saya ingin jadi guru. bayangan menjadi guru selalu menghampiri saya sejak TK. saya mengagumi guru saya sewaktu TK, karena Beliau mampu membuat saya nyaman di luar rumah.
keinginan menjadi guru tersebut hilang sejenak saat saya mempelajari Akuntansi di bangku SMP. saya tergila-gila pada Akuntansi hingga SMA. dan mati-mati an ingin masuk jurusan Akuntansi saat mengikuti UMPTN. sampai dua kali saya mengikuti UMPTN, tapi ternyata gak lolos juga masuk jurusan Akuntansi.
mungkin, Tuhan tahu, saya sebenarnya tidak begitu pandai mengurus angka.
Lalu saat bimbang dalam penentuan tema skripsi, saya menyadari ketertarikan saya pada dunia pendidikan. saya menyadari bahwa perkembangan pendidikan itu sejalan dengan perkembangan kebutuhan. harusnya seperti itu, namun yang terjadi pada diri saya adalah : saya menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada di Negara yang saya cintai ini.
Pendidikan di Indonesia mengalami pergeseran makna saat anak memasuki usia sekolah. Pendidikan yang tadinya diharapkan mampu membantu anak memenuhi kebutuhan, menjadi sekedar kewajiban. Semakin meningkatnya kebutuhan anak, tidak ditunjang dengan baik oleh pendidikan yang didapat. Pendidikan yang maknanya begitu luas dikerucut menjadi sekolah. Hampir sebagian masyarakat di Indonesia percaya bahwa institusi pendidikan hanya sekolah.
Padahal pendidikan itu tidak sama dengan sekolah.
Dari situlah akhirnya keinginan kuat saya menggali lebih dalam mengenai pendidikan di luar sekolah; khususnya homeschooling. Hingga akhirnya jadilah sebuah karya tulis mengenai perspektif pendidikan pembebasan dalam model sekolah homeschooling.
dari menyusun karya tulis tersebut, saya banyak belajar dari seorang filsuf pendidikan; Paulo Freire, Beliau adalah seorang tokoh yang terkenal dalam aliran pendidikan Liberasionisme.
Freire lah yah mempopulerkan istilah pendidikan gaya bank. Istilah tersebut digunakan untuk sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subjek, yang memiliki pengetahuan yang diisikan kepada murid. Murid adalah wadah atau suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata–mata merupakan objek. Murid–murid banyak mencatat, menghapal, tanpa mengeri dengan baik maksud dari bahan–bahan yang diberikan oleh guru [O’neil, 2001 ].
Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan–pernyataan dan mengisi tabungan yang diterima, dihafal dan diulang dengan baik dan patuh oleh para murid. Inilah konsep pendidikan gaya bank, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan. [O’neil, 2001 ].
Dan pendidikan seperti itulah yang dikritik oleh Freire.
Pendidikan yang membebaskan yang diusung oleh Freire merupakan kebalikan dari model pendidikan gaya bank. Guru, dalam pandangan Freire tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus menjalani peran sebagai orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para murid, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar.
dan model pendidikan pembebasan seperti itu lah yang terdapat dalam model pendidikan homeschooling.
namun ketertarikan saya pada dunia pendidikan terhenti begitu saja. kenapa Is?
Karena saya sedang tertarik dengan dunia HRD, lebih khususnya lagi pada relasi work-family, dan lebih khususnya lagi adalah: bagaimana seorang working mother mampu menyeimbangkan peran nya sebagai Ibu, Istri, wanita bekerja serta sebagai dirinya sendiri.
maka, beruntunglah saya yang memiliki sarana untuk memuaskan rasa ingin tahu saya. tidak seperti beberapa adek-adek di luar sana yang kesulitan mengenyam pendidikan dengan berbagai alasan.
satu lagi alasan untuk bersyukur, dan berhenti mengeluh di status FB
🙂
oh iya, selamat hari pendidikan nasional, semoga Tema Hardiknas tahun 2011 kali ini, yaitu :
Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan sub tema Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti
bukan hanya sebagai tema yang dipajang di spanduk di sekolah-sekolah, bukan hanya sekedar disampaikan pembina upacar besok pagi, namun juga mampu direalisasikan, sehingga generasi penerus bangsa memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang memimpin bangsa kita saat ini.
