungsi, tetapi jumlah guru yang tersisa. dan lihatlah majunya Jepang saat ini. Dan ingatkah cerita saat negara tetangga kita; Malaysia ‘meminjam’ guru-guru kita untuk mengajar masyarakat Malaysia? dan Malaysia berdasarkan Education Development Index (EDI) dalam Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO menempati posisi 65, sedangkan Indonesia menempati posisi 69.

hingga saat ini sayapun meyakini bahwa untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di negara ini adalah mengutamakan pendidikan. saya selalu dan selalu dan selalu menunggu pemimpin yang bisa lebih concern membicarakan pendidikan dengan sangat baik. tapi yang saya pahami hingga sejauh ini perhatian pemerintah terhadap pendidikan memang sudah cukup baik. ini mungkin loh jikalau melihat alokasi anggaran untuk pendidikan dalam APBN yang meningkat.

Sudah cukup baik, tapi belum CUKUP untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita. Pernah mendengar mengenai sekolah yang ditutup? Pernah mendengar mengenai sekolah yang kekurangan murid (pernah Is! di film Laskar Pelangi!)? Pernah mendengar kasus tawuran? Pernah mendengar kasus bullying?

Baru-baru ini sepupu saya, Alya bercerita kepada ibunya bahwa ia tidak mendapatkan teman di sekolah barunya, dan teman-temannya membicarakan kejelekannya di depan ia. dan tidak jarang ia malas berangkat ke sekolah. bukan hanya karena teman-temannya itu, tetapi juga karena begitu banyak tugas yang dibebankan kepadanya. Inilah yang dari dulu selalu menjadi perhatian saya; kenapa anak menjadi malas sekolah? Kenapa belajar di sekolah menjadi sesuatu yang membosankan? Hayo ngacung yang mengalami masa-masa males sekolah dan sering mbolos? *cung!!

Padahal jika kita melihat, bukankah rasa ingin tahu itu merupakan salah satu  naluri dasar manusia juga? Keponakan saya si Zi itu rasa ingin tahunya besar sekali walaupun umurnya baru dua setengah tahun. Kalau dia tidak mengerti akan suatu hal, ia akan bertanya kepada Papa-Mamanya, ia menjadi sangat kritis. Pertanyaan “Papa lagi apa?” akan berlanjut hingga “Sholat itu apa?” (Walaupun curiga juga dia mungkin gak paham sama apa yang dia tanyakan! Hahahaha..)

Pernahkah kawan-kawan melihat ada anak balita yang baru belajar merangkak ia akan merangkak menuju objek baru yang menarik perhatiannya dan memasukkannya ke dalam mulut? Anak itu lagi berusaha mengenali, berusaha mencaritahu mengenai sesuatu. Dan anak akan terus begitu, bukankah? Selalu berusaha mencari tahu apa yang tidak ia ketahui.

Bagaimana dengan kita? Dengan orang dewasa? Kapan terakhir kali memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu? Bukan penasaran sama gebetan yah :mrgreen: Saking pengen tahunya sampek kita duduk membuka buku dan membaca. Atau membuka laptop untuk mencaritahu. Kapan? Saya sudah lupa.

Kenapa rasa ingin tahu kita bisa mati? Yang saya dapati sampai saya menginjak bangku SMA, pendidikan di Indonesia menganut apa yang menurut Freire (dalam William O’neil, 2001) sebut dengan pendidikan gaya bank. Istilah tersebut digunakan untuk sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subjek, yang memiliki pengetahuan yang diisikan kepada murid. Murid adalah wadah atau suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata–mata merupakan objek. Murid–murid banyak mencatat, menghapal, tanpa mengerti dengan baik maksud dari bahan–bahan yang diberikan oleh guru.

Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan–pernyataan dan mengisi tabungan yang diterima, dihafal dan diulang dengan baik dan patuh oleh para murid. Inilah konsep pendidikan gaya bank, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan.

Bukankah pendidikan seperti itu yang kebanyakan diterima oleh kita sebagai warga negara Indonesia? Dan dalam pandangan saya, pendidikan seperti itulah yang mematikan rasa ingin tahu kita. Kenapa? Karena terkadang kita mempelajari apa yang TIDAK KITA BUTUHKAN, serta APA YANG TIDAK KITA INGINKAN.

Saya mengagumi model pendidikan yang diusung oleh Paulo Freire seorang filsuf pendidikan, yaitu model pendidikan yang membebaskan yang merupakan kebalikan dari model pendidikan gaya bank. Guru, dalam pandangan Freire tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus menjalani peran sebagai orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para murid, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar.

Itu adalah hal pertama yang harus ditanamkan di hati guru-guru, bahwa mendidik itu bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan.

Kemudian, hal yang berperan lagi adalah: kurikulum. Sistem kurikulum di Indonesia memang sedang berkembang mencari pola yang bagus. Dan satu hal yang harusnya menjadi pegangan para penyusun kurikulum adalah: kurikulum itu bukanlah subjek utama dalam pendidikan. Subjek utama pendidikan itu adalah peserta didikkan? Jadi yang harus menjadi perhatian utama adalah bagaimana kurikulum menyesuaikan dengan peserta didik. Bukannya: peserta didik yang menyesuaikan kurikulum.

Kedengeran sulit? Oleh karena itu, pemerintah butuh dukungan semua lapisan masyarakat untuk menyadari bahwa pendidikan merupakan pilar utama dalam membentuk karakter masyarakat itu sendiri. Pendidikan itu penting, tapi perlu diingat bahwa pemerintah dan guru serta sekolah bukanlah pihak yang bersebrangan dalam dunia pendidikan, kita harus berada di tim yang sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia, mungkin salah satu caranya dengan ikutan lomba blog  seperti ini. hahahahhahaha… setidaknya dengan ini kita paham dan mengerti seberapa penting pendidikan di dalam membentuk karakter bangsa.

Non scholae, sed vitae discimus.

[*Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup]

***

daftar pustaka :

O’neil, William F. 2001.  Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

 

cerita yang belum sempat diceritakan

hai!

Selamat pagi, siang, sore, atau malam :mrgreen:

Hehehehehehe. Bagaimana kabar kawan-kawan semua? kabar saya luar biasa. luar biasa capek *gelosoran di lantai*

bagaimana tidak? dalam kurung waktu empat hari terakhir saya melintas ke tiga benua (hadeh mulai lebay deh….) padahal yang dimaksud cuman tiga propinsi; dari Jogja – Jakarta – Pekanbaru – Jakarta lagi. itu semua ditempuh dengan status saya sebagai pengangguran gembira!

well, seperti yang disinggung di postingan sebelumnya: saya ini officially pengangguran. benar-benar pengangguran, karena ktm udah gak punya (diganti dengan kartu alumni), status kemahasiswaan saya juga udah gak diakui sama Universitas (diganti dengan ijazah), jadi benar – benar deh saya ini pengangguran.

and please welcome da new me: wanita dua puluhan.  single.  jobless.

tapi kedatangan saya di panggung sandiwara ini belum akan menceritakan derita sarjana pengangguran macam saya ini (did I said ‘derita’?!? padahal yang saya rasakan justru bersenang-senang!!! hahahahahaha…), karena saya mau menceritakan hari kelulusan saya beberapa minggu yang lalu (seperti yang dijanjikan di postingan sebelumnya)

***

Rabu, 25 April 2012

hari dimulai dengan celotehan Zi, ponakan saya yang tidur bareng saya malem itu. jam menunjukkan pukul 04.45. saya loncat. karena saya punya janji dengan Mbak Aan (perias yang saya kontak berkat rekomendasi Nandini) pukul lima kurang. dan benar saja… ternyata gak berapa lama Mbak Aan ternyata sudah menelpon dan memberitahu bahwa ia sudah ada di depan. gedebukanlah saya mandi, sambil meminta Mbak Aan menempatkan diri dimanapun ia bisa menempatkan diri (heleh.. bosomu cah!). kelar mandi, saya diminta Mbak Aan untuk tiduran. ya ampuuun… perias ini memang juara! sudahlah ia yang mendatangi saya sehingga saya tidak perlu mengantri di salon, ia juga merias saya yang dalam posisi tidur.

dan …. ia merias saya dengan cekatan sekali. rasanya sebentar dan tidak terlalu banyak ‘dempul’ yang ia tempel di wajah saya. begitu ngaca saya spechless. muka bantal saya gak keliatan lagi! berganti wanita cantik bergaya india (itu yang dibilang Mbak Aan, katanya habis didandanin muka saya kek gadis india. Gak apa-apalah, masih mending daripada dikira gadis dari Mars!).

Kelar dandan dan masang toga, masih jam setengah enam. di luar masih gelap. mau jalan ke kampus juga niat banget… yang ada nanti disuruh bantuin petugas buat ngusung2 papan.  ya udah saya maenan dulu sama si Zi (yang ngeliat takjub ke no’anya yang full makeup).

