Hai kawan… apa kabar? lama tak bersua sepertinya,
saya agak panic nih. syndrome masuk kuliah. syndrome kaya gini ; panic. merasa bodoh. merasa tidak mampu. minder. ketakutan berlebih terhadap tuntutan tugas – tugas.
dan syndrome ini agak berbeda nyatanya dengan syndrome memasuki prapasca kemarin. kali ini saya benar – benar minder. ada beberapa mata kuliah yang saya ambil bersama – sama orang – orang yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia psikologi. bahkan ada yang sudah jadi psikolog. bahkan ada yang sudah mengambil S2 di kanada, bahkan ada yang sudah jadi dosen. bahkan ada yang pernah dikirim ke luar negri untuk something * masih belum kenal sama orang itu.
maksud saya gini : siapa saya sih? saat perkenalan … saya hanya menjawab “ panggilan saya ais. saya berasal dari filsafat UGM. skripsi saya berjudul konsep pendidikan dalam model pendidikan homeschooling. kemudian konsentrasi saya nantinya adalah di psikologi industry dan organisasi.”
that’s all. wis. rampung. titik.
oh kawan… coba kalian tahu betapa minder nya saya mendengar teman – teman yang menjawab dengan kalimat – kalimat yang jauh lebih panjang.
tapi kata pak guru, ketakutan itu adalah kegagalan di awal.
Akhirnya saya kumpulkan kepingan – kepingan rasa PD saya yang jatuh sejak hari pertama kuliah ( dijatuhkan dengan mantap oleh 66 soal pretest mata kuliah analisis multivariate).
saya bergegas keperpust. mencoba mencari tema untuk tugas akhir mata kuliah metode penelitiaan kualitatif yang mensyaratkan untuk mengadakan penelitiaan sesungguhnya.
walaupun pada akhirnya, saat di perpust… saya bergosip dengan si ranger hitam (dari gerombolan prapasca saya, cumin si ranger hitam yang mengambil konsentrasi Industri dan Organisasi kaya saya). Tapi rasa sedikit aman sudah saya miliki dengan mendownload lima jurnal yang entah isinya apa.
*hahahahaha… saya mendownload itu hanya dengan melihat judul, abstracknya pun bahkan tidak saya baca.
hualaaaah… kaya gini kok jadi mahasiswa magister sains?!?!?!
Okeh, sebenarnya rasa minder itu hadir darimana sih?
mungkin saya bisa menjawab begini : dalam kasus saya, rasa minder saya hadir dari kesadaran saya bahwa saya tidak memiliki banyak pengetahuan seperti mereka. pilihan kata – kata saya terbatas *padahal saya lulusan filsafat yang KATANYA punya pilihan kata cukup banyak*.
Lalu….kelebihan saya dimana?
tidak perlu dijawab, kawan…
saya sudah tahu : kelebihan emosi. emosi yang berlebih. hahahaha….