🙂
*postingan yang rodo serius sitik kali ini disponsori oleh skripsi saya, Paulo freire, salah seorang tokoh filsuf yang pemikirannya pernah begitu dalam di otak, hari pendidikan nasional yang jatuh esok hari, tema hardiknas yang saya dapat di sini, gambar dari sini. dan kepada dosen pembimbing saya yang cantik di sana 😉
semoga kamu gak bosan bacanya, tapi kalau bosan juga gpp ding. hahahahhahahaa….
daftar pustaka :
O’neil, William F. 2001. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Non scholae, sed vitae discimus.*
tadi aku sempet kaget.. yang nulis buka ais yang sebenarnya..hihi..
*ternyata dia lagi panik dengan skripsinya..*
— ais ariani :
huahahhahahahahahahha…
kek bukan tulisan ais banget yah mbak
😀 —
Ais …
I like this post …
Indeed …
Selamat Hari Pendidikan Nasional …
Semoga semua menjadi lebih baik di masa yang akan datang
Salam saya Is
— ais ariani :
*girang*
huaaaa.. makash yah oom
🙂
yup, semoga semuanya bertambah baik oom.. —
Pendidikan … diramu dengan filsafat kah ?
ada HRD juga …
kalau di tempat kerja saya sedang digalakan …
Work-life balance … (entah ini sama atau tidak … ?)
Salam saya Is
— ais ariani :

yup buat skripsi emang begitu oom, pendidikan diramu dengan filsafat.
tapi buat tesis ini yang HRD itu mungkin lebih kepada psikologi sama manajemen kali yah oom?
itttuuu yang dimaksud oom: work-family balance, atau work-life balance.. samma ooom sama minat ku
kali ajah oom punya buku yang direkomendasikan
hehehehhehee… —
Work Life balance itu salah satu Competency yang digunakan di companyku …
Selain hal-hal umum semacam … Delegation, Customer Focus, Innovation, Analitical Thinking dsb-dsb-dsb
— ais ariani :
kita lanjut PM yak oom
😀
hehehehhehe…
*jadi penasaran* —
Mengenai Buku aku ndak banyak tau …
yg aku tau … FYI For Your Improvement (eichinger and lombardo. (Lominger ltd)
— ais ariani :
ada ebook nya ndak oom?
*huahahhahaha, dassar mahasiswa
😀 —
Hari Pendidikan setiap tahun dirayakan namun pada kenyataannnya masih banyak juga yang tertinggal dalam hal pendidikannya. Sepertinya musti banyak dorongan dan ide2 kreatif dari yang muda2 untuk mengangkat pendidikan di Indonesia ini..
— ais ariani :
semoga aku bisa yah mbak Zee
*punya niat*
hehehehehhee…
tapi betul mbak Zee, sekarang juga sudah mulai beberapa hal baru dalam dunia pendidikan Indonesia aku rasa —
Aku juga punya cita-cita jadi dosen
Dosen akuntansi *tapi tesisnya sing belum kelar*
Bener banget konsep mu ttg dunia pendidikan,,
Pendidikan skrng sedikit lebh baik,,
Murid dijadikan sahabat,, dulu aku masih ngalamin pendidikan dimana murid cuma jdi tmpat ngisi ilmu aja,,
Guru selalu benar belum lagi bullying dlm pendidikan
— ais ariani :
hehehehhehehe, kita inikan kurang lebih satu angkatan yak put di sekolah,
aku wakktu itu juga mengalami hal kek gitu, namun masalahnya waktu itu adalah :
we just don’t know kalau itu salah,
karena dalam frame kita yang kita kira pendidikan memang seperti itu,
kebayanglah bagaimana adek-adek kita juga menerima itu sebagai sesuatu yang benar sekarang di bangku sekolah —
selamat mengerjakan skripsi ya mbak marsitariani… hehe.. lam kenal.. Btw, jangan lupa istrahat kalo lagi capek ya..
— ais ariani :
terimakasih mas
🙂 —
pendidikan yang pernah kuterima dari sekolah bukan lain hanya rumus-rumus yang harus kuhafalkan di luar kepala, atau deretan huruf bisu yang mesti kujejalkan di otakku.
jadi inget waktu ujian di sd, guru malah memberikan contekan. itu adalah pendidikan moral (amoral) yang paling nancep di hati: bahwa kesulitan harus dipecahkan dengan tipu muslihat. bah, emang beginikah pendidikan di indonesia?
di smp, guru mengajar dengan cara yang sangat
menyenangkan: dia cukup membaca teks yang tercetak di buku, atau menyuruh seorang siswa membacakannya, sementara dia terkantuk-kantuk di meja. beueuh!ini postinganmu-kah, mba? hehehe… aku baca kayak tulisan propesor aja… jenius!