Akhirnya setelah puas maen, puas foto-foto, puas teriak-teriak ke Adek saya yang tampan mempesona, saya berangkat dianterin adek saya itu. Sesampainya di GSP, saya meluncur mencari tulisan Fakultas Psikologi, karena sesuai dengan arahan protokoler kemaren, calon wisudawan harus tandatangan dulu biar nanti dapet ijazah dan namanya dipanggil di atas panggung.  Saya merasa dejavu, karena inget tiga tahun yang lalu pernah mengalaminya, separuh gak nyangka juga akhirnya mengalaminya lagi, dengan nilai yang jauh lebih baik, toga yang berbeda, dan teman-teman yang juga berbeda. Euforianya mulai kerasa begitu ketemu temen – temen yang lain. kami dari fakultas psikologi terdiri dari dua kelompok yaitu temen – temen dari Magister Profesi (ini yang begitu diwisuda menjadi psikolog) dan kami yang dari Magister Psikologi (dulu namanya Magister Psikologi Sains, namun sejak beberapa bulan yang lalu dirubah menjadi Magister Psikologi).

Heboh foto – foto dan hahaha hihihi bareng temen-temen yang diwisuda bareng, tidak lupa mematri kenangan bersama si Ranger Hitam, sparing partner nomor satu saya :

me and ranger hitam

 

Yup…. dia lah partner saya di kampus. dari awal kuliah, saya bareng dia terus dan akhirnya bisa wisuda bareng, saya seneng bangeeeet. karena cuman dia-lah yang berhasil saya barengi kelulusannya diantara gerombolan power rangers yang laen.

dan setelah dilihat-lihat, momen kebersamaan kami banyak sekali selama dua tahun ini… hiks… aduh jadi terharu kan harus pisah sama penggemar berat Agnes Monica dan Budi Do Re Mi ini. Maka melalui tulisan ini saya menyampaikan terimakasih yang mendalam buat Ranger Hitam: Demput Raharja (bukan nama sebenarnya), yang tiada pernah lelah ngingetin saya soal tugas-tugas, yang selalu bersedia jadi kawan sekelompok tiap ada tugas, yang selalu bersedia saya contek tugas-tugasnya (iiih.. mendadak sentimentil deh ah!).

look that silly face!

udah ahhh lanjut ke acara wisudaan aja. sekitar pukull setengah delapan, setelah kami puas foto-foto (bosan tepatnya, bukan puas!) akhirnya kami disuruh baris mengikuti nomor presensi yang tersedia saat kami tandatangan, dan mulai memasuki  GSP. daaaan…. berkat teman-teman saya yang super duper, saya berhasil membawa masuk rombongan sirkus saya yang jumlahnya lima orang untuk masuk menjadi pendamping (padahal aselinya masing – masing wisudawan hanya boleh membawa dua orang pendamping. hahahahahaha…).

seremonial acara berlangsung lumayan lama (ya iyalah ya… secara memanggil 1209 nama!! ).

terdiri dari pemanggilan lulusan doktor (iya, yang lulus S3 dipanggil satu – satu dan FYI aja, periode ini psikologi belum meluluskan doktor), kemudian pemanggilan wakil fakultas, kemudian menyanyikan hymne Gadjah Mada (terharu berat nyanyi lagu ini!), terus ada penyerahan ijazah (diserahkan oleh dekan masing – masing fakultas), kemudian pembacaan janji alumni (ow em ji, namanya aja saya lupa!), sambutan dari wakil wisudawan (yang diwakili oleh kawan saya dari fakultas psikologi yang IPK 4! FYI, yang memberikan sambutan ini  merupakan kakak tingkat saya di jurusan dan sering menulis untuk koran, gak heran bahasa yang digunakan puitis sekaliii) dan sambutan dari rektor.

setelah kelar acara di GSP, masing – masing fakultas ada yang memiliki acara di kampus masing – masing. kalau di Fakultas Psikologi, acara pelepasan dipusatkan di gedung G100, aula paling owkeynya kampus saya. Dan bapak saya menjadi wakil orangtua lulusan; dipilih buat memberikan sambutan. acara di fakultas berlangsung singkat, karena hanya menjadi ajang pelepasan bagi 47 wisudawan dan pengucapan sumpah profesi bagi kawan – kawan Magister Profesi.

selesai dua acara tersebut, saya dan keluarga (yup, rombongan sirkus!) beranjak ke studio foto di daerah jalan solo, untuk foto studio. sayang disayang… saat tulisan ini diturunkan, saya belum sempet ngeliat itu fotonya gemanah hasilnya; karena saya keburu minggat ke Jakarta, karena duit jajan saya habis :mrgreen:

menutup rangkaian acara hari Rabu itu, saya dan kawan – kawan serta rombongan sirkus mengadakan acara makan malam bersama di rumah makan di daerah Jalan Palagan.

well, begitulah rangkaian acara wisuda saya. daaaan…. untuk menutup tulisan ini, saya akan memberikan sedikit tips untuk menghadapi hari wisuda. percayalah…. wisuda itu memang gak seribet ngurusin nikah, tapi cukup bikin kepala berkerut – kerut.

Tips menghadapi wisuda

  1. Persiapkan kendaraan dan supir. ini penting. apalagi buat kamu yang cewek. gak mungkin kamu nyetir mobil pake kaen dan bolak balik nganterin keluarga kamu. apalagi biasanya kalau wisuda itu yang diwisuda harus datang lebih awal.
  2. Undangan. Biasanya, buat masuk ke tempat upacara wisuda, kudu ada undangan. jangan sampai ortu kamu yang udah dandan gak bisa masuk gara-gara anaknya teledor gak ngambilin undangan buat ortu.
  3. Ga usah sibuk mikirin PW atau pendamping wisuda. karena PW yang dikenal umum adalah kekasih atau suami atau calon, bagi yang masih single kek saya dan gak jelas siapa calonnya, mendingan gak usah asal comot cowok deh, kasihan besok – besok kalau liat foto wisuda dan mengernyitkan dahi dengan cowok yang ada di sebelah kamu! Dan didampingi oleh kedua orangtua adalah anugerah besar! Believe me, melihat kedua orangtua tersenyum sumringah atas pencapaian anaknya merupakan hal yang sangat amat berharga.
  4. Booking studio. buat foto wisuda. ini penting loh. kamu gak tiap tahun diwisuda. dan gak tiap hari pake toga. pilih studio foto yang sesuai karakter kamu. mau yang seriusan dengan real set, atau foto – foto gokil dengan fotografer ceria, pilih aja. dan jangan lupa tanya soal harga, beberapa studio foto menyediakan paket khusus untuk wisuda. survey dan booking dari jauh hari.
  5. buat cewek, jangan lupa booking salon. atau mau merias sendiri? Gak masalah (jangan lupa pake wtarproof mascara, takut nangis cyiiin…..!).  That’s your day!
  6. Ngomongin soal ‘your day’, don’t let anyone makes you upset on that day. percaya deh, bakal banyak banget yang harus diurusin dan dipikirin di hari itu, ngurus jemput sodara yang ini, sodara yang itu tidur di mana, nanti parkir mobil di mana, dan pasti bakal ada beberapa rencana yang gagal, tapi jangan biarkan semua itu menghancurkan hari kamu, bergembiralah dan bersenang – senanglah.
  7. Nyatakan perasaan kamu ke gebetan kamu. eh jangan ketawa. ini serius. karena, kan udah ga mungkin ketemu – ketemu lagi tuh…  dinyatakan aja perasaanmu. paling apes ditolak, toh habis itu gak ketemu lagi. atau mau lebih apes kek saya? yang belum menyatakan tapi udah ditolak?? *dueer…

hahahahahaha… cukup sekian tulisan come back-nya saya. next time saya lanjut deh. beneran!

see u next post! :mrgreen:

***

ps: ada yang mau nerima saya sebagai karyawan? atau ada yang mau saya titipin CV? atau ada yang bersedia jadi mertua saya? *HLAH?!?!

adaptable, bukan adaptor

Hidup ini merupakan sebuah proses adaptasi yang tidak berkesudahan. Hal ini saya sadari saat melihat anak dari sepupu saya yang berumur enam tahun (anaknya, bukan sepupu saya yang umurnya enam tahun), sedang bermain pasir di depan rumah tetangganya. Padahal di rumahnya sedang ada hajatan besar, si Bude dari anak itu menikah. Semua orang sibuk, keadaaan hiruk pikuk dan mungkin anak ini tersingkirkan. Bisa karena itu ia bermain pasir di luar, atau bisa juga karena kehadiran sodaranya, anak dari Budenya yang lain yang baru berumur dua bulan. ia tersingkirkan. hanya itu yang saya pahami,

Padahal beberapa tahun yang lalu ia adalah pusat dunia di sekitarnya. Bude- budenya, Uti dan Opa nya, semua ‘menanggap’ ia. Ia adalah matahari, dan Bude-Bude, Opa-Uti dan yang lain adalah planet-planet yang mengitarinya.

Setelah menemukan ia bermain pasir di rumah tetangga dengan baju pesta itu, saya menyadarinya bahwa saya juga pernah ada di posisi itu. Pernah menjadi pusat dunia dari orangtua saya saat saya lulus S1 tiga tahun lalu, namun beberapa saat kemudian lenyap karena hamilnya Kakak Ipar, calon cucu pertama di dalam keluarga. Dan kehadiran saya makin lenyap setelah si kecil Zi lahir. Zi adalah pusat dunia dari orangtua saya.

Saya beberapa kali berulah menarik perhatian orangtua saya saat itu, tapi tetap saja dunia mereka berputar di  Zi.

