Aku terkapar oleh rasa yang menggebu ini. Seperti dikelilingi oleh harap pada jutaan imaji, aku pun berusaha menuntaskan tiap kewajibanku.
Hanya saja, tuntutan tanggungjawab ini semakin menjadi di tiap harinya. Aku seperti dikejar dalam labirin panjang yang tak jua kutemukan jalan keluarnya.
Sampai sampai mulutpun lelah untuk mengeluh. Karena keluhanku bagaikan repitisi yang membuat orang lelah. Lalu apa gunanya aku jika hanya membuat orang lain jengah?
Mimpiku sederhana, kawan. Aku hanya ingin bahagia. Dan … aku hanya ingin kehadiranku akn membuat orang lain bernafas lebih mudah.
Namun nyatanya mewujudkannya jauh dari kata sederhana.
Dewasa tidak melulu soal umur. Tidak melulu bicara mengenai berhenti galau. Tidak melulu berbicara mengenai politik, perdamaian dunia, atau apapun yang mereka siarkan dalam berita. Dewasa juga tidak melulu soal berhenti menyakiti dan berhenti menyalak.
Terkadang, dewasa mengenai tanggungjawab. Terhadap hidup.
Bukan berhenti di memaknai hidup.
Aku sesak, oleh tiap rutinitas yang memburu ini. Jeda sesaat pun ternyata tidak mengurangi sesak. Mungkin yang harus diubah adalah cara memandangku terhadap ini semua. Aku hanya anak kemarin sore yang belajar mengenai rutinitas. Tau apa aku mengenai ini semua?