Dear Blog,
Hai. Apa kabar dramaLand? saat ini ditulis, sebenarnya sudah tahun 2021. Namun melihat berita terkini rasanya masih seperti di tahun 2020. Sama seperti ketika saya berulangtahun ke 27. Saya bilang, bahwa saya berusia 26 tahun yang kedua. Karena saya merasa begitu begitu saja. Saya waktu itu merasa tidak ada yang berubah. Lucu ya, bagaimana pencapaian-pencapaian kita di dunia seperti didikte oleh oranglain? didikte oleh masyarakat yang bahkan tidak paham bagaimana kita menjalani hidup.
Sewaktu berumur belasan tahun, saya kekeuh menetapkan target menikah di umur 25 tahum, lalu memiliki anka di usia 27 tahun. Realisasinya? Haduh, haduh. Saya ‘telat’ menikah 5 tahun dari target. Punya anak pun juga begitu. Kenapa bisa begitu ya? Dulu Ibu saya selalu berkata begini : kamu itu ibarat kereta api ekonomi. setiap stasiun berhenti. Beda sama temen – temen kamu, kalau dari Jakarta – Surabaya naek kereta Argo, wuss langsung bisa sampai dengan cepat. Gak pakai berhenti di setiap stasiun. Beda sama kamu, gampang banget teralihkan sama hal lain. Hebatnya, Ibu saya ngomong gitu gak sambil sewot. Sambil senyum senyum paham, seolah – olah tidak merasa kalau anak perempuan satu-satunya membuang-buang waktunya. Saya benar-benar menikmati waktu. Blog ini adalah salah satu wujud saya begitu menikmati waktu. Seharusnya ngerjain tugas tugas kala menempuh pendidikan Master, malah asyik bergalau-galau ria di blog.
Wokey, saya mau menulis apa ya sebenarnya? Jujur, saat memulai tulisan ini saya sebenarnya sedang mengasah kemampuan saya menulis lagi. Buat apa? ini sejak Pandemi melanda dunia dan begitu banyak hal berubah, saya menyadari bahwa saya harus memiliki suatu skill baru yang saya asah di kala pandemi. Saya harus mengganti waktu hahaha hihihi saya di kantor, perjalanan saya PP kantor-rumah dengan sesuatu yang berguna kelak.
Awalnya saya stress. Saya merasa diwajibkan untuk tetap produktif. Saya mendaftar beberapa kelas, menonton beberapa tutorial (hidup). Hingga akhirnya ada satu sesi webinar yang saya cukup tertohok dengan isinya (lupa dengan kalimat pastinya seperti apa), namun pointnya adalah : tidak harus memaksa diri untuk tetap produktif di saat seperti ini. Ketika kita selamat dan sehat melewati masa sulit ini, itu sudah cukup.
Rasanya begitu mendengar itu saya makjleb. Saya ngotot banget memang di awal ketika saya harus bekerja dari rumah berharap say abisa mengisi waktu dengan lebih produktif. Tapi saya lupa, bahwa ini bukan holiday. ini bukan cuti besar. ini adalah perubahan yang harus seluruh dunia hadapi. Jika beberapa tahun yang lalu kita heboh dipersiapkan dengan era VUCA, (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), percaya atau tidak kita sedang menghadapinya. betapa tidak pasti, kompleks, bergejolak dan tidak jelasnya kan situasi saat ini? Ada banyak hal yang harus di-adjust lagi, banyak kebiasan yang harus disetting ulang.
Dan, mengubah kebiasaan kan bukan hal yang mudah ya? Apalagi itu menyangkut orang banyak. Dulu ketika istilah new normal digaungkan, kita pikir itu hanya masalah wacana, seremonial dan istilah yang biasa saja. Halah, paling hanya perlu memakai masker kalau ke mana-mana. Nyatanya bukan hanya semudah rajin cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Ini lebih substansial daripada itu.
we’re in the middle of crisis.
Apa yang harus kita lakukan? Selain banyak-banyak bersyukur? Mari kita nikmati waktu ini dengan sebaik-baiknya. Ya, kurangi juga membaca informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya. Sayangi diri sendiri, kembangkan kemampuan untuk dapat memilah-milih informasi mana kiranya yang bermanfaat jiwa raga untuk kita dan keluarga.
Cheers,
Ranger hitaamm… Mana ranger hitaaaaam??? Aku ingin ranger hitaaaaammmm…
Atau semut ya? Ya itu lah pokoknya..
issshhh apppa sih kamu.
Hehhe.. aku kan mantan fans garis kerasmu mbak
pandemi waktunya beristirahat lah kalau aku š
hahahahahahahha. sebenernya iya juga sih. itu yang aku lakukan. tidur, nonton netflix…