Dan sekarang mungkin saya sedang menjadi pusat dunia mereka. saya mau wisuda. saya lulus. anak mereka yang pertama kali meraih gelar master (masterchef kaliii). Saya tahu beberapa saat pusat dunia keluarga ini adalah Kakak saya, yang dipindahtugaskan ke Pekanbaru dengan gaji yang cukup besar. Ouch…. dan saya pengangguran. dan single ting ting yang belum punya ‘calon’ buat digandeng.

jadi pusat dunia mereka juga pastinya, someday. but in different way.

kenyataan itu membuat saya galau berkepanjangan dan resah serta gelisah tak berkesudahan (yeah sampai saat ini). Ya ampuuun… gue udah lulus. Ya ampuuun… gue bukan mahasiswa lagi. Ya ampuuun kalau ada yang nanya-nanya soal kuliah terus gue gak bisa jawab gemana dong? Kalau gue ketahuan begonya gemana dong? Kalau gue ngomong bahasa inggris belepotan gemana dong? bedanya Plato ama Socrates apaan? bedanya fenomenologisnya Russel sama Heidegger apaan? err…. Ibnu Sina itu dokter bukan? err… bedanya Maslow sama Roger apaan? tahap perkembangan dari teori psikoanalisa itu apa aja?  PERFECT itu kepanjangan dari apa? Reliabilitas sama Validitas apa bedanya dalam mengukur Performance karyawan?  eh ya ampuun… gue make alat tes aja kagak bisa!!!!

Rasanya pengen banget membalikkan waktu ke usia awal dua puluhan, di saat tuntutan dari lingkungan sekitar masih belum begitu banyak.

Lalu tiba-tiba saya sadar; (persis saat melihat si anak kecil bermain pasir itu) hei… hidup ini proses. dan di dalam sebuah proses itu ada perubahan, dan dalam perubahan itu kita harus beradaptasi bukankah?

Jika hidup ini adalah proses yang berubah terus menerus, maka kita harus bisa beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Kita harus adaptable terhadap ini semua.

saat balita, kita harus beradaptasi dari bayi ke balita. lalu setelah itu kita harus beradaptasi ke masa anak-anak awal, anak-anak tengah, anak-anak akhir lalu masuk ke remaja awal, remaja tengah, dan seterusnya. itu jika dilihat hanya dalam kacamata tahap perkembangan. belum dengan peran kita yang tadinya jadi anak bungsu eh tiba-tiba adek lahir. tadinya jadi anak es de, eh jadi anak es em pe. tadinya anak sekolahan jadi mahasiswa. dan masih banyak lagi…

itu semua adalah suatu kemutlakan yang harus dihadapi.

Kita berpindah dari satu proses ke proses yang lain, dari satu peran ke peran yang lain, dari satu masalah ke masalah yang lain. Kita manusia dirancang sempurna untuk semua proses ini.

Lalu saya berkata pada diri saya sendiri: semua orang punya berbagai cara untuk beradaptasi. Si anak kecil yang bermain pasir mungkin caranya adalah menyingkir dari keramaian dan menemukan permainannya sendiri yang mengasyikkan dan nyaman bagi dirinya. tugas saya saat ini adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan proses perubahan yang sedang terjadi dalam hidup saya seraya meyakinkan diri sendiri bahwa saya juga merupakan makhluk Tuhan yang memiliki proses adaptasi yang begitu hebat untuk bisa ada di titik ini sekarang.  dan, tidak lupa satu hal penting: bahwa tiap proses adaptasi ada proses belajar di dalamnya. karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar.

Seperti kata seorang sahabat, Tuhan tidak pernah bermain dadu dengan alam semesta, termasuk dengan makhluk ciptaanNya.

29 Februariku yang istimewah

iyah, iyah.. saya tahu dan paham, ini bukan tanggal 29 Februari lagi. bahkan udah lewat dua hari. tapi bolehlah saya menulis sedikit banyak soal istimewanya 29 Februari kemarin. eheemmm.. eheemmm.. *mbersihin tenggorokan*

jadi begini, tanggal 29 Februari kemarin merupakan tanggal yang penting banget buat karir kemahasiswaan saya yang udah berlangsung lama ini *tsaah. yang sekian lama saya jadikan kambing hitam atas kemalasan saya nulis (berarti besok harus cari kambing hitam lain nih!) telah berakhir dipertahankan di meja ruang ujian Tugas Akhir saya.

haduh..haduh.. jadi bingung mau cerita dari manah :mrgreen:

***

Pagi itu, di hari terakhir bulan Februari itu, saya terbangun pukul tujuh pagi. dengan suara Mamah dan adek saya yang sibuk mengobrol soal sarapan dan pompa air. Iyah, sehari sebelumnya Mamah saya sengaja datang ke Jogja untuk memberikan dukungan untuk saya yang mau ‘bertempur’ di ruang ujian.

Saat bangun itu di kepala saya terlintas; ‘today!! today is the day!’ hari yang sudah saya tunggu-tunggu dari tiga tahun lalu. hari di mana saya menaruh harapan besar. hari di mana demi hari itu, saya jungkir balik. saya panik. bengong. Power point yang sudah saya siapkan dari beberapa hari yang lalu saya buka, saya pelototin. saya elus-elus itu tesis yang udah beberapa hari saya jadikan teman tidur yang setia.

ditawarin makan ogah, disuruh mandi diem, disuruh naekin aer bengong.

sempurna sudah gugup saya pagi itu saat Mamah saya menyampaikan doa yang dikirim oleh sodara-sodara saya via SMS, ke nomor Mamah saya. banyak sekali yang tahu kalau saya mau Ujian Tesis. belum lagi si Ranger Hitam yang pagi-pagi sms menanyakan; ‘sudah siapkah Anda?’

rasanya pengen ngumpet di ketek Mamah :mrgreen:

Lepas Dzuhur, saya pamit sama Mamah dan Adek saya. saya mencium tangan Mamah lebih lama dari biasa, memohon restu. Anakmu ini mau mempertahankan apa yang sudah ditulisnya selama beberapa bulan terakhir.

sepanjang perjalanan dari Kayen ke Kampus, mulut saya gak berhenti komat-kamit. mengucap doa apa saja yang bisa terucap.

sesampainya di kampus, saya meluncur menuju gedung A. masuk ke ruangan yang dimaksud, dan bertemu dengan Mbak Us, pegawai kampus yang banyak sekali membantu saya dalam urusan Administrasi per Tesis-an ini.

setelah dikasih wejangan-wejangan soal laptop, AC dan sebagainya, saya mempersiapkan diri, menyiapkan power point, mengeluarkan berkas-berkas yang dibutukan, lagi asik komat-kamit mengingat materi, pintu dibuka. Si Ranger Hitam, partner setia saya di kampus nongol. Nanya-nanya soal kesiapan saya. Kami mengobrol soal baju yang saya pakai hari itu (baju baru bok! diskon 50% di Malioboro Mall), soal slide presentasi, soal jadwal Ujian dia. dan lagi asik menjelaskan soal slide presentasi, tiba-tiba pintu terbuka, dan satu dosen yang akan menguji saya masuk.

jadi, Ujian Tesis saya itu ada tiga dosen di dalam ruangan. dua dosen penguji, satu dosen pembimbing.

singkat cerita, saya diharuskan mempresentasikan tugas akhir saya. dan mulailah saya presentasi dengan TIGA KALI INTERUPSI dari dosen-dosen tercinta. buyar. gugupnya semakin menjadi. Apalagi setelah selesai presentasi, diajukan beberapa pertanyaan yang membuat saya melongo beberapa detik dan tersenyum pasrah gak paham.

ada titik di ruangan itu saya menahan air mata yang mau jatuh turun. saya panik, tidak bisa menjawab apa yang Dosen tanyakan ke saya. Dan Bapak Dosen berulang kali menepis jawaban yang saya utarakan. Panik se panik-paniknya, sampai saya merusak pulpen yang saya pegang.

suasana di luar ruangan, tiga orang ini adalah kawan-kawan yang setia menunggu saya Ujian, plus satu kawan yang mengambil gambar.

setelah kurang lebih dua jam saya di dalam ruangan, saya dipersilahkan ke luar ruangan. Tiga dosen tersebut mengadakan diskusi kecil sebelum saya dinyatakan lulus atau tidak. sudah menjadi rahasia umum, biasanya semua yang sudah sampai tahap Ujian Tesis ini dinyatakan lulus. tapi, saat saya ke luar ruangan itu seribu pertanyaan di kepala saya dan jutaan what if berkelana.

pas keluar, saya melihat kawan-kawan terbaik saya di kampus tersenyum melihat saya ke luar ruangan. damai banget rasanya melihat dukungan mereka *kecup satu-satu*

dan di luar ruangan saya mengobrol dengan empat kawan saya itu. mereka menanyakan bagaimana dan bagaimana di dalam ruangan yang saya jawab dengan senyum kecut. Jujur, kehadiran mereka sangat mengurangi gugup dan kekhawatiran saya. karena kami akhirnya mengobrol hal-hal yang jauh dari kondisi saya di ruang Ujian.

yang saya tahu sih kalau disuruh ke luar dari ruang Ujian pas Ujian Tesis gini sih gak lebih lama dari 10 menit. saya nunggu nyaris dua puluh menit ajah dong. 20 menit. ya ampuuun… ampek pengen pipis aja saya tahan.

saat disuruh masuk lagi, saya duduk dan H2C gitu deh. Harap Harap Cemas banget. dan untuk lima menit pertama Ibu Dosen pembimbing gak ngomong apa-apa soal saya lulus atau tidak. Beliau hanya ngomong soal ini soal itu, soal revisi, soal begini soal begitu. Sampek pengen banget saya datengin mejanya itu buat nanya; ‘hoi…gueh lulus kagak??’

dan setelah beberapa saat, saya tahu isu itu benar sodara-sodara; saya Lulus. Saya Lulus. Saya Lulus.

walaupun panik dan gak bisa lancar menjawab beberapa pertanyaan, saya tetep lulus. walau Naskah Publikasi saya bahasa inggrisnya ajaib, saya Lulus. walau teknik analisis data saya dianggap kurang tepat, saya lulus. walau hasil penelitian saya kurang sesuai dengan minat utama saya, saya lulus. walau revisi saya sepertinya nyaris merubah segalanya, saya lulus.

intinya: saya lulus!!!!!

