beberapa bulan yang lalu, saat memutuskan mengambil topik untukkarya tulis tugas akhir, saya memutuskan untuk mengambil tema besar mengenai wanita bekerja. kenapa? untuk sebuah alasan egois sebenarnya: kenapa sih seorang wanita bekerja itu menjadi sebuah isu? ini gak cuman kata saya atau kata beberapa orang loh, menurut Schultz & Schultz (2010), konflikperan ganda sebenarnya bukan hanya terjadi pada wanita tetapi juga terjadi pada pria. Akan tetapi lebih berat pada wanita.
dalam penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich (2002)( –> bukan nama band, cinamon disini juga bukan merk, ini nama orang, nama peneliti. Hahahahahaha..) menyebutkan bahwa wanita lebih sering mengalami konflik dalam rumah dibandingkan dalam pekerjaannya terkait dengan peran ganda tersebut. kenapa bisa seperti itu? karena, bagi wanita, keluarga merupakan domain penting dalam kehidupannya. dan hal tersebut kerap mengganggu kinerja mereka,
namun bukan berarti saya bilang yang namanya wanita itu tidak bisa bekerja, semua orang bisa melakukan apa saja selama dia mampu, bukankah begitu? jadi, menurut saya… selama para wanita mampu menyeimbangkan perannya di rumah dan di tempat kerja, semua okey-okey saja.
dan yang salut bagi saya adalah: wanita yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. ini bukan seperti makna perempuan pekerja yang di isu kan oleh salah satu LSM, wanita bekerja yang menjadi pencari nafkah utama disini adalah mereka yang masih memiliki suami, namun suaminya sudah tidak bekerja lagi.
Padahal, Konsep yang ideal dari peran suami secara tradisional adalah mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyediakan dan mencari nafkah utama bagi keluarga (Kozina, 2002). Jadi saat suami tidak bekerja dan diam di rumah, ada beberapa wanita yang bekerja di luar rumah. Jadi semacam pertukaran peran. Tetapi, kejadian sesungguhnya adalah: pertukaran peran tersebut tidak terjadi. karena wanita, walaupun bekerja, mereka jarang bisa melepaskan diri dari pekerjaan rumahtangga.
nah, saya tertarik ingin mengetahui lebih mendalam: sebenarnya mengapa sih para wanita pencari nafkah utama ini mau bekerja? kenapa mereka mau menjadi pencari nafkah utama? apa hanya karena faktor ekonomi, atau ada faktor lain?
makanya saya memilih tema ini untuk penelitian akhir saya. nah, karena penelitian memilih metode kualitatif fenomenologi, saya menggunakan wawancara secara mendalam ke responden-responden saya, sekaligus observasi jika memungkinkan.
penelitian saya sudah separuh jalan, sudah menemukan dan mewawancarai dua orang responden. dan menemukan semacam jalan buntu. karena, saya belum menemukan responden lagi.
jadi, lewat panggung sandiwara inilah, saya meminta kesedian kawan-kawan untuk membantu saya…. kali aja ada tetangga, teman, sodara, orang kenal di angkot, atau bahkan kawan-kawan sendiri yang menjadi wanita pencari nafkah utama dan bersedia untuk bekerjasama dengan saya. syarat umumnya: istri, masih memiliki pasangan, bekerja pada institusi (bukan wiraswasta), dan merupakan main provider di keluarg. see? mudahkan? mudah memang, tapi mencari responden yang mudah itu dan bersedia saya ‘obok-obok’ soal finansial dan pekerjaannya bisa dihitung pake jari.
so, kalau kawan-kawan mengenal responden yang saya maksud, bisa menghubungi saya via email, atau komen di kolom ini saja.
terimakasih kawan-kawan 😉
***
ps: ini serius loh, ini menyangkut masa depan tugas akhir saya. hehehehehehhehe….