— ais ariani :
hooooh kalimat terakhirmu ku terdengar menyindir yo aku baca Cen?
hahahahahahaha..jangankan waktu sekolah, di kampus juga ada cen dosen yang tertidur saat mahasiswanya presentasi depan kelas.
*colonga
hahahhahaha —
bicara tentang pendidikan, aku juga pengen jadi guru, mbak 😀
makanya pengen ikutan Indonesia Mengajar *terus diomongin. hahaha
jadi intinya, sekarang mbak ais udah ga tertarik jadi guru? hehhehe
— ais ariani :
huaaaaa…. kamu harrrusss ikut IM put,
aku mendukungmu!!
andai saja aku masih mudaaaaaaa
bukan gak tertarik Put, masih tapi kadar ketertarikannya menurun. hihihihihi.. —
kita belajar bukan untuk sekolah, tapi untuk kuliah..
— ais ariani :
eeee? bukan gitu juga kaalii… —
Gak bosan tuh Ais, saya bisa sampai selesai baca tulisan Ais kok….
🙂
— ais ariani :
huaaaa.. uda
🙂
terimakasih sudah mau berkunjung ke sini. heheheheh London apa kabar? —
he? serius kali kau is! karakter lebay mu tak nampak kali ini, tumbeen! mantap lah..
“kegiatan para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan”
bener banget nih is, cara belajar mengajar seperti ini punya banyak kelemahan, salah satu nya : nyontek nya gampaaang, hahaha! bikin kebetan ajaah! 😆
lah wong gurunya yang maksa jawaban harus sama ama buku! hehehe!
— ais ariani :
huahahahahahaha.. ho’oh pho Bhi? lebay nya hilang yak?
hehehhee
iyahhhh udah ampe setua ini pun banyak dosen yang mengharapkan jawaban ujian text book
😦
hiks.. —
Wah saya jadi bingng ma maksudnya mas paibiapai ….
nice post mbak saya juga se pengen jadi guru >_<
— ais ariani :
hai tettikk…
🙂
lama aku gak maen ke tempatmu yah. hihihihii.. aku juga gak paham maksudnya dia apah
padahal maksudku sekolah bukan cuman ‘sekolah’ begitu loh..
😦 —
sukses ya dengan skripsinya…pergeseran makna tentang pendidikan juga terlalu jauh untuk dikembalikan kearah yang benar…sekarang murid2 malah terbenani dengan konsep2 pendidikan yang teralu meluas dan tidak terfokus…hasilnya?…ya pasti produk2 manusia sekolahan masih harus beradaptasi dengan lingkungan setelah lulusnya…
kenapa saya jadi kebanyakan komennya ya?…maaf yaaa…tidak bermaksud apa2…
selamat atas skripsi-nya…
salam 🙂
— ais ariani :
ih aku malah seneng kok mas ada yang ngomenin tulisanku kek gitu.
yup, konsep pendidikannya kurang terfokus pada apa yang dibutuhkan oleh peserta didik di dalam kehidupan bermasyarakat.
bukan begitu mas? —
Hmm… aku pikir mau jadi guru… renang… wkakakakaka…
mantep lho tulisannya, pake literature, dan sumber yang jelas!
“Tuhan tahu, saya sebenarnya tidak begitu pandai mengurus angka”, ini ada datanya? 😀 *kabooorrrrrrrr
— ais ariani :
hiahahahhahaha.. guru renang? please deh, mantan nya kapten kek nya gak jago renang,
dia jago gambar,
jadi harusnya aku jadi guru gambar ajah!
hahahahahahha *teteuup…
hehehhehehe, actually kalau untuk pertanyaan terakhir gak ada datanya, cuman perkiraan aku aja tentang rencana Tuhan
😀
hihihi.. —
dulu waktu kecil, pengen jadi guru juga guru agama haha
— ais ariani :
wah kalau itu cita-citanya sungguh mulia sekali mas
🙂 —
hidup adalah pembelajaran, bukan hanya dalam sekolah..
— ais ariani :
yup, bener banget ri, itu juga yang dimaksud dari potongan kalimat berbahasa latin di akhir postinganku,
🙂 —
Wew …. kalo nulis serius gini, Ais kelihatan pinternya …
(biasanya sih kelihatan centil dan manisnya 😀 )
Nice post Ais. Jadi gimana, akhirnya pengin jadi apa nih? Guru home schooling? 🙂
— ais ariani :
huaaa…
ungkapan bunda jujur sekalii
hihihihi. makasih yah BUn,
rencananya mau jadi guru homeschooling buat anak ku besok
(amiiiiinnn..)