***

terimakasih sebanyak-banyaknya buat kawan-kawan dramaLand yang sudah mendoakan saya, sudah sering memberikan semangat, semoga saya bisa memberikan kontribusi terbaik saya, ilmu yang saya serap ini bisa saya amalkan! Amiin…

*tsaah

see u next post! 🙂

***

P.S: semua foto diambil dengan seenak hati dari handphone kawan-kawan saya yang ada di foto itu. I love u all guys :*

januari: sebelum berakhir

saya lagi selo tenan. benar-benar: uripku selo. menunggu revisi dosen sampek hari Jumat besok, cucian udah saya cuci (tumben gak ke Laundry, niat nyuci baju sendiri…), rumah udah kelar diberesin, urusan dapur mah saya libur. Libur, soalnya mau masak juga males bener, wong di rumah cuman sendiri. adek saya yang tampan lagi liburan semester ke tempat Kakak kami di Cirebon.

Jadilah siang menjelang sore ini saya buka Laptop, sambil nunggu cucian kering. mencoba untuk (lagi-lagi) membenahi blog ini. Dan, saat ngelirik ke sebelah kanan, di situ ada widget arsip dramaLand, dan lagi-lagi cuman gigit jari : cuman nulis delapan kali dalam sebulan. padahal sebelumnya bisa ampek 15 kali di bulan Desember.

ya udahlah ya, mungkin emang lagi malesnya aja kumat. Males posting, males BW, males buka FB, males buka laptop, males bangun, males mandi, males dandan (*hloh… kok bablas?!?!).

beberapa hari yang lalu pas BW ke tempatnya mas Arman, iyah… mas Arman yang itu sempet mbaca postingannya yang terakhir soal … soal … *buka link-nya lagi* yah soal itu deh… soal bagaimana Mas Arman cerita soal bulan Januarinya, yang diawali dengan beberapa konplennya via twitter. terus, pas baca itu, saya jadi kepikiran ajah pengen bikin postingan kek gitu. bukan… bukan bagian soal twitter itu, tapi postingan soal bulan Januari. Ada beberapa hal yang belum saya ceritakan di bulan Januari ini. Jadi, semacam postingan rapelan gitu deh.

udah siap belon? Postingannya keknya bakalan panjang loh. siap – siap duduk yang manis di situ, and enjoy my show! :mrgreen:

1) Kopdar

iyah, tanggal 22 Januari kemaren, saya kopdar-an gitu deh. di masjid kampus saya. sama siapa aja emangnya Is? ini dia yang mbikin saya malu. jujur… saya gak begitu kenal dengan mereka – mereka yang mau diajak kopdar-an. Gak kek dulu2..kopdar sama siapa gitu udah hahahaha hihihi duluan di komen. Hlah yang ini gak gitu. Tapi PD aja sih, pikir saya sekalian ke sunMor juga, udah lama gak jalan-jalan di Pasar Minggu Pagi-nya kampus. meeting pointnya di buat yang gampang: masjid Kampus UGM. why?

karena… eh karena.. saya punya obsesi buat foto di tangga-tangga kampus (dan kesampean dong ah!! hahahahah..)

finally : tangga Maskam!!!

gilla…. charlie’s angel banget kan pose kita? *heleh.. opo meneh. eh iya, belon dikenalin kopdar sama siapa aja. yang ada di foto itu adalah Mbak Phie yang ditengah, belon pernah kenal sebelumnya, tapi mukanya familiar banget. keknya saya juga jarang ke blognya (apa malah gak pernah sebelum kopdar itu –> trend baru: kopdar dulu kenal blog kemudian. hahahahahha….)

ternyata eh ternyata.. Mbak Phie ini setelah dirunut – runut merupakan temen KKN temen serumah saya, dan dasar anak satu kampus tapi beda jurusan yak, setelah ngobrol2 ternyata temennya si anu temennya si itu (et…. berasa Jogja sempit deh).

nah kalau yang pojok satu lagi itu si Puch, atau Puji (dua nama itulah yang saya ucapkan tiap mau manggil Puji, karena bingung juga manggilnya apaan. dan sama kek Mbak Phie, saya juga baru kenal Puji yah di kopdar ini.) Puji ini satu kampus juga sama saya, dan ternyata adek kelasnya Nandini, si blogger tetangga saya itu. Kebayang tua-nya saya lah kalau si Puji ini aja adek kelasnya Nandini yang notabenenya masih dua tahun di bawah saya.

eh ngomongin Puji, dia loh yang paling rajin di antara kami yang kopdar buat nyusun laporan kopdar, dan …. besok kalau mau nyari kost yang bareng sama Puji ah..soalnya Puji baek, suka ngebeliin temen sekostnya makanan *hloh?!?!?

selaen mereka berdua, sebenarnya alasan kami yang satu kampus tapi beda jurusan ini bertemu adalah kedatangan si Amela (yang datang bersama Oom Genit-nya yang langsung diusir, hahahahahaha) yang jauh-jauh datang dari BauBau khusus untuk bertemu kami bertiga (PD dahsyat, padahal aselinya si mel ini ke Jogja pengen ketemuan sama calon mertua di KotaGede –> siap-siap kabur karena menyebar berita tidak benar).

dan ya ampuun.. coba  tolong yah.. si Amela ini ternyata masih imut-imut dan menggemaskan deh. saya ampek gak percaya kalau dia itu Amela yang di pagi2buta. secara saya pikir umur dia di atas saya, sudah menikah, sudah dewasa dan bla bla bla… (ampun Mel… tapi emang bener begitu).

daaaaaaaan….tiada lengkap yang namanya kopdar tanpa foto-foto.

mbak Phie - Puji - orang keren - Amela

untuk foto lebih lanjut silahkan cek FB ketiganya, karena saya nyolong foto dari mereka (as usual, saya kan gak pernah bawa kamera tiap kali kopdar. hahahahaha). terimakasih pertemuan minggu paginya yah Mel, Mbak Phie dan Puji, walaupun saya banyak ngomong, semoga gak kapok kopdar bersama saya *tring: nyengir tiga jari*

2) UNO

saya dan kawan-kawan kecanduan UNO. lagi. untuk kesekian kalinya. Bahkan.. bahkan nih… tanggal 23 kemaren saya maen UNO bareng kawan-kawan sebanyak 12 babak.  12 babak dengan berhenti buat makan, beli galon, menyambut Nandini yang maen ke kontrakan, cela-celaan buat yang kalah, belanja ke Superindo. Dari 12 babak, saya cuman kalah 3kali. sialnya saya aja kalah pas babak pamungkas, yang mana sebelumnya saya koar-koar: habis ini yang kalah hukumannya dicoret pake eye-shadow 3jari yak. senjata makan tuan: yang kalah di babak pamungkas adalah saya. saya-lah yang kena hukuman yang saya sebutkan sendiri. dan beginilah tampang saya di penghujung babak:

gagal keren habis dicoreng-coreng mukanya: setelah kalah 3x

3)  makan dam makan

sepanjang januari ini, saya as usual tidak diberi duit lebih sama mamah saya untuk keinginan hedon saya. tapi, beruntunglah saya punya kawan-kawan yang super duper baik, yang mau nraktir saya:

yang nraktir yang mana is? itu..yang pake jilbab di pojok kiri

belum lagi, gerombolan wisudawan seangkatan yang wisuda tanggal 25 kemaren, mereka juga bikin acara makan-makan sehari sebelumnya. jadi lumayanlah, walau tanggal tua saya masih bisa makan enak :mrgreen:

empat orang yang di'wisuda' : tiga di sebelah kiri dan satu di kanan

selaen makan-makan, bulan ini saya mau bersorak untuk kedatangan Nandini dua kali ke kontrakan saya, yang sudah mengisi kulkas, menyajikan makanan dan menyemarakkan dapur saya yang biasanya cuman dipake buat masak aer sama mbikin mie doang *kecup Nandini*

4) kampus

selamat datang di episode suram. ini bagian tersuram mungkin yah di bulan Januari. saya lagi-lagi melewatkan kesempatan wisuda Januari ini. yah gpp juga sih, secara emang gak target (targetnya Oktober tahun lalu soalnya. huahahahahahaha). sedih, pasti. kecewa, gak usah ditanya. tapi itu semua balik lagi ke saya: karena semua ini akibat dari saya dan kebiasaan prokrastinasi 😦

5) dokter gigi

bulan ini saya menghabiskan dana nyaris satu juta buat bolak-balik ke dokter gigi. untuk nyabut satu geraham kanan dan satu geraham kiri serta scalling barisan gigi bawah. harusnya balik lagi itu jumat seminggu yang lalu. tapi gak saya lakukan. why? karena saya merasa sudah tidak sakit lagi. walaupun untuk ngunyah masih pake gigi depan kadang-kadang. hehehehehe…

ngambil dari twit sesar yang nemenin saya ke dokter gigi waktu itu

6) dunia maya

bulan Januari ini… dramaland mengalami penurunan produktivitas dibandingkan satu bulan sebelumnya. bahkan dibandingkan satu tahun sebelumnya yaitu Januari 2011, yang mana saya berhasil menelurkan postingan sebanyak 21.  Namun banyak hal yang saya pelajari di dunia maya sebulan belakangan.

pertama: begitu banyak orang membentuk imej di dunia maya yang tidak sesuai dengan diri dia sendiri. apa sih susahnya membangun imej di dunia maya? semua orang bisa melakukannya. akibatnya: orang-orang ini jadi terjebak di dalam imej yang dia bangun. bukan gak mungkin akan ada satu titik dia bilang sama diri dia sendiri begini; ‘waduh… saya itu sebenernya kek gemana yah orangnya?!?’

kedua: betapa dahsyatnya kekuatan dunia maya. orang bisa menggerakkan massa, bisa terjadi ‘perang’, bahkan kalau baca blognya Mbak Anna yang ini, sampek ada yang harus keluar dari pekerjaannya. dahsyat gak tuh bo??

dan somehow, saya kok kebayang masa kanak-kanak saya ya. gak usahlah jaman kanak-kanak. jaman SMP aja dah, jaman internet masih barang mahal (7500/jam di warnet …). saya pernah ada di masa itu dan pengen tahu aja sama ABG jaman sekarang yang begitu menginjakkan kaki di dunia ini langsung mengenal adanya internet. mereka kebayang gak yah dengan dunia sebelum adanya internet? bayangan mereka seperti apa ya?

heleh… saya ngomong apaan sih… yang terakhir ini boleh diabaikan kok. Really

***

hmm…hmm.. apalagi yang terjadi di bulan Januari? cowok gemana Is? Masalah hati? heleh.. masih gitu – gitu ajahlah. kagak ada yang kudu diceritain. kagak ada yang seru buat dibagi. masih single, belum ada rencana lamaran, belum tahu minggu depan jalan sama yang mana *eh.. hlooh?!? yang jelas lagi menikmati masa menanti pangeran yang berani minta saya ke Bapak (CIE AIS COLONGAAAAN!!!)…

huahahahhahaa…

tapi, yang tidak bisa dilupakan di bulan ini adalah pelajaran buat diri sendiri: penyesalan datang belakangan. bermalas-malasan ngerjain Tesis, bayar SPP kemudian. *dueerrr*

***

begitulah review bulan Januari yang saya buat. tidak lupa saya juga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya untuk keluarga Korban Tragedi Tugu Tani, dan juga untuk berbagai permasalahan KPK yang kok diikutin beritanya makin jadi benang kusut.

akhir kata, untuk menutup postingan panjang ini, saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya buat kawan-kawan yang niat baca ampek bawah. hahahahaha. karena, percayalah, saya nulis ini dari jam setengah tiga ampek ini kelar pas maghrib. dipotong sholat, ngambil cucian, mandi, beli makan, sama nonton gosip. hihihihi. buat kamu yang udah baca ampek kelar…. kata terimakasih saja mungkin tidak cukup

:mrgreen:

see u next post!

gembira berkumpul #kamismanis yang sudah tidak kamis

 

baiklah, baiklah… saya mengaku salah. harusnya postingan ini dibuat hari kamis kemaren, tapi hari kamis kemaren tidak saya lakukan. alesannya gak usah disebut lah ya, ntar dikira tukang ngeles (padahal mungkin emang iya). tapi emang saya punya alasan kenapa gak mosting kemaren. Alasannya: saya keasyikan ngobrol sama my partner in crime yang udah empat hari jadi jamur di kasur saya. huehehehehhehehehe…

nah daripada saya ngeles ngasih alasan, lebih baik saya memenuhi janji saya sama blog ini. Janji apa Is? Janji Joni kah? Bukan adek-adek, kalau janji Joni itu judul film. Jadi buat yang baru pertama kali ke blog saya, saya akan cerita dulu nih… demi untuk meningkatkan produktivitas saya menulis, saya punya niat di tahun 2012 ini menerapkan postingan bertema. baru satu tema yang saya buat. yaitu:kamis manis. kenapa kamis manis? karena yang mbuat ais manis :mrgreen:

hehehhehe.. bukan. bukan itu. kamis manis, karena setiap kamis saya akan menceritakan hal-hal manis dari masa sekolah saya, masa kuliah, atau masa saya masih kecil. mungkin akan ada beberapa hal tidak manis. tapi biar seru dan berrima dengan hari kamis, makanya dinamain kamis manis :mrgreen:

mari kita mulai kamis perdana yang sudah tidak kamis ini.

***

 

hloh, ada apa dengan video ini Is? Video ini adalah video yang saya cari dari beberapa hari yang lalu. Tasya dengan gembira berkumpul merupakan sebuah lagu kenangan buat saya. kok bisa? iyah, itu lagu merupakan lagu yang digunakan temen-temen dan saya waktu KKN. Apa itu KKN?

KKN itu kuliah kerja nyata. jadi di kampus saya, mahasiswa S1-nya diwajibkan mengambil KKN yang bisanya berbobot 8 sks (kalau gak salah ya..). KKN itu biasanya dilakukan di desa-desa atau daerah terpencil, di mana kami para mahasiswa diharapkan bisa berkontribusi langsung di dalam masyarakat.

waktu tahun 2007, saya KKN di sebuh desa di Donokerto, Turi, Sleman. wah.. kalau diceritain di satu postingan, gak akan cukup deh yang namanya KKN. karena terlalu banyak pelajaran dan kenangan yang tersimpan di dalamnya. termasuk lagu gembira berkumpul ini.Ada apa dengan lagu ini?

Jadi, waktu tahun 2007 saya dan beberapa kawan KKN memiliki program memberikan pelatihan kentongan untuk anak-anak SD dan juga pelatihan tari. Jadi ada beberapa anak – anak SD di kelas lima dan enam dari SD negeri – SD negeri di desa itu yang kami pilih untuk kami latih selama dua bulan. dan hasil latihan itu kami perlombakan antar SD se- Donokerto.

nah, jam latihan itu biasanya antara pukul dua hingga lima sore. itu adalah salah satu masa yang gak mungkin saya lupakan seumur hidup saya, mungkin. bagaimana berinteraksi dengan anak-anak SD yang begitu mengharapkan dan memandang hebat ke kami, para mahasiswa – mahasiswa yang kadang sering mengeluh ini.

iyah. kami sering mengeluh soal KKN. bagaimana kami jauh dari kost yang nyaman, bagaimana kami harus ikut rapat ini rapat itu, bagaimana kami harus menahan emosi tiap kali salah satu teman seenaknya mengambil keputusan. kami yang tukang ngeluh ini diharapkan kedatangannya oleh anak – anak SD yang kami latih. total ada lima SD yang kami latih. kami ada sekitar sepuluh orang.

ada yang melatih tari, ada yang melatih kentongan, ada yang melatih memegang bendera, ada yang melatih memukul ember (ceritanya itu snare drum, berhubung dana terbatas, jadi kami menggunakan ember. hehehehehe..).

nah, sebelum berpisah untuk latihan dengan masih-masing kelompok kecil, biasanya adek-adek kami kumpulkan di lapangan sekolah dan kami melakukan pemanasan. dengan lagu  gembira berkumpul itu.

tepuk tangan (prok prok..)

sekali lagi (prok prok..)

nah jadi, tiap saya denger lagu itu, di kepala saya langsung terbayang dua bulan itu: dua bulan dimana saya setiap hari dateng ke SD – SD di Donokerto itu. bagaimana mereka berlari menyambut kami sewaktu kami dateng, dan berrebut mengelilingi kami.

***

itu adalah kenangan yang indah dan manis banget. apalagi sewaktu itu saya dan salah seorang kawan diberi tanggung  jawab untuk ‘memegang’ salah satu SD (jadi untuk kelancaran pentas, kami membagi kelompok dan memberikan SD itu ‘kakak asuh’ yang menjadi penanggungjawab skill adek-adek dalam target mengikuti lomba). nah, saya dan salah seorang teman (yang ujung2nya keserempet cinta lokasi) menjadi kakak asuh di salah satu SD tersebut, dan SD kami menjadi satu-satunya SD yang mendapatkan dua piala untuk dua kategori lomba: Lomba kentongan dan lomba tari.

saya terharu. haru saat adek – adek ini jejingkrakan dan teriak – teriak: ‘ mbak.. kami juara mbak!! mbak.. kami dapet dua piala!!’

tuh lihat.. menulis ini saja hati saya hangat jadinya. apa kabar yah mereka?

***

KKN unit 54 di desa Donokerto 2007

 

see u next post!

 

PS : foto adek-adek SD donokerto itu banyak ketinggalan di PC saya di rumah orangtua di Jakarta, jadi gak bisa saya kasih unjuk deh adek-adek didik saya dulu 😦 next time yah. hehehehehe…

perempuan pekerja

beberapa bulan yang lalu, saat memutuskan mengambil topik untukkarya tulis tugas akhir, saya memutuskan untuk mengambil tema besar mengenai wanita bekerja. kenapa? untuk sebuah alasan egois sebenarnya: kenapa sih seorang wanita bekerja itu menjadi sebuah isu? ini gak cuman kata saya atau kata beberapa orang loh, menurut Schultz & Schultz (2010), konflikperan ganda sebenarnya bukan hanya terjadi pada wanita tetapi juga terjadi pada pria. Akan tetapi lebih berat pada wanita.

dalam penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich (2002)(  –> bukan nama band, cinamon disini juga bukan merk, ini nama orang, nama peneliti. Hahahahahaha..) menyebutkan bahwa wanita lebih sering mengalami konflik dalam rumah dibandingkan dalam pekerjaannya terkait dengan peran ganda tersebut. kenapa bisa seperti itu? karena, bagi wanita, keluarga merupakan domain penting dalam kehidupannya. dan hal tersebut kerap mengganggu kinerja mereka,

namun bukan berarti saya bilang yang namanya wanita itu tidak bisa bekerja, semua orang bisa melakukan apa saja selama dia mampu, bukankah begitu? jadi, menurut saya… selama para wanita mampu menyeimbangkan perannya di rumah dan di tempat kerja, semua okey-okey saja.

dan yang salut bagi saya adalah: wanita yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. ini bukan seperti makna perempuan pekerja yang di isu kan oleh salah satu LSM, wanita bekerja yang menjadi pencari nafkah utama disini adalah mereka yang masih memiliki suami, namun suaminya sudah tidak bekerja lagi.

Padahal, Konsep yang ideal dari peran suami secara tradisional adalah mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyediakan dan mencari nafkah utama bagi keluarga  (Kozina, 2002). Jadi saat suami tidak bekerja dan diam di rumah, ada beberapa wanita yang bekerja di luar rumah. Jadi semacam pertukaran peran. Tetapi, kejadian sesungguhnya adalah: pertukaran peran tersebut tidak  terjadi. karena wanita, walaupun bekerja, mereka jarang bisa melepaskan diri dari pekerjaan rumahtangga.

nah, saya tertarik ingin mengetahui lebih mendalam: sebenarnya mengapa sih para wanita pencari nafkah utama ini mau bekerja? kenapa mereka mau menjadi pencari nafkah utama? apa hanya karena faktor ekonomi, atau ada faktor lain?

makanya saya memilih tema ini untuk penelitian akhir saya. nah, karena penelitian memilih metode kualitatif fenomenologi, saya menggunakan wawancara secara mendalam ke responden-responden saya, sekaligus observasi jika memungkinkan.

penelitian saya sudah separuh jalan, sudah menemukan dan mewawancarai dua orang responden. dan menemukan semacam jalan buntu. karena, saya belum menemukan responden lagi.

jadi, lewat panggung sandiwara inilah, saya meminta kesedian kawan-kawan untuk membantu saya…. kali aja ada tetangga, teman, sodara, orang kenal di angkot, atau bahkan kawan-kawan sendiri yang menjadi wanita pencari nafkah utama dan bersedia untuk bekerjasama dengan saya. syarat umumnya: istri, masih memiliki pasangan, bekerja pada institusi (bukan wiraswasta), dan merupakan main provider di keluarg. see? mudahkan? mudah memang, tapi mencari responden yang mudah itu dan bersedia saya ‘obok-obok’ soal finansial dan pekerjaannya bisa dihitung pake jari.

so, kalau kawan-kawan mengenal responden yang saya maksud, bisa menghubungi saya via email, atau komen di kolom ini saja.

terimakasih kawan-kawan 😉

***

ps: ini serius loh, ini menyangkut masa depan tugas akhir saya. hehehehehehhehe….

one step :)

dear dramaLand,

beberapa waktu belakangan ini saya mengaku bahwa saya sedang tidak mampu mengatur waktu dan mood saya untuk menulis dan berbagi cerita di sini. Pfiuuuh… entah menguap kemana semangat saya untuk menulis. Padahal saya nyaris tiap hari menghadap laptop. dan berhubung mouse rusak, gak bisa ngegame Parking Dash atau cooking academy [etdaah jadul bener gamenya…], saya ngegame freecell. Satu lagi kegiatan ndak bermutu dari seorang mahasiswa tingkat akhir macam saya. hehehehehehe…

Tapi Alhamdulillah, minggu lalu saya berhasil dapet surat yang sangat indah dari kampus saya tercinta.

Dan Alhamdulillah lagi, satu dari tiga ujian yang disyaratkan oleh kampus saya untuk menyelesaikan kuliah saya berhasil saya lewati. Hasilnya sih bisa dibilang baik-gak baik. Sisi baiknya : saya lulus. Sisi tidak baiknya : saya harus nyari responden penelitian yang laen, karena menurut dosen penguji saya, penelitian saya terlalu sosial dan harus kembali dibawa ke ranah industri organisasi.

Guess what? itu juga keberatan yang diajukan dosen penguji saya waktu menguji skripsi saya beberapa tahun yang lalu. katanya skripsi saya terlalu pendidikan, tidak sesuai dengan jurusan yang saya ambil.

Kenapa dari awal saya gak ngambil jurusan pendidikan ajah sih…. terrrus kenapa juga pas kuliah ini dulu saya gak ngambil minta utama sosial aja sih?

Itulah hidup saya: kurang fokus. Well, semua yang saya pelajari pada akhirnya tidak percuma sih. Tidak ada kata percuma untuk sebuah ilmu. Tapi kalau jalur pendidikan kamu linier, kamu bisa jadi dosen loh. *heleh

sumpeh, omongan saya ngaco ngalur ngidul entah kemana. ah udah ah. saya mau jalan-jalan dulu ke blog kawan-kawan. udah lama tak bertamu. jangan lupa siapkan kopi dan gorengannya yah

🙂

PS: tadinya saya mau ngajakin kawan-kawan buat memvote sebuah karya animasi pendek kawan-kawan saya yang masuk jadi finalis animafest, eh tapi jebule votingnya udah ditutup 😦

tapi gak ada salahnya juga kali yah kalau kawan-kawan mau lihat karyanya. kawan-kawan bisa lihat di website nya animafest nya MNC, dan karya kawan-kawan saya [ngaku kawan saya, padahal aselinya saya juga dikenalin, hihihihihi ] di sini. doain yah, pengumumannya besok tanggal 21 Juli 🙂

oh iya lagi… jangan lupa baca majalah Hai terbaru halaman 13 yah 😉

hihihihihi.

i don’t know how she does it

itu adalah judul buku karya Allison Pearson. bukan buku hebat sebenarnya. hanya saja karena ini buku pinjeman dari si kawan yang bilang buku ini ada hubungannya sama permasalahan yang saya angkat di tesis saya. saya jadi tertarik. membaca cerita fiksi entah kenapa selalu menarik bagi saya.

bercerita tentang Kate Reddy, seorang manajer investasi yang memiliki keluarga dengan dua orang anak. secara garis besar, buku ini menceritakan work-family conflict yang dialami oleh seorang Ibu yang bekerja. Kate memiliki dua peran yang harus dijalaninya, peran di kantor sebagai satu dari sedikit wanita yang bekerja di kantornya dan juga perannya di rumahtangga.

Kate memiliki seorang suami dan dua orang anak; Emily yang berusia lima tahun dan Ben yang masih berumur satu tahun. Kate mencintai pekerjaannya, namun dia juga berusaha yang terbaik bagi keluarga yang [sudah pasti] dicintainya.

Dalam buku ini digambarkan bagaimana Kate berusaha menyeimbangkan kedua perannya. menjadi Ibu yang bekerja akan jauh lebih sulit dibandingkan menjadi Ayah yang bekerja, dan satu part yang paling menggambarkan bagian ini adalah saat Kate bercerita bagaimana seorang pria akan terlihat keren, terlihat sangat mencintai keluarga saat memajang foto anak, istri dan keluarga-lah secara garis besar. Tapi menurut Kate, semakin tinggi jabatan seorang wanita bekerja, maka semakin sedikit foto yang dipajang.

Sama halnya seperti saat rapat mahapenting terjadi di suatu divisi dan seorang Pria meminta ijin untuk tidak ikut meeting, dengan alasan; “mengambil raport anak” maka akan mendapat respon; ‘aaah soooo sweeet’. tapi jika wanita yang melakukannya, maka biasanya yang ia dapatkan adalah celaan betapa ia tidak bisa mengatur waktu.

The women in the offices of EMF [Kate’s firm] don’t tend to display pictures of their kids. The higher they go up the ladder, the fewer the photographs. If a man has pictures of kids on his desk, it enhances his humanity; if a woman has them it decreases hers. Why? Because he’s not supposed to be home with the children; she is.

well, buku ini memuat jungkir baliknya seorang Kate berusaha menjadi ibu dan karyawan serta istri yang baik. bagaimana ia mengakali ‘kue supermarket’ menjadi seperti  kue homemade, bagaimana ia selalu berusaha ‘menyogok’ anaknya dengan berbagai mainan yang ia beli setelah bertugas ke luar negri, bagaimana ia berusaha menolak berhubungan seks dengan suaminya, bagaimana Kate mengupah pengasuh anak-anaknya dengan upah yang cukup tinggi agar memperlakukan anak-anaknya dengan baik, bagaimana akhirnya suaminya pergi dari rumah mereka saat Kate sedang bertugas di luar negri.

Saya belum mengalami posisi seperti Kate; seorang Ibu yang bekerja. Makanya saya terkejut menyadari betapa beratnya menjadi Ibu yang bekerja. No offense buat Ayah yang bekerja, suwer. Coba kalau kawan-kawan lagi nganggur dan mencari jurnal penelitian mengenai ‘working mother’ maka kawan-kawan akan menemukan sejumlah penelitian.

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan  oleh Cinamon dan Rich (2002), yang mengatakan bahwa sumber konflik pada ibu yang bekerja biasanya adalah karena adanya peran ganda, yaitu peran sebagai ibu rumah tangga (istri dan ibu dari anak-anaknya) dan juga peran sebagai pekerja. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang terkadang saling bertentangan.

Mereka juga berkata wanita yang bekerja ternyata lebih sering mengalami konflik dan permasalahan keluarga dibanding pekerjaannya karena bagi kebanyakan wanita keluarga merupakan domain yang paling penting dalam kehidupannya. Permasalahan ini tidak sedikit mempengaruhi pekerjaan dan dapat menciptakan gangguan bagi mereka, sehingga menyebabkan penurunan kinerja.

Lagi, ngapain sih seorang wanita bekerja? Well, itu akan bergeser sedikit mengarah ke Tesis yang saya angkat. Terdapat beberapa dorongan kenapa wanita bekerja. Bisa karena faktor ekonomi, faktor relasional yang berkaitan dengan kebutuhan sosialisasi mereka, faktor aktualisasi diri juga menjadi salah satu faktor pendorong seorang wanita bekerja.

Faktor yang mendorong seorang wanita bekerja pada akhirnya berhubungan erat dengan bagaimana wanita memaknai pekerjaan mereka.

Pemaknaan wanita bekerja berbeda dengan pemaknaan bekerja pada pria, karena wanita pekerja memiliki konflik dan dorongan yang mungkin berbeda dengan pria dalam bekerja. Maka makna kerja bagi wanita pekerja dipengaruhi oleh alasan yang mendorong mereka untuk bekerja yang nantinya akan membawa kepada penetapan peran kerja, hasil yang diharapkan dari bekerja, serta batasan aktivitas pada wanita dalam bekerja.

Jadi, makna kerja bagi tiap Ibu yang bekerja akan kembali lagi pada tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh Ibu tersebut.

Hehhehehehehehe. saya mengacungkan jempol saya empat-empatnya untuk semua Ibu yang bekerja. Mereka hebat. Walaupun kalau boleh memilih pilihan saya di masa depan, saya ingin bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga full time. Andai saja, saya bisa 😀

Back to book again, bagian yang paling lucu dan menyenangkan bagi saya adalah kebiasaan Kate untuk mengakhiri tiap emailnya dengan tulisan ‘xxx’

why?

Karena mengingatkan kebiasaan saya dengan seseorang dulu. Jadi saya punya kebiasaan untuk mengakhiri tiap sms, surat, ataupun apapun dengan orang tersebut dengan tulisan ‘xxx’ . tulisan itu saya ambil waktu itu saat membaca komik Conan jaman saya SMP kalau gak salah. Makanya pas saya baca email-nya Kate di buku itu, saya senyum-senyum sendiri deh; inget si dia yang dulu juga sering nulis; Love u my princess wonderwall, XXX

dan soal kenapa XXX itu, ada alasannya kenapa hanya X yang dipilih dan kenapa cuman 3kali. aaah penjelasannya nanti ajah ah, kapan-kapan yah.

hahahahhahaha.. memori…

Eh tapi kamu udah tahu kan XXX itu artinya apa?

XOXO,*

ais ariani

*kalau ini tahu artinya apa? hahahaha…

postingan kali ini disponsori oleh : i don’t know how she does it by Allison pearson [fyi; bakal dibikin film yang akan dirilis September besok], beberapa jurnal penelitian dari folder jurnal saya di laptop ini [kalau ada yang membutuhkan bisa kontak saya loh…], dan link ini, gambar dari sini. dan some part of him 😉

berbincang tentang cita-cita

saya ingin jadi guru. bayangan menjadi guru selalu menghampiri saya sejak TK. saya mengagumi guru saya sewaktu TK, karena Beliau mampu membuat saya nyaman di luar rumah.

keinginan menjadi guru tersebut hilang sejenak saat saya mempelajari Akuntansi di bangku SMP. saya tergila-gila pada Akuntansi hingga SMA. dan mati-mati an ingin masuk  jurusan Akuntansi saat mengikuti UMPTN. sampai dua kali saya mengikuti UMPTN, tapi ternyata gak lolos juga masuk jurusan Akuntansi.

mungkin, Tuhan tahu, saya sebenarnya tidak begitu pandai mengurus angka. 

Lalu saat bimbang dalam penentuan tema skripsi, saya menyadari ketertarikan saya pada dunia pendidikan. saya menyadari bahwa perkembangan pendidikan itu sejalan dengan perkembangan kebutuhan. harusnya seperti itu, namun yang terjadi pada diri saya adalah : saya menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada di Negara yang saya cintai ini.

Pendidikan di Indonesia mengalami pergeseran makna saat anak memasuki usia sekolah. Pendidikan yang tadinya diharapkan mampu membantu anak memenuhi kebutuhan, menjadi sekedar kewajiban.  Semakin meningkatnya kebutuhan anak, tidak ditunjang dengan baik oleh pendidikan yang didapat.  Pendidikan yang maknanya begitu luas dikerucut menjadi sekolah. Hampir sebagian masyarakat  di Indonesia percaya bahwa institusi pendidikan hanya sekolah.

Padahal pendidikan itu tidak sama dengan sekolah.

Dari situlah akhirnya keinginan kuat saya menggali lebih dalam mengenai pendidikan di luar sekolah; khususnya homeschooling. Hingga akhirnya jadilah sebuah karya tulis mengenai  perspektif pendidikan pembebasan dalam  model sekolah  homeschooling.

dari menyusun karya tulis tersebut, saya banyak belajar dari seorang filsuf pendidikan; Paulo Freire, Beliau adalah seorang tokoh yang terkenal  dalam aliran pendidikan Liberasionisme.

Freire lah yah mempopulerkan istilah pendidikan gaya bank. Istilah tersebut digunakan untuk sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subjek, yang memiliki pengetahuan yang diisikan kepada murid. Murid adalah wadah atau suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata–mata merupakan objek. Murid–murid banyak mencatat, menghapal, tanpa mengeri dengan baik maksud dari bahan–bahan yang diberikan oleh guru [O’neil, 2001 ].

Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan–pernyataan dan mengisi tabungan yang diterima, dihafal dan diulang dengan baik dan patuh oleh para murid. Inilah konsep pendidikan gaya bank, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan. [O’neil, 2001 ].

Dan pendidikan seperti itulah yang dikritik oleh Freire.

Pendidikan yang membebaskan yang diusung oleh Freire merupakan kebalikan dari model pendidikan gaya bank. Guru, dalam pandangan Freire tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus menjalani peran sebagai orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para murid, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar.

dan model pendidikan pembebasan seperti itu lah yang terdapat dalam model pendidikan homeschooling.

namun ketertarikan saya pada dunia pendidikan terhenti begitu saja. kenapa Is?

Karena saya sedang tertarik dengan dunia HRD, lebih khususnya lagi pada relasi work-family, dan lebih khususnya lagi adalah: bagaimana seorang working mother mampu menyeimbangkan peran nya sebagai Ibu, Istri, wanita bekerja serta sebagai dirinya sendiri.

maka, beruntunglah saya yang memiliki sarana untuk memuaskan rasa ingin tahu saya. tidak seperti beberapa adek-adek di luar sana yang kesulitan mengenyam pendidikan dengan berbagai alasan.

satu lagi alasan untuk bersyukur, dan berhenti mengeluh di status FB

🙂

oh iya, selamat hari pendidikan nasional, semoga Tema Hardiknas tahun 2011 kali ini, yaitu :

Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan sub tema Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti

bukan hanya sebagai tema yang dipajang di spanduk di sekolah-sekolah, bukan hanya sekedar disampaikan pembina upacar besok pagi, namun juga mampu direalisasikan, sehingga generasi penerus bangsa memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang memimpin bangsa kita saat ini.

🙂

*postingan yang rodo serius sitik kali ini disponsori oleh skripsi saya, Paulo freire, salah seorang tokoh filsuf yang pemikirannya pernah begitu dalam di otak, hari pendidikan nasional yang jatuh esok hari, tema hardiknas yang saya dapat di sini, gambar dari sini. dan kepada dosen pembimbing saya yang cantik di sana 😉

semoga kamu gak bosan bacanya, tapi kalau bosan juga gpp ding. hahahahhahahaa….

daftar pustaka :

O’neil, William F. 2001.  Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Non scholae, sed vitae discimus.*

[*Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup]

syndrom masuk kuliah

Hai kawan… apa kabar? lama tak bersua sepertinya,
saya agak panic nih. syndrome masuk kuliah. syndrome kaya gini ; panic. merasa bodoh. merasa tidak mampu. minder. ketakutan berlebih terhadap tuntutan tugas – tugas.

dan syndrome ini agak berbeda nyatanya dengan syndrome memasuki prapasca kemarin. kali ini saya benar – benar minder. ada beberapa mata kuliah yang saya ambil bersama – sama orang – orang yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia psikologi. bahkan ada yang sudah jadi psikolog. bahkan ada yang sudah mengambil S2 di kanada, bahkan ada yang sudah jadi dosen. bahkan ada yang pernah dikirim ke luar negri untuk something * masih belum kenal sama orang itu.

maksud saya gini : siapa saya sih? saat perkenalan … saya hanya menjawab “ panggilan saya ais. saya berasal dari filsafat UGM. skripsi saya berjudul konsep pendidikan dalam model pendidikan homeschooling. kemudian konsentrasi saya nantinya adalah di psikologi industry dan organisasi.”

that’s all. wis. rampung. titik.

oh kawan… coba kalian tahu betapa minder nya saya mendengar teman – teman yang menjawab dengan kalimat – kalimat yang jauh lebih panjang.
tapi kata pak guru, ketakutan itu adalah kegagalan di awal.

Akhirnya saya kumpulkan kepingan – kepingan rasa PD saya yang jatuh sejak hari pertama kuliah ( dijatuhkan dengan mantap oleh 66 soal pretest mata kuliah analisis multivariate).

saya bergegas keperpust. mencoba mencari tema untuk tugas akhir mata kuliah metode penelitiaan kualitatif yang mensyaratkan untuk mengadakan penelitiaan sesungguhnya.

walaupun pada akhirnya, saat di perpust… saya bergosip dengan si ranger hitam (dari gerombolan prapasca saya, cumin si ranger hitam yang mengambil konsentrasi Industri dan Organisasi kaya saya). Tapi rasa sedikit aman sudah saya miliki dengan mendownload lima jurnal yang entah isinya apa.

*hahahahaha… saya mendownload itu hanya dengan melihat judul, abstracknya pun bahkan tidak saya baca.
hualaaaah… kaya gini kok jadi mahasiswa magister sains?!?!?!

Okeh, sebenarnya rasa minder itu hadir darimana sih?
mungkin saya bisa menjawab begini : dalam kasus saya, rasa minder saya hadir dari kesadaran saya bahwa saya tidak memiliki banyak pengetahuan seperti mereka. pilihan kata – kata saya terbatas *padahal saya lulusan filsafat yang KATANYA punya pilihan kata cukup banyak*.

Lalu….kelebihan saya dimana?
tidak perlu dijawab, kawan…
saya sudah tahu : kelebihan emosi. emosi yang berlebih. hahahaha….

(sekarang) Mr.X balik jutek

kawans, sudah saya ceritakan yah soal Mr.X?
dan bagaimana akhirnya itu semua menjadi sesuatu yang harus seperti itu…..

hari ini ada kisah lain lagi dari Mr.X, saya bertanya sama dia *dengan nada yang baik loh*
“gimana, tugas kamu udah selesai?”
maksud saya juga baik kok… udah lewat berapa hari dari hari terakhir mata kuliah tersebut, dan dalam beberapa hari lagi mata kuliah tersebut akan tiba, dan kita pun harus siap untuk presentasi (lagi). jadi saya nanya sama dia; eh dia jawab udah… dan bla dan bla… dan bla…

akhirnya saya cuma ngopy soft file punya dia. nah setelah itu, saya sadar kalau saya sekelompok sama Mr.x untuk mata kuliah yang berbeda. bagian saya pun sudah saya rampungin untuk mata kuliah ini. saya kasih tahu ke teman kelompok yang lain, yang menganjurkan saya untuk menggabungkan materi saya dengan materi Mr.x

saya meminta flashdisk Mr.x, dan dia melempar *yah benar* dia melempar flash disk ke meja saya, sampai teman – teman sekelas nengok. saya ambil aja itu flash disk, saya pindah tugas yang sudah saya kerjain ke flash disk dy. saya kembalikan flash disk dy, dengan menaruhnya di ujung meja.

saya merasa harus introspeksi diri.
kenapa dy ampe segitu nya sama saya? apa dy msih tersinggung sama sikap saya?
*yah, saya pernah mentertawakan dy karena dy tidak paham sama apa yg dy tulis*
tapi menurut saya fatal. harusnya kamu bisa paham sedikit dengan apa yang kamu tulis, bukannya berangkat dari nol dan asal copy paste dari berbagai sumber. toh kita udah kuliah, pra pasca pulak, bukan anak SMA yang kalau bikin tugas berdasarkan kuantitas, kualitas lah (agak saya ragukan juga statement saya, secara anak SMA jaman sekarang udah pinter – pinter juga). biar sedikit kalau berbobot, kalu kamu paham betul jauh lebih baik daripada kamu menulis banyak gak ada sedikit pun yang kamu pahamin

itu kan saya lakukan karena dy juga. Dy salah. di mata saya dy menyulitkan dan menghambat. dan itu harus dirubah

dan sekarang, dy kasar sama saya. apa cara saya yang salah yah ‘negor’ dy?

saat kelas B kehilangan ke’ceria’ an-nya

Saya lagi nginep di rumah temen saya. Sebut saja dia mawar (huakakakakakakak… jadi berasa kisah apppa gitu…).

Salah satu dari teman sekelas saya yang belakangan ini (merasa) kehilangan akal, sebut saja dia minah. saya dan teman saya yang lain lagi, sebut saja uwi lagi nginep di tempat minah malam ini. nggarap tugas. entah sejak kapan, kita bertiga udah kaya trio penggarap tugas. kita gak maksud nge gank, tapi entah sejak kapan …. saya, uwi dan si minah sering bareng bwt nggarap tugas. Padahal kadang tugas yang kita garap ini beda kelompok, kadang malahan saya nggarap tugas pendidikan, uwi nggarap abnormal, si minah nggarap ladang kepribadian, tapi kita seneng ajah ngumpul di satu tempat, saling ngeliatin yang laen ngerjain tuugas. serasa termotivasi gitu.

tunggu…. saya bukan mau cerita itu actually. saya mau cerita soal kelas prapasca saya yang mulai menumbuhkan gejala2 ke aneh an. Dulu kelas saya bisa dibilang kelas yang ceria. mirip taman bermain kanak – kanak. Kalau lagi break istirahat, anak – anak sekelas (agak canggung mengistilahkan anak – anak, secara temen2 sekelas saya gak ada yang ‘pas’ dengan sebutan anak – anak) pada keluar ke lorong, ngerumpi, atau gak tetap di kelas, ngobrol dan ketawa – ketawa heboh sambil dengerin musik dari laptop kelas. pokoknya bener – bener berkebalikan lah dengan kelas A di ruangan sebelah, yang saban istirahat muka mereka menghadap ke laptop dan pasang tampang serius.

tappi itu tidak berlangsung lama, kelas B kami sekarang sudah kehilangan ke ceria an taman kanak – kanak kami. Sejak para dosen mulai menagih ( dan memberikan terlebih dahulu sebelumnya) tugas – tugas yang full off pressure.

bukannya tidak menikmati, hanya saja (lagi – lagi) berbincang mengenai kualitas VS kuantitas..

kawan, percaya deh… masih banyak yang mau saya ceritakan. tapi saya sudah benar – benar mengantuk. dan lagi, esok pagi saya ada kuliah pagi (salah satu efek di ajar sama dosen yang cukup aktif : banyak agenda internasional yang mengharuskan beliau terbang ke luar negri, dan membuat jadwal kuliah di obrak -abrik –> alasan kenapa tugas pun menjadi ketat dalam deadline.

once again, this is Life, honey…. full of deadline

kedua temen saya yang mulaiiii
kedua temen saya yang mulaiiii

akhirnya,

kuliah tadi dibatalkan. iyah bener. kuliah yang bikin saya emosi sama si Mr.X gara – gara tugas bagian dia belon dirampungin.

jadi, tadi pagi – pagi saya berangkat dengan optimisme cukup besar buat ‘merebut’ hari ini. yah, agak sombong sih…. tapi saya berpikir bahwa saya bisa dan materi sudah saya kuasai, jadi saya bisa melakukan dua presentasi sekaligus
*sombongnya*

nah…. presentasi yang pertama tuh saya dan kelompok (berbeda dengan kelompok Mr.X yang saya sebut sebelumnya) bisa kami lewati dengan (alhamdulillah) cukup baik.

dan jam setengah4 tadi, harusnya kelas kami di ‘undi’…. kelompok mana yang akan presentasi. Saya bisa dan paham sama materi bagian saya dan materi temennya Mr.X (temen sekelompok saya yang lainnya –> kita sekelompok ada tiga orang), dan saya siaaaaappp buat maju presentasi membawakan materi kita berdua.
tapppi, kita sekelompok ada tiga. bukan dua.

dosen akhirnya mengundurkan jadwal presentasi yang pertama, karena saat ibu dosen bertanya ; “ada yang sudah siap?” tidak ada yang tunjuk tangan.
padahal, saya mau tunjuk tangan. Tapppi… apa iyah saya siap dijutekin sama Mr.X?

akhirnya diundur, dan kelompok saya gak maju minggu ini.

saya langsung BT. sayyya suddah siaaapppp!!!!

tapi yah mau gimana lagih? masa iyah saya mau maju sendirian.

hidup ini kan gak boleh egois. ya kan sa?

.aiSaRiaNi.611

hufff… semangaat deh,