😀 —
belajar tidak hanya darisekolah, tapi dimulai dari rumah juga.senagt buat skripsinya ya.
— ais ariani :
terimakasih mbak Lidya
🙂 —
Selamat hari pendidikan Nasional 1
Semoga ini dapat dijadikan momentum untuk para pemimpin negeri ini dalam memperhatikan pendidikan di negeri ini. Terutama, mereka harus memberikan contoh untuk dapat berpendidikan dengan budipekerti luhur dalam mengambil segala keputusan kebijakkan politik demi kepentingan rakyat.
Sukses selalu.
Salam
ejawantah’s Blog
— ais ariani :
wow!!! Tapi memang bener; pendidikan berbudi pekerti, harusnya bisa diterapkan di Indonesia
agar generasi penerus bangsa bisa lebih berbudi pekerti! —
lagi kesambet Is?
klo rodho serius ngene kok malah piye ngono lho
pokoke kethok bedo karo sing biasa 😛
tapi sing jelas, saya sudah stop ngeluh di status FB sejak menikah hahahahahaha … *wlo saya juga sering melihat para istri sibuk mengeluhkan suaminya di FB xixixi*
— ais ariani :
hahahhahahahaha.. kalau gak ngeh baca komen selanjutnya, aku juga bakalan bingung..
ini orang siappa lagi pake ngata-ngatain aku kesambet
>< —
wkwkwkwkw enak dong maen tebak profil xixixixi
— ais ariani :
hahahahhaha iyah Mbak, sambil bernyanyi payung fantasi
‘oi oi oi… siapa dia’
😀 —
adooooooooooh
2x aja kelupaan ganti id :((
masih belekan soalnya 😀
sorry Is ..
tolong liat kerangkeng si Aki yak
id suami kejiret lagi tuh kek nya 😛
— ais ariani :
hshahahahhahaha.. mbak ini, kalau mau ngadep layar, coba cuci muka dulu
😀
hahahahahhaha,
sang suami sudah aku lepaskan mbak
🙂 —
gak bosan kok aku tetep baca dari pertama sampai habis hehe..
cita2 emang berubah2 ya, aku juga *tercetus ide buat posting*
sayangnya pendidikan kita masih gaya bank banget ya, tapi masih mendingan udah ada homescooling..
eh berarti kamu udah pernah baca Toto Chan belum? itu cerita anak2 TK di Jepang? bagus itu buku, gaya sekolahnya asyik..
— ais ariani :
ituh buku wajib baca pas kuliah filsafat pendidikan ‘ne,
jadi salah stau tugas kami adalah membuat review buku itu
sama review film dead poet,
emang itu film kereen banget!
ditunggu postingan cita-cita ‘ne
🙂 —
Hardiknas.
Adek saya sekarang upacara 🙂
— ais ariani :
kamu nyetrikain baju putihnya tadi yak Tang?
:d
heheheheheh.. —
*ngarep tulisan ke pendidikan* (teteeeeepepppppp)
agar carut marut bisa terurai satu persatu….
— ais ariani :
ini kurang pendidikan yo Mbakyu?
sip, digali lagi yah mbakyu, biar pendidikan kita bisa dibenahi sedikit-sedikit
🙂 —
dulu saya pengen jadi dokter, malah keterima di akademi kebidanan, tapi ternyata diterima juga di STAN, untungnya ngambil STAN-nya… mbayangin kalow jadi bidan??? hiyyyyyyyyyyyy… jijay! 😮
— ais ariani :
huaaaaaaa….. bun tapi kan enak kalau jadi bidan!
aku malah kalau boleh memutar umur dan kuliah lagi, aku pengen jadi bidan,
ketrampilannya kepake terus
😀 —
hidup untuk belajar dan belajar ttg kehidupan *LIVE N LEARN
— ais ariani :
hehehehehe, begitulah Kang, untuk kehidupan, bukan hanya untuk sekolah
🙂 —
bagaimana seorang working mother mampu menyeimbangkan peran nya sebagai Ibu, Istri, wanita bekerja serta sebagai dirinya sendiri… nah ini yang ditunggu-tunggu. Kapan bisa keluar kajiannya?? karena bagi istri saya seorang working mother memang harus mengorbankan waktu yang tidak bisa tergantikan …ini juga atas dasar pengalaman dia selama ini. No offense buat working mother lho…ini pendapat istri saya (bukan saya..)
— ais ariani :
huaaaa… pak Necky, keknya aku butuh berbincang-bincang dengan istrinya nih Pak
🙂
soalnya aku juga baru belajar untuk meneliti, secara belon jadi ibu bekerja juga.
hehehehhehe….
mungkin aku bisa ngirim email ke pak necky yak..
*semangat meneliti
hahahhahaha. —
whuaaaaa…
tulisan yang kereeeeeeen…
beneran lho Ais…
aku sebagai orang tua yang lagi ribet nyari2 SD buat anaknya jadi bingung sendiri…
Katanya di SD suka kebanyakan nyatet lah, dan bikin anak jadi cenderung pasif….
aku kurang sreg juga karena rata2 di SD 1 kelas nya 35 – 40 orang, gimana gurunya bisa fokus ngawasin murid segitu banyak yak?
Segitu nya nyari yang rada bagusan, hampir pingsan pas tau biayanya …hihihi…
— ais ariani :
mbak, kenapa gak dididik sendiri ajah?
hehehehehehe, atau kalau masih ragu, coba ke Homeschooling nya Kak Seto, kalau gak slah di bandung juga ada kok.
coba berbincang-bincang aja mengenai metode buat mendidik anak di rumah,
karena setahuku kak Seto itu tidak hanya yang 100% Homeschooling, ada juga yang aktif di sekolah, ikut HS,
begitu mbak…. —
aku selalu senang baca artikelnya mba ais. hidup memang untuk belajar.. terima kasih..
— ais ariani:
wow… aku jadi tersipu malu
🙂
hehehhehehehee… terimakasih.. —
Cita-citaku sampe sekarang adalah menjadi dokter.
(gubrrakkk)
— ais ariani :
Bu pieeeet.. pake aji-ajian appa toh?
kok tiap komen di sini ketangkep sama Aki melulu?
kalau Bu Piet jadi dokter, aku mau jadi susternya deh
*heleeeh… —
Soalnya tadi aku gak bawa KTP, jadi ditengkep sama Satpam. Huh, penjagamu itu galak banget to? 😦
— ais ariani :
hlah mulane kuwi bu piet, aku yo heran.. kok iso galak bianget kek gitu
mosook bu piet bolak-balik ditahan sama dia… —
semoga mutu pendidikan negeri ini menjadi jauh lebih baik, sehingga kita tidak lagi menjadi exportir TKI yang tidak berkualitas.
=====================
gerakan men-KB orangtua
— ais ariani :
pastinya, doaku juga sama mas seperti itu
🙂 —
Kata guru saya dulu, saya juga cocok jadi guru, eh ternyata saya cocok kerja di air.. 🙂
— ais ariani :
kerja di air?
woww.. jadi katak dong mas
😀
hehehehehehhehe… —
Aaahhh serunya belajar Filsafat *mupeng*
— ais ariani :
hloh teh, sini kalau mau belajar filsafat aku kenalin sama kawan-kawan ku
😀
heheheheh. gak sama aku pastinya
😉 —
Pendidikan saat ini, masih sebatas sekolah buat mentransfer ilmu dari guru pada murid. Sesungguhnya ada yang lebih penting dari itu.
Seperti ditulis di posting ini, pendidikan karakter akan menjadi sangat penting bila kita ingin menjadi bangsa yang berkepribadian, bermartabat serta dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Selamat mengamalkan ilmu, Ais…saya bangga dengan isi tulisan ini, hehe, swear…nggak bosen 😉
— ais ariani :
*terharu membaca komen bu Irma,
semoga aku bisa mengamalkan pengetahuanku ini yah bu,
semoga aku gak jadi sekedar tukang jualan kecap yang ngecap melulu… —
malu baca tulisan ini, 4 tahun kuliah terus jadi spd lah saya butaaa banget tentang dunia pendidikan… 😦
Sukses tesisnya ya neng ais.. 🙂
— ais ariani:
😦
dheasy jangan begitu dong.. aku jadi gak enak, apa aku yang kesannya sok tahu?
huhuhuhuhuhuhu….
terimakasih tapi atas komentarnya. kapan-kapan ngobrol soal pendidikan yuk
😉
*nggaya* —
neng ais mah bukan sok tau inih, tapi memang tau.. hehehehe
ayo kita diskusi… *lebih ngegaya